http://www.english.hadhramaut.info Imam Abi Bakar Al-Adeni bin Abdillah Alidrus (Bag XII Selesai) [The Source: indo.hadhramaut.info - 07/8/2008] Peninggalan-peninggalan Imam Al-Adeni

Imam Al-Adeni meninggalkan peninggalan-peninggalan ilmiah yang begitu penting dan berharga, diantaranya adalah ribat dan masjid yang menjadi pusat penyebaran dakwah islamiah dan ilmu syariah, selain itu adalah makamnya beliau yang sampai sekarang digunakan sebagai tempat hadhrah  setiap senin malam, selian itu Imam Al-Adeni juga meninggalkan beberapa barang berupa tasbih, wadah air dan tongkat yang digunakan pada waktu khutbah.

Namun barang-barang peninggalan itu raib dicuri dalam serangan terhadap masjid dan kubah, bahkan bukan hanya barang-barang itu saja, para penyerang itupun mengambil daun pintu makam, ukiran-ukiran bersejarah dan beberapa daun jendela, terutama jendela tarim dan membakarnya bersamaan dengan tulang-tulang jenazah dari kuburan yang mereka gali.

Adapun mimbar masjid, itu diyakini bahwa dibuat setelah peristiwa penyerangan terhadap masjid, adapun kayunya didatangkan dari India, dan dalam kurun waktu berikutnya dilakukanlah perbaikan masjid secara menyeluruh oleh para munsib termasuk sumur Imam Al-Adeni yang dinamai sumur kesembuhan, yang dipakai mandi dan wudlu.

Imam Al-Adeni Meninggal Dunia

Imam Al-Adeni menghabiskan masa hidupnya dalam pengabdian kepada Sang Pencipta, menegakkan ilmu serta dakwah kepada Allah SWT, dan mengajak umat manusia kepada kebaikan dan mengamalkannya, hingga akhirnya Allah memberinya sakit beberapa hari untuk kemudian dipanggilan ke hadiratNya pada malam selasa tanggal 14 Syawal tahun 914 H, dalam usianya yang ke-63 tahun.

Mendengar wafatnya Imam Al-Adeni, kota Aden menjadi geger, semua lapisan penduduk berbondong-bondong mendatangi masjid dan rumahnya, tempat beliau dimandikan dan dikafani, kemudian dibawa ke masjid dengan diiringi doa yang tidak henti-hentinya untuk kemudian disalatkan dan dikuburkan ditempat yang beliau pilih sedniri semasa hidupnya, setelah itu diadakan khatam Qur'an selama 3 hari sebagaimana adapt di Hadhramaut dan diakhiri dengan ceramah dan pembacaan syair dari para ulama dan murid-murid Imam Al-Adeni, diantara murid Imam Al-Adeni yang menyampaikan bela sungkawa dalam bentuk syair adalah Al-Allamah Muhammad bin Ahmad Bahraq, syairnya adalah sebagai berikut :

كل نفس إلى الفناء تؤول        ما لحي إلى البقاء سبيل
إن في الموت عبرة هي تكفي    كيف والموت في سواه قليل
كم وكم في التراب صدر مهاب    وفتى باسل ووجه جميل
كيف يلتذ بالمعيشة مرء        وإلى اللهو بعد هذا يميل
يا لها غفلة تمادت فضلت        عن سواء السبيل فيها عقول
لعبت بالعقول دنيا غرور        لم يفق عن خمارها إلا القليل

Sampai dengan ….

رمقت عينه العواقب فيها         فشراها لما اشتراها الجهول
شاد جودا فساد مجدا فأضحى    في ذرى العز حين ذل البخيل
فهو السيد الشريف الذي قد    سلسلت فروعه والأصول
وجدير بالمجد والفخر غصن        أصله دوحة نمتها البتول
قل لمن رام شأوه قصر        درك الفخر بالمنى مستحيل
والقبر ثوى به كيف أضحى         ولبدر الكمال فيه أقول
حرمت حضرموت فخرا حوته        عدن لم تحزه تلك الطلول
صار ذاك اسمها كما كان فيها     ساكنا فدام فيها النزول
فبها العرب والجهات جميعا        عمها النور والبها والقبول
فابشروا أيها النزول بعدن        وسلام من ربكم لا يزول
لا يخف من يحوم حول حماها    كيف يخشى وقد حمتها الفحول
كل من رامها بسوء وإن ظــ        ـن نجاحا فإنه المخذول
نسأل الله أن يديم علينا         نعما لا يشوبها تحويل
ويقيم الولاة بالعدل فينا        ولأهل الفساد عنا يزيل
وصلاة مع السلام على من        شق بالحجر صدره جبريل
أحمد الحامد البشير النذير الــ    ــفاتح الخاتم النبي الرسول

Setelah Imam Al-Adeni wafat, yang menggantikan kedudukan beliau adalah putranya Imam Al-Allamah Ahmad Al-Musawa, masa Imam Al-Adeni tinggal di Aden dari kedatangan beliau ke Aden hingga wafatnya adalah kurang lebih 25 tahun, hal tersebut sebagaimana disebut oleh ahli sejarah keturunan Alfaqih Syeh Abdullah bin Ahmad Al Hadrami dalam kitab "Tarikh Asyihir" dalam dua bait berikut ini

"قضى جا" تراه وفيا بعام        وفاة الولي القطب صاحب عدن
أبي بكر العيدروس الذي        به الله أعلى منار السنن

Tangggal wafatnya Imam Al-Adeni disebutkan pada awal bait yaitu "قضى " =910 "جا" =4, 910+4=914.

Sadah Ali Alidrus dibawah lindungan makom Imam Al-Adeni

Semenjak wafatnya Imam Abu Bakar bin Abdullah Alidrus, kedudukan keluarga besar Alidrus melambung tinggi dan muncul sebagai perwakilan dari keluarga besar bani Alawi, bukan merupakan suatu yang aneh hal tersebut terjadi, Karen sebelumnya telah disebutkan oleh salah seorang perempuan sholehah dari bani Alawi yaitu istrinya Imam Syeh Abdurrahman Assegaf, yang mengatakan "setiap sesuatu memiliki inti (hati/sumsum) dan intinya keluarga besar Baalawi adalah Ali Alidrus".

Begitu pula dengan kedudukan keluarga besar Alidrus di Aden, tetap berdiri kokoh bagaikan gunung yang kokoh menjulang tinggi tidak tergoyahkan dengan perubahan waktu dan generasi, dan berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi dari mulai abad ke-9 dan 10 hingga sekarang, tidak luput dari peran penting keluarga besar Alidrus, walapun berbagai pihak yang tidak menyukai berusaha memutar balikkan pakta sejarah, dalam bab berikut ini penulis berusaha menyebutkan sebagian kecil dari peran keluarga besar Alidrus dan makam Al-Adeni dalam mengukir sejarah Aden.

1.    Mimpi komandan perang Turki sebagai sebab memasuki Aden
Ahli sejarah Ustadz Abdullah Muhairiz dalam kitabnya "Al-Uqbah" mengisahkan tentang masuknya tentara Turki ke Aden pada tahun 976 H, ketika itu Amir Qosim bin Syuwai' berada di Aden, Muhairiz mengatakan bahwa tentara Turki mengepung kota Aden dari pelabuhan Shairah dan pintu Aden dan mengusir kapal-kapal Portugal yang dating untuk membantu Amir Qosim, dan pengepungan itupun terjadi dalam waktu yang begitu lama sehingga salah satu pemimpin mereka yang bernama Sukur Kadakhda yang kemudian dikenal dengan Kapten Alyaman bingung kehabisan pikir mencari jalan untuk masuk kota Aden, akibat lelah ahirnya tertidur, dalam tidurnya dia mimpi di datangi oleh Imam Al-Adeni dan menunjukkan jalan masuk ke kota Aden, dalam mimpi itu Imam Al-Adeni menggandeng tangannya dan membawanya ke benteng Aden yang bernama Syamsan yang tingginya tidak tertandingi, dan menunjukkan tangga untuk menaiki benteng tersebut, seraya memerintahkannya untuk menaiki tangga tersebut, lalu terbangunlah Kapten Alyaman kemudian bersama anak buahnya memanjat benteng Aden melalui jalan yang ditunjukkan oleh Imam Al-Adeni dalam mimpinya, dengan itu masuklah tentara Utsamni dari darat dan laut dan meringkus Amir Qosim bin Asyuwai' pada 28 Dzul qo'dah tahun 976 H.

2.    Peran keluarga Alidrus dalam memerangi Portugal
Athoyib Bafaqih dalam kitab "Sejarah Kota Syihir", sebagaimana dinukil oleh Hmzah Lukman dalam "Sejarah Kepulauan Yaman" sebagaimana dinukil Hasan Syihab dalam "Sejarah Kelautan Yaman" menyebutkan : pada awal bulan Rabi' Atsani tahun 942 H, yang bertepatan dengan 1535 M, datanglah kapal asing dan ditengah perjalanan mereka merampok dan merampas, kemudian sampailah ke kota Syihir, dari sana mereka bersama beberapa kelompok orang asing lainnya meneruskan perjalanan dengan melalui jalan laut ke Al misyqos, dan menjelang tiga hari kemudian terdengar kabar bahwa mereka telah sampai di Qosyan, dan disana terdapat tentara kerajaan Athahiriah yang dipimpin oleh Sayid Abdullah bin Syeh Alidrus menggantikan Sultan Amir bin Daud bin Tohir, maka terjadilah peperangan yang sengit antara kedua kelompok tentara yang  diakhiri dengan kemenangan tentara Sayid Abdullah atas tentara asing.

3.    Peran keluarga Alidrus di Aden dalam memadamkan api fitnah pada tahun 933 H.
Athoyib Bafaqih dalam kitab "Sejarah kota Syihir" mengatakan : setelah tentara Turki terpukul kalah oleh tentara asing, Syeh Ahmad bin Muhammad Shahib Aden melarikan diri dengan menggunakan jalur laut, namun hal tersebut diketahui oleh Syarif Abdullah bin Syeh Alidrus dan Al faqih Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Bafadol dan ulama-ulama lainnya, maka mereka memintanya kembali ke Aden untuk menenangkan keadaan dan memadamkan fitnah disana, namun ditengah perjalanan menuju Aden mereka diserang, akhirnya kembali lagi.

Nama-nama munsib Alidrus yang merawat makam dan semua peninggalan serta meneruskan perjuangan Imam Al-Adeni dalam menyebarkan dakwah dan ilmu

1-    Sayid Ahmad Al Musawa bin Abu Bakar Alidrus, meninggal tahun 922 H (1447 M)
2-    Sayid Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Mekah tahun 978 H (1503 M)
3-    Sayid Umar bin Abdullah bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Aden tahun 1000 H (1525 M)
4-    Sayid Muhammad bin Umar bin Abdullah bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Aden
5-    Sayid Ahmad bin Umar bin Abdullah Alidrus, meninggal di Aden
6-    Sayid Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Aden.
7-    Sayid Alawi bin Zen bin Muhammad Alidrus, meninggal di Aden.
8-    Sayid Zen bin Alawi bin Zen bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Aden.
9-    Sayid Alawi bin Zen bin Alawi bin Zen bin Muhammad bin Zen bin Ahmad bin Umar bin Abdullah Alidrus, meninggal di Aden.
10-    Sayid Zen bin Alawi bin Zen bin Alawi Alidrus, meninggal di Aden tahun 1902 M.
11-    Sayid Idrus bin Zen bin Alawi dari tahun 1902 M hingga wafatnya tahun 1927 M.
12-    Sayid Syamsul ulama Abdullah bin Idrus bin Zen Alidrus dari tahun 1927 hingga wafatnya pada tahun 1948 M.
13-    Sayid Zen bin Hasan bin Idrus Alidrus 1948 hingga wafatnya tanggal 5 bulan Mei 1960 M.
14-    Sayid Abu Bakar bin Abdullah bin Idrus bin Zen bin Alawi dari tahun 1960 hingga 1966 M.
15-    Sayid Abdullah bin Idrus bin Zen Alidrus dari 1966 hingga 1972 M.
16-    Sayid Mustofa bin Zen bin Hasan bin Idrus bin Zen bin Alawi bin Zen Alidrus dari tahun 1972 hingga sekarang.