http://www.english.hadhramaut.info Imam Abi Bakar Al-Adeni bin Abdillah Alidrus (Bag I) [The Source: hadhramaut.info/indo - 12/8/2008] Tersibaknya Kebingungan dan Kesedihan Dalam Menerangkan Riwayat Hidupnya Penguasa Aden, Imam Abi Bakar Al-Adeni bin Abdillah Alidrus


Sekilas Tentang Sejarah Kota Aden

Banyak para ahli sejarah yang mengupas tentang Aden baik dari segi nama ataupun sejarah, diantaranya Syekh Bamakhromah dalam "Sejarah Bandar Aden", Ibnu Al-Mujawir dalam "Sejarah Al-Mustabshir", Al-Hamdani dalam "Al-Iklil" dan Al-Janady dalam "Assuluk".

Di Negeri Yaman banyak kawasan yang bernama Aden, dari kawasan-kawasan tersebut sebagian diantaranya merupakan pemukiman yang masih dihuni dan sebagian lainnya tinggal puing-puing yang tersisa, dari kenyataan tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa kata "aden" bukanlah nama satu daerah saja, melainkan suatu daerah yang mempunyai kriteria tertentu hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya daerah di Yaman yang bernama Aden, diantaranya :
1. kawasan utara propinsi Lahaj tepatnya daerah yang diapit oleh Lab'us dan Dhali'.
2. sebelah utara kota Radfan terdapat lebih dari sepuluh daerah yang bernama "aden" namun semuanya mempunyai nama akhiran yang berbeda, seperti Aden Hamadah, Aden Ahwar, Aden Gair, Aden Arwad, Aden Ja'syan, Aden Assahi, Aden Addaqiq, Aden AlHijal, Aden Al-hausyabi, Aden Arrohah.

Jika kita perhatikan secara seksama, kawasan-kawasan yang bernama aden tersebut mempunyai karakter yang sama yaitu kesemuanya merupakan daerah yang jauh dari jalan raya yang sengaja dijadikan sebagai tempat berlindung oleh para penghuninya, dan sebagian daerah aden itu ada yang membentang panjang hingga mencakup beberapa pegunungan yang di bawahnya terbentang Aden Abyan, Udainah Taiz, Udain Attaakur diwilayah propinsi Ibb, dari sekian banyak daerah yang bernama aden adapula yang tinggal nama dan telah ditinggalkan oleh penduduknya, diantaranya Aden Laah di propinsi Hajjah, Benteng Aden di lembah Hadhramaut, Aden Al-Manasib, dan Aden Bani Syabib dipinggiran kota Ibb.

Dari sekian banyak daerah yang bernama aden tersebut terlihat bahwa "aden" identik perkampungan yang damai dan sejahtera, dan sifat-sifat itulah yang terdapat di Aden Abyan tempat tinggal Imam Abi Bakar yang akan kita bahas sejarahnya dalam tulisan ini, dan dewasa ini apabila disebutkan nama aden maka yang dimaksud adalah Aden Abyan.

Ada juga yang mengatakan bahwa nama aden diambil dari nama orang yang pertama kali membuka tempat tersebut yang bernama Aden, kalimat aden juga diambil dari nama Adnan bin Naqsyan bin Ibrahim, menurut versi ini aden adalah berasal dari kata kerja adana yang berarti berdomisili, atau dari kata ma'din yang berarti barang tambang.

Penulis Yaqut Al-hamawy memiliki pendapat lain tentang asal mula nama penamaan aden, menurut dia nama aden tersebut bermula dari perang antara Habasyah dengan Yaman, ketika perahu-perahu mereka tiba di Aden mereka berkata "adwanatan" yang berarti musuh, maka sejak itulah dinamai Aden.

Kota Aden sejak zaman dahulu telah menjadi incaran dan impian penguasa-penguasa yang serakah, wilayah pantai aden selalu disinggahi para tentara penjajah yang ingin menguasai jalur strategis tersebut, dari semenjak zaman kerajaan Saba, Aden sudah mempunyai peran penting dalam dunia perdagangan, karena para saudagar dari Saba dan Himyar menggunakan Aden sebagai jembatan mereka untuk menjalankan perdaganganya dengan orang-orang India dan Mesir.

Peran Kota Aden dalam perdagangan dan juga dalam peperangan tersebut juga dikarenakan letak geografisnya yang begitu strategis karena berada dipertengahan jalan antara samudera Eropa dan India. 
 
Kota Aden semenjak dahulu kala bahkan sebelum islam telah mennjadi perhatian para raja dengan membangun bendungan-bendungan penampung air dan benteng, diantara raja-raja tersebut adalah Sultan Amir bin Abdul Wahab salah satu raja dari kerajaan Ath-Thahiriah, yang mempunyai hubungan erat dengan Imam Abi Bakar Al-Adeni bin Abdullah Alidrus. Diantara jasa Sultan Amir terhadap Aden adalah waduk bundar yang dikenal dengan nama "Bilyafer" yang mengitari waduk-waduk kecil lainya, selain itu pada tahun 1500 M, Sultan Amir membuat saluran air dari sumur "Mahtha" ke Aden.

Pada tahun 1513 M, datanglah tentara Portugal untuk menjajah Aden, namun saat itu Portugal harus puas dengan kekalahannya oleh tentara Ath-Thahiriah yang saat itu dipimpin oleh Sultan Amir dan Pangeran Marjan. Semenjak itu Aden berdiri tegar setegar para pemimpinnya dan gunung-gunungnya yang menjulang tinggi, hingga tibalah tentara Inggris yang datang pada tahun 1839 M, kedatangan inggris yang berpura-pura meminta ganti atas kapalnya yang tenggelam dan dijarah oleh para kabilah diperairan pantai Abyan, namun Sultan Lahaj (penguasa Aden waktu itu) menunda-nunda ganti rugi tersebut sehingga inggris menyerangnya dan berhasil menguasai Aden pada tanggal 19 januari di tahun yang sama.

Dengan dikuasainya Aden oleh Inggris maka pelabuhan internasional Aden pun menjadi kekuasaannya hingga tibalah revolusi bersenjata yang mampu memukul mundur tentara Inggris sekaligus mengusir tentara penjajah tersebut pada tanggal 30 November 1967 yang sekaligus menjadi hari kemerdekaan Yaman Utara.

Pergolakan politik dan ekonomi serta revolusi bersenjata silih berganti dalam sejarah Aden hingga kemudian tibalah hari persatuan Yaman yang menyatukan semua wilayahnya dan sekaligus mengakhiri semua kekisruhan yang dibawa oleh orang-orang kafir dan komunis dari negeri Yaman. Dengan terciptanya persatuan dan kemerdekaan tersebut maka kembalilah Aden ke pangkuan putra daerah.

Pendahuluan

Segala puji bagi Allah yang Maha Esa dan hanya kepadaNya-lah tempat bergantung, solawat serta salam semoga dilimpahkan kepada pimpinan putra Adnan, pemimpin para wali dan orang-orang takwa yang menjadi panutan orang-orang yang mendapat petunjuk dengan kesaksian dari Allah SWT dalam firmanya dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: "Sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu". Junjungan kita Muhammad bin Abdullah sang pembela atas kemuliaan para kekasih Allah sebagaimana yang Ia katakan dari Allah "barang siapa yang menyakiti salah satu kekasihku, maka Aku telah mengikrarkan perang dengan dia".

Kemudian akan berkata seorang hamba yang berdosa dan  fakir kepada Allah SWT, Abu Bakar Al-Adeni bin Ali bin Abi Bakar Al-Masyhur Baalawy : Aku ridlo Allah sebagai tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul, dan aku berjanji kepada diriku sendiri –sesuai kemampuan- akan berjuang dan mengabdi jalan menuju Allah SWT dengan memperkenalkan diri saya dan generasi saya atas apa saja yang wajib mereka ketahui tentang adab para (syekh) dan kemuliaan amanat yang dipikul oleh manusia-manusia sempurna yang tidak tergiur oleh manisnya dunia (mereka jujur atas apa yang mereka janjikan kepada Allah), janji tersebut merupakan suatu obor yang menerangi orang yang tersesat, memberi petunjuk kepada orang-orang bodoh, serta menjadi dalil kepadaku dalam memberi penjelasan kepada diriku sendiri serta orang-orang sepertiku yang tertipu oleh sebab-sebab kebudayaan atau mereka yang tenggelam dalam keraguan atas atas ahli dzauk dan isyaroh, dan barangsiapa yang tidak mengetahui hak-hak para kekasih Allah maka tidak akan mendapatkan ridlo Tuhannya.

dan kami jelaskan bahwa zaman sekarang ini penuh ketakaburan dan kebohongan atas Allah SWT, dan kita telah mendengar dan membaca penghinaan dan kebohongan atas para kekasih Allah, orang yang busung dianggap gemuk setiap orang mengaku alim dan berani berfatwa, dan telah timbul pula pada zaman ini kekikiran yang diturutkan hawa nafsu yang diikuti, setiap orang merasa bangga akan pendapatnya, orang tidak lagi bisa membedakan antara benar dan salah, atas dan bawah, maka dalam keadaan yang seperti ini tiada lagi tempat kembali kita adalah kitab serta rujukan-rujukan lainnya kita cari di dalamnya tentang hakikat suatu zaman, dan ketetapan-ketetapan islam iman dan ihsan, tentang mereka yang memiliki kedudukan yang tinggi (orang-orang yang ketika mereka melihat maka mereka mengingat Allah, dan ketika mereka berdzikir maka turunlah rahmat yang berlimpah.

Ini adalah suatu keyakinan dari keyakinan, saya sebutkan agar jelas dan menenangkan jiwa yang beriman, dan tujuan saya atas semua itu adalah keridloan Allah SWT dan memelihara sunnah Rasul saw yang bersabda "barangsiapa memlihara sunnahku ketika umat mulai rusak maka dia mendapatkan pahala seratus orang syahid" dan membela para kekasih Allah dari keturunan Nabi saw dan para pengikut dan pecintanya. Dan tulisan ini merupakan sekelumit riwayat hidup salah satu imam dari keluarga Nabi SAW yaitu Imam Abu Bakar Al-Adeni bin Abdullah Alidrus bin Syeh Abdurrahman Assegaff.