http://www.english.hadhramaut.info Syekhah Sulthonah (bag: II) [The Source: indo.hadhramaut.info - 19/09/2008] Guru Syekhah Sulthonah

Setelah Syekhah Sulthonah matang dalam memahami tuntutan fitrahnya dalam lingkungan yang sederhana tersebut, maka semakin kuat pula ajakan dalam jiwanya untuk mengambil tasawuf secara langsung dari para masyayeh. Adapun Syeh pertama yang dituju oleh Sulthonah adalah Al-Allamah Muhammad bin Abdullah Al-qodim Baabbad yang tinggal di kampung Gurfah tidak jauh dari kampungnya Syeikhah Sulthonah, dari Syeikh Al-qodim inilah mulai terbukanya anugerah Allah yang berupa ilmu dan amal baik yang melalui kasab ataupun yang merupakan laduni dan wahbi. Dan diantara kelebihan Syeikhah Sulthonah yang menonjol adalah beliau tidak mau menikah dan bahkan tidak menganggap bahwa nikah itu suatu tujuan, Sulthonah mempunyai tujuan yang luhur daripada hal tersebut yaitu tujuan ruhani yang telah ia pupuk semenjak kecil dengan memperbanyak riadloh dan menyerahkan jiwa sepenuhnya kepada Allah SWT. Keinginan rohani tersebut mengalahkan segalanya dan menambatkan ketetapan akhlak dan cita-cita kejiwaan yang tinggi sehingga segala sesautu yang bersifat duniawi dan berhubungan dengan syahwat dianggap suatu yang remeh walaupun itu halal. Buah dari itu semua adalah bersihnya hati dan jiwa sehingga mudah untuk melakukan amal saholeh, sehingga diriwayatkan Syeikhah Sulthonah termasuk orang yang sering melihat Nabi SAW dalam mimpi.

Begitulah selanjutnya Syeikhah meniti tangga dan menimba tasawuf dari para masyayeh di zaman itu, hal tersebut dilakukannya dengan mendatangi langsung rumah, ataupun mendatangi masjid-masjid guna menimba ilmu dari para masyayeh yang selalu mengisi masjid-masjid tersebut dengan wejangan dan pelajaran. Tentang Syeikhah Sulthonah yang gigih dan pengaruhnya dikalangan masyrakat baduy akhirnya sampai juga kepada para masyayekh di sekitar Hadhramaut, hal yang menjadikan Syeikhah Sulthonah semakin dekat dengan para ulama keturunan Rasulullah SAW, oleh karena itu Sulthonah sangat menyadari akan kewajiban yang ia pikul terhadap para keturunan Rasulullah SAW tersebut, oleh krn itu beliau berkata "Demi keagungan zat Allah yang disembah, kalau misalkan dagingku ini bisa bermanfaat bagimu, maka akan aku korbankan", dia juga berkata disela-sela memberi wejangan kepada masyarakat "Sesungguhnya aku melihat bahwa keluarga Baalawi mempunyai kedudukan diatas manusia lainnya", yakni para wali dan masayekh dari Baalawi mempunyai kedudukan yang lebih daripada yang lainnya.

Adapun masyayekh Baalwi yang mempunyai hubungan dekat dengan Seiykhah Sulthonah adalah Syeikh Abdurrahman Assegaff dan keturunanya, tentang kecintaannya dan penghormatannya kepada keturunan Rasulullah SAW bisa dilihat jelas dalam maqolah yang ditulis oleh Syeikhah Sulthonah tentang betapa dia mengagungkan dan menghormati keturunan Rasulullah SAW dengan tulus dan ikhlas bukan suatu hal yang dibuat-buat atau dipaksakan.

Syeh Abdurrahman Assegaff adalah salah satu masyayeh dari keluarga Baalawi yang sering datang ke perkampungan Sulthonah guna memberi wejangan dan pelajaran kepada masyarakat setempat, kehadiran beliau disana semakin sering setelah menikahi salah satu warga kampung, kehadiran beliau selalu disambut gembira oleh masyarakat disana, mereka selalu memenuhi masjid yang dipake media dakwah oleh para masyayeh, bahkan sebagian masyarakat mendatangi beliau guna menimba ilmu dan barokah, mengenai hal itu Syeikhah Sulthonah berkata : "Apabila Syeh Abdurrahman Assegaff akan mengunjungi kita, maka sebelumnya kampung kita menjadi subur seakan-akan habis tersiram hujan deras, kemudian setelah itu aku mendengar suara berkata "datang kepadamu sultan putranya sultan". Dan dia sendiri yang berkata seperti itu pada hakikatnya adalah sultonah ruhani sebagaiaman perkataan syair :

ملوك على التحقيق ليس لغيهم
                    من الملك إلا إسمه وعقابه

Artinya : mereka adalah para raja yang sesungguhnya, adapun raja-raja yang lainya hanya mempunyai nama dan gelar saja

Dan mengenai mereka Syekh Abu Madyan berkata :

ما لذة العيش إلا صحبة الفقرا
                هم السلاطين والسادات والأمرا

Artinya : kelezatan hidup ini hanya dengan berbaur dengan kaum faqir, mereka adalah para raja dan pemimpin

Mahabbah Syeikhah Sulthonah terhadap Syeh Abdurrahman Assegaf yang begitu kuat, menjadikan Syeikhah Sulthonah mampu membedakan antara alamat kedatangn mereka kepadanya, dalam hal itu Syeikhah Sulthonah berkata : "setiap wali yang dating kepadaku aku mengetahuinya, dan kalau sudah tiba maka dia masuk melalui pintu, kecuali Syeh Abdurrahman Assegaff kalau dia berkunjung kepadaku maka aku tidak mengetahuinya kecuali dia sidah berdiri dihadapanku".

Tafsir tentang perkataan tersebut tidaklah bertentangan dengan mafhum zahir, karena tidak menutup kemungkinan dialam sirrinya Syeikhah Sulthonah telah merasakan adanya madad dan atsar dari para wali yang datang kepadanya, karena para wali mempunyai sirr yang bisa membedakan suatu perkara dari yang lainya, atau dia melihat sesuatu yang berada disekitarnya dengan "nur" Allah, sebagaimana disebutkan dalam atsar "Takutlah engkau akan firasatnya seorang mukmin, karena dia melihat dengan "nur" Allah". Dan tentang hal tersebut Syeikhah Sulthonah berkata :"Setiap wali Allah aku mengenalnya baik banyak ataupun sedikit", dia juga berkata "Sebagian dari para wali itu aku mengetahu halnya, kecuali Syeh Abdurrahman".

Adapun hubungan Syeikhah Sulthonah dengan Syeh Abu Bakar Assakran putra Syeh Abdurrahman Assegaff tidak kalah dekat dan kuatnya dengan hubungan Sulthonah dengan sang ayah, Syeh Abu Bakar Assakran menjadi penerus perjuangan dakwah sang ayah, maka beliaupun seringkali berkunjungi ke perkampungan guna menyebarkan ilmu dan menyampaikan dakwah islamiyah, hal tersebut sebagaimana diterangkan oleh penulis "Al-jauhar As-Syaffaf", : Antara Syeh Abu Bakar Assakran dengan Syeikhah Sulthonah mempunyai hubungan yang erat dan mahabbah yang agung, dan ketika Syeh Abu Bakar Assakran akan berkunjung perkampungannya maka dua atau tiga hari sebelumnya Syeikhah Sulthonah memberi tahukan kepada penduduk setempat dan berkata :"Sambutlah kedatangan sultan putranya sultan, karena aku telah mendengar "Syaawusy" (kemungkinan dari bahasa turki- yang artinya pimpinan pengawal atau pemimpin suatu kelompok, dan yang dimaksud disini adalah sautu bisikan kabar gembira), memberi tahukan kedatangannya, aku juga melihat mahkota kewalian dikepalanya, dan kedatangannya diiringi oleh para malaikat". Dia juga berkata "Sesungguhnya aku selalu mendengar suara annaubah dilangit yang mengumandangkan kepemimpinan Syeh Abu Bakar". 
 
Syeikhah Sulthonah oleh Allah dikaruniai umur panjang sehingga beliau menzamani putranya Syeh Abu Bakar Assakran, sebagaimana dia menghormati dan mengagungkan kakek dan ayahnya Syeikhah Sulthonahpun menghoramti keturunan Syeh Abdurrahman Assegaff tersebut.

Sebagaimana beliau menghormati Syeh Abu Bakar Assakran pada masa hidupnya, bahkan setelah beliau meninggalpun Syeikhah Sulthonah berkata :"ketika Syeh Abu Bakar Assakran meninggal dunia Allah memberinya anugerah yang tak terhingga, dan aku tidak mengetahui seorang wali Allah yang dianugerahi seperti itu kecuali dia dari keluarganya terdahulu", Syeh Sulthonah pun memberikan penghormatan tersebut kepada keturunan Syeh Abdurrahman Assegaf yang datang setelahnya, seperti Syeh Umar Al-Muhdlor  dan Syeh Hasan.
Adapun tentang mahabbah dan penghormatan Syeikhah Sulthonah terhadap Sayid Abdullah Alidrus bin Abu Bakar hal tersebut dijelaskan dalam kitab Al-Jauhar As-Syafaf hal 146, "diantara hikayat tersebut adalah tentang seorang laki-laki soleh yang dikenal dengan Bin Abi Abbad dan Sulthonah binti Ali Az-Zubaidi semunya mengagungkan Syeh Abdullah dan menghormatinya atas karunia yang telah dilimpahkan oleh Allah kepadanya, telah berkata sebagian orang yang terpercaya, "Suatu hari saya mendatangi Syeikhah Alarifah billah Sulthonah binti Ali Az-Zubaidi, beliau memuji Syeh Abdullah bin Abu bakar dan mengagungkannya serta menyebutkan sifat-sifatnya, dan setelah itu dia berkata kepadaku :"aku pesen kepada kamu apabila tiba di Tarim maka ciumlah kepalanya (Syeh Abdullah bin Abu Bakar)" ketika aku tiba di Tarim aku menjumpai yang sedang bermain dengan teman sebayanya dan aku melakukan yang dipesankan oleh Syeikhah Sulthonah. Mengenai hal itu penulis Al-Jauhar As-Syafaf mendendangkan sebuah syair :

وبنت الزبيدي كم أشاروا وأفصحوا
                    بتعظيمه شابا لجزل عطية

Artinya : dan putrinya Az-Zubaidi yang dikatakan bahwa dia mengagungkan seorang pemuda yang dianugerahi karunia yang tak terhingga oleh Allah SWT.