http://www.english.hadhramaut.info Imam Abi Bakar Al-Adeni bin Abdillah Alidrus (Bag II) [The Source: hadhramaut.info/indo - 12/8/2008] Silsilah Keturunan Imam Alidrus

Adalah Sayid Syarif Abu Bakar Al-Adeni bin Abdullah Alidrus bin Abi Bakar Assakran bin Syeh Abdurrahman Assegaff  bin Syekh Muhammad Maula Dawilah bin Syeh Ali Alafif bin Syeh Alawi Algayur bib Syeh Alfaqih Almuqoddam Muhammad bin Syeh Ali bin Syeh Muhammad Shahib Marbath bin Syeh Ali Khali' Qosam bin Syeh Alawi bin Syeh Muhammad bin Syeh Alawi bin Syeh Ubaidillah bin Imam Ahmad Almuhajir bin Imam Isa bin Imam Muhammad bin Imam Ali Al-Uraidli bin Imam Jakfar Ashadiq bin Imam Muhammad Albaqir bin Imam Ali Zaenal Abidin bin Imam Husain Assibti bin Imam Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Azzahra putri Rasulullah SAW.

Imam Al-Adeni Simbol Para Wali di Kota Aden

Sesungguhnya daripada hamba-hamba Allah yang shaleh terdapat orang-orang yang jasadnya mati namun seakan masih hidup dan selalu diingat pada setiap saat pada setiap kesempatan, namanya selalu hidup dalam jiwa setiap generasi, hal ini merupakan suatu keistimewaan orang-orang yang melihatnya akan mengingat Allah sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 2 yang artinya :"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah apabila disebut (nama) Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka dan mereka bertawakal kepada Tuhannya".

Dan disinilah di kota Aden tepatnya di sebelah barat laut pusat kota Aden berdiri tegar Masjid Imam Abu Bakar Al-Adeni bin Abdullah Alidrus, Masjid tersebut didirikan oleh Imam Al-Adeni awal kedatangan beliau di kota tersebut pada abad 9 Hijriah, semenjak berdirinya masjid tersebut merupakan tempat berkumpulnya para murid dan pelajar, masjid tersebut mempunyai ciri khas yaitu menaranya yang tinggi dengan desain yang unik selain itu masjid tersebut mempunyai banyak beranda dan kubahnya yang berwarna putih mengkilap. Persis dibawah kubah tersebut terdapat makamnya Imam Al-Adeni, disekitar makam tersebut terdapat juga makam Sayid Ahmad Al-Musawa (putra Imam Al-Adeni), makam Sayid Umar bin Abdullah Alidrus (cucu Imam Al-Adeni) Sayidah Mazinah (putri Imam Al-Adeni) dan selain makam keluarga Imam Al-Adeni di bawah kubah tersebut terdapat juga makam Pangeran Marjan bin Abdullah Adz-dzafiri penguasa Aden yang mempunyai hubungan khusus dengan Imam Al-Adeni, Pangeran Marjan inilah yang membangun Ribat (pondok pesantren) di samping masjid tersebut serta membangun sebuah rumah untuk orang yang menjaga pemakaman Imam Al-Adeni.

Disepanjang harinya masjid dan makam tersebut tidak sepi dari para peziarah dari berbagai daerah baik dari dalam atau pun luar negeri, mereka yang datang memiliki tujuan yang bermacam-macam, ada yang datang untuk sekedar rekreasi melihat saksi bisu sejarah, atau sengaja menelusuri peninggalan-peninggalan pendahulu dalam bidang arsitektur dan dekorasi dan ada pula dari para peziarah tersebut sengaja datang ke makam dan masjid bersejarah tersebut untuk mengingat akhirat dan berdoa kepada ahli kubur.

Dari kenyataan tersebut banyak orang yang bertanya-tanya siapa Alidrus itu? Apa sebabnya dia mendapat kedudukan dan kehormatan seperti itu, kenapa pula tempat peristirahatan dan masjid yang dibangunnya merupakan tempat yang diagungkan dan dihormati?

Merupakan suatu kenyataan yang terlupakan oleh kebanyakan orang yang menjadi korban media informasi, bahwa setiap periode sejarah tentunya memiliki seorang tokoh, dan setiap tokoh tentunya mempunyai lambang dan ciri tersendiri, ciri-ciri itu sekarang sudah punah yang tertinggal hanyalah peninggalan berupa bangunan ataupun pakaian, hal tersebut merupakan suatu bukti akan penghianatan terhadap tokoh-tokoh sejarah, dan hal yang sangat disayangkan sekali penghianatan dilakukan turun temurun dari generasi kegenerasi, oleh sebab itu merupakan suatu kewajiban atas kita untuk mengungkap hakikat yang telah terkubur oleh debu-debu penghianatan yang begitu tebal menutupi kenyatan sejarah para tokoh ulama yang telah membawa umat ini ke puncak kejayaan, adapun bangunan dan gordeng-gordeng yang dipasang rapi menutupi pemakaman para tokoh tersebut hanyalah bagian kecil dari bukti-bukti dan lambang sejarah dari para tokoh tersebut, hal tersebut terjadi karena generasi yang dating setelah para tokoh tersebut tidak bisa menelusuri jejak mereka, maka untuk menghormati dan mengenang mereka dibuatlah hiasan-hiasan dan wangi-wangian tersebut sebagai tanda kebanggaan dan pujian dari mereka.

Diantara sekian tokoh itu adalah Imam Abu Bakar Al-Adeni bin Abdullah Alidrus, bbeliau dikenal dengan julukan Alidrus diambil dari ayahnya juga dikenal dengan panggilan Al-Adeni karena beliau tinggal di Aden dan meninggalpun disana.

Kelahiran dan Pertumbuhan Imam Al-Adeni

Imam Al-Adeni dilahirkan pada awal abad ke-9 Hijriah atau tepatnya pada tahun 851 H, bertepatan dengan 1432 M. Ada juga yang mengatakan bahwa kelahirannya adalah pada 852 H, adapun kota tempat dilahirkannya Imam Al-Adeni adalah kota Tarim, salah satu pusat keagamaan di propinsi Hadhramaut. Imam Al-Adeni tumbuh dalam naungan dan perhatian dari ayahandanya Imam Abdullah Alidrus, serta pamannya Imam Ali bin Abi Bakar Assakran dan Syeih Alwali Saad bin Ali AMdzhij, ketiga imam inilah yang berperan penting dalam membangun jati diri Imam Al-Adeni, maka sauatu hal yang wajar kalau dalam usia yang masih belia, Imam Al-Adeni sudah hafal Al-qur'an, bahkan lebih dari itu beliau diebri futuh oleh Allah dalam memahami isi dan kandungan Al-qur'an, dikisahkan bahwa ayahandanya berpesan kepada guru ngaji yang mengajar dia membaca Al-qur'an agar bersikap lembut dan jangan membentaknya apalgi sampai memberikan hukuman kepadanya.

Dan hal yang menakjubkan dalam perlakuan Imam Abdullah Alidrus terhadap putranya adalah beliau selalu membawa serta Imam Al-Adeni dalam halaqoh Qur'an, dan ketika tiba gilirannya untuk membaca maka dibiarkannya membaca sendiri tanpa ada yang menegur ataupun menyalahkanya walaupun keliru ataupun salah, dan terkadang ketika dia membaca sengaja membaca dengan salah untuk meyakinkan ataupun pindah dari satu surat ke surat yang lainnya ketika ada ayat yang serupa, tetapi tetap didiamkan tidak dibetulkan oleh ayahnya ataupun para
peserta halaqoh lainnya sehingga dengan sendirinya Imam Al-Adeni mengulangi bacaanya yang keliru dan membetulkannya.

Pada usia yang masih belia itu beliau sudah diarahkan oleh ayahandanya untuk mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan dari ilmu bahasa arab, hadits, tafsir, fiqih dan sebagianya, selain itu ayahandanya selalu mendorongnya agar rajin mutolaah dan murojaah sehingga dengan dorongan dari ayahandanya tersebut Imam Al-Adeni menjadi hobi membaca dan mutolaah kitab-kitab yang memenuhi perpustakaan pribadi ayahnya, namun bukan berarti beliau bebas membaca semua kitab-kitab yang ada diperpustakaan tersebut, Karena ayahandanya selalu memantau apa saja yang beliau baca, tentang hal itu Imam Al-Adeni mengungkapkan "seingatku ayah tidak pernah membentak atau memukulku, keculai satu kali ketika beliau melihat aku memegang kitab "Al-Futuhat Almakkiyah" karangan Ibnu Arobi, beliau sangat marah dan dari detik itu aku tidak pernah lagi memegang kitab tersebut". Beliau juga berkata "Ayah melarangku untuk membaca kitab Al-Futuhat dan Al-Fusul  keduanya karangan Ibnu Arobi, tetapi disamping itu ayah juga menyuruhku untuk berbaik sangka atas isi kitab tersebut, dan tentang isi kitab tersebut beliau berkata bahwa kitab-kitab tersebut mengandung hal-hal yang tidak difahami oleh orang-orang yang masih rendah, kitab-kitab tersebut hanya untuk dibaca oleh kalangan yang sudah tinggi". Domisili dan Perjalanan Imam Abu Bakar Al-Adeni.

Imam Abu Bakar bin Abdullah Alidrus semenjak dilahirkan tinggal di kota kelahirannya Tarim Hadhramaut, dan selama 38 tahun beliau tidak keluar dari Hadhramaut. Namun setelah ayahnya wafat beliau mulai mengadakan perjalanan ke kota Syihir meneruskan jejak ayahnya ziaroh Syeh Saad bin Ali Adzafari Asyihri. Selain ziaroh ke Syihir Imam Abu Bakar dalam rangka meneruskan jejak ayahnya, beliau juga ziaroh ke Doan dan Gidun tempat makomnya Syeh Said bin Isa Al-Amudi, selain itu beliau juga dengan rutin melakukan ziaroh ke makam Nabi Hud Alaihi Salam.