Perjalanan menuntut ilmu
Syekh Umar Muhdhar banyak berkelana demi belajar kebanyak tempat, di
Hadhramaut atau di pelosok Yaman bahkan di Hijaz, dan beliau belajar
dari para Ulama yang betul-betul terkenal kealimannya.
Penulis Al Jauhar mengatakan, Syekh Umar Muhdhar mengatakan, suatu di makkah pada saat aku haji, sesorang datang menghampiriku sembari berkata : kamu putra Al Saqqaf? Aku jawab : ya, lalu dia menoleh ke teman-temannya mengatakan ayah anak ini di Hadhramaut menutupi dirinya sampai tak terlihat sesuatupun darinya, bersaksilah bahwa ayah anak ini hadir disetiap majelis kita dan kita dimata beliau bagi kambing sementara beliau dimata kita bagai singa, kita tidak takut kecuali dia menerkam kita dan kita tidak merasa tenang kecuali ketika beliau berpaling.
Buku-buku biografi banyak menceritakan bahwa Syekh Umar Muhdhar telah menguasai seluruh bidang ilmu yang ada dizamannya, juga segala bidang pengetahuan yang dipegang oleh orang-orang zaman itu, selain ilmu-ilmu tersebut beliau terkenal sangat mendalami kitab Al Minhaj dan Al Tanbih, karena saking banyaknya pengualangan beliau kitab-kitab tersebut, juga Al Ihya dan tafsir Al Sulma, sampai hamper hafal sebab seringnya diulang-ulangi.
Haal dan Peningkatan Maqam
Buah hanyut dalam arus sesuatu adalah respon positif pada aliran tersebut, orang-orang itu telah terbaur dengan Al Quran, tilawah, taat, mujahadah, mendidik hawa nafsu dan mensucikannya maka mereka pun menuai buah itu semua, hal ini terapresiasikan dengan terjadinya haal pada orang tersebut, setiap kali seseorang melampaui haal tertentu maka dia akan merasakan ketenangan yang biasa disebut dengan maqam, diantara karakter haal orang-orang saleh adalah haal tersebut buah pengendalian diri yang menghasilkan pancaran aura yang menggiring pada sikap ridla kepada Allah, senang dengan kehadiran-Nya, ketenangan ketikan menyebut-Nya, Syukur kepada-Nya, rindu pada keridlaan-keridlaan-Nya, serta menjaukan diri dari tabiat jelek manusia.
Dikatakan Syekh Umar Muhdhar terdidik dalam didikan dan pantauan sang ayah maka kondisi ini dan juga kondisi saudara-saudara beliau tidak mengherankan bila mereka bisa mencapai derajat yang tinggi, Syekh Umar Muhdar mengatakan pertama kali muncul haal dari diriku pada tahun 808 pada saat ayah saya masih hidup, beliau berbicara tentang pengaruh pendidikan dan pantauan guru dalam membangun kepribadian dan keruhanian murid, saya diberikan tiga uluran tangan, uluran tangan Nabi Muhammad SAW, uluran tangan ayahku, dan uluran tangan satu orang lagi, orang lain yang disebutkan oleh Syekh tak lain adalah uluran tangan guru beliau.
Untuk berterima kasih kepada Allah sang ayah mengatakan tentang anaknya sebab didikan beliau, aku melihat Umar memiliki sesuatu yang tak perneh terpikir oleh ku bahwa dia memilikinya.
Kesibukan Syekh Umar Al Muhdhar
Syekh Umar Al Muhdhar aktif mengajar dan menyebarkan ilmu, dan para ulama juga para murid datang dari segala penjuru demi untuk mendengarkan penjelasan-penjelasan dan petuah-petuah beliau yang sangat langka, penulis Al Juhar mengatkan, Syekh termasuk para muhaqiq yang memiliki banyak karamah dan mukasyafah, juga isyarat-isyarat nuraniah dan rahasia-rahasia alam. semua sepakat akan keagungan beliau, segala lapisan merasakan manfaat dari keberadaan beliau. Penulis kitab Gharar mengatakan:
رعته أكف من عناية ربه فللخلق هاد ثم بالله مهتد
Di pelihara oleh belaian kasih ilahi, membawa petunjuk ilahi dan menjadi petunjuk bagi umat manusia.
رضيع لبانات المحبة مرشد لحيران في بحر من التيه مزبد
Asuhan belaian kasih sayang, petunjuk bagi orang yang kebingungan, di lautan kebanggan dia laksana buih
يقوم الدياجي في الهواجر صائم و للذكر يتلوه ببيت و مسجد
Bangun di malam hari, selalu berpuasa, selalu berdzikir dirumah dan masjid.
مرب لسلاك الطريق بحاله و أرباب أنوار الحقيقة تهتدي
Pendidik thariqah, dan pemilik cahaya hakikat.
علا فاعتلى عالي المقامات في العلا معانيه أعيا فهمها كل مرشد
Berkedudukan tinggi, pemahamannya menggugah semua pemberi petunjuk.
جلالي أحوال و شيخ مسدد مناظره في العلم يضحي كابلد
رؤوف عطوف للخلائق رحمة شريف عفيف عارف بتأكد
له همة تعلو بحسن عزيمة لأعلى مقام قد علا بتعبد
Penulis Al Jauhar, dan Al Gharar, para ahli ilmu, para wali, dan para syekh sepakat bahwa beliau adalah pemilik semuanya. Para Syekh dari keluarga Ba Alawi terkenal dengan kompilasi mereka antara penguasaan kaidah dan ilmu agama dengan usaha, lebih-lebih ketika mereka berada dipermulaan mengemban tanggung jawab thariqat dan melayani umat.
Syekh Umar Al Muhdlar berfikir untuk meletakkan kaidah-kaidah ekonomi dan cara menyusun penghasilan, baik di Tarim dan sekitarnya. Juga daerah pantai seperti syihir, Mukalla, AL Ghail dan lain-lain.
Disebutkan bahwa beliau pada saat ini termasuk keluarga Bani Alawi yang memiliki banyak tanah, kebun dan yang paling getol dalam merawat dan menanam pohon korma, beliau juga memiliki banyak kapal didaerah pantai untuk menangkap ikan yang mana hasilnya dinfaqkan untuk kemaslahatan dakwah, ilmu dan kesejahteraan fakir miskin.
Ketika beliau mulai terkenal dan memiliki posisi tersendiri, beliau banyak dikirim harta dari berbagai penjuru, lalu beliau infaqkan harta itu untuk hal-hal yang terpuji, diceritakan bahwa beliau berinfaq untuk keluarga-keluarga mulia, dan memuliakan mereka dengan makanan dan minuman yang enak, selalu bermurah dengan para fuqara, masakin, janda-janda dan anak-anak yatim, beliau juga selalu memulyakan para tamu baik itu datang untuk ziarah, ibadah, ataupun menuntut ilmu, sampai-sampai diantara keluarga beliau ada yang menyindir beliau sebab banyaknya infaq beliau, lalu beliau mengatakan: apa yang ada di tangan kalian akan musnah sementara yang ditangan Allah akan abadi.
Diantara hasil jangkauan beliau juga pembangunan masjid, diantaranya masjid beliau yang terkenal di Tarim, beliau membangunnya dan mewakafkan untuk kemaslahatan masjid tersebut kebun korma dan tanah-tanah yang banyak. Beliau juga membangun masjid lain di daerah Syihir di suatu desa bernama 'Araf beliau juga memiliki petak tanah , tanah-tanah wakaf, dan makam sampai hari ini.
Penulis Al Gharar mengatakan, Syekh Umar Muhdlar memiliki banyak tanah petak, beliau memetak Syihir menjadi tiga petak, diantaranya petak yang dinamakan Wasith yang berada di pinggiran Syihir.
Diantara proyek Syekh Umar Al Muhdlar adalah menghimpun keluarga Ba Alawi dalam satu ikatan persaudaraan, dalam proyek ini beliau mengajak mereka untuk melakukan kegiatan keorganisasian dalam bentuk asosiasi dan di sahkan secara tertulis oleh pemerintah pada saat itu, yang bermisi untuk menjunjung kebenaran, amar ma'ruf nahi mungkar, dan menolong kaum yang terdzalimi.
Dibawah sample dari surat pengesahan pada saat itu yang diambil dari buku Tarikh Hadhramaut,
Yang terjemahannya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan disaksikan bererapa orang saksi, kami keluarga Bani Alawi, yang besar, yang kecil, yang hadir mewakili yang tidak hadir berikrar untuk menegakkan kebenaran sesuai yang digariskan Allah dan Rasul-Nya. Segala perkara baik yang berdampak positif ataupun negative bagi keluarga Bani Alawi urusannya kembali kepada Syekh Umar bin Abdul Rahman Al Saggaf bin Muhammad bin Ali bin Alawi, dan mempercayakan sepuluh orang lain selain Syekh Umar untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu perkara secara lembut, baik, tanpa kekerasan dan rasa sombong, kesepuluh orang tersebut bertanggung jawab kepada Syekh Umar Muhdhar, kesepuluhnya pun sudah diambil janji dan sumpah mereka, mereka bersaksi dihadapan Allah, para malaikat-Nya, para nabi-Nya, dan hamba-hamba Allah yang saleh, juga kakek mereka Syekh Abdul Rahman, Syekh Umar dan umat islam seluruhnya bahwa mereka adalah orang-orang yang adil dikalangan Bani Alawi, dan mereka tidak akan condong pada kebatilan selain yang digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam segala urusan, bila kesepuluh orang tersebut memandah suatu kemaslahatan sebagai solusi terbaik maka pendapat mereka inilah yang diutamakan, bila Syekh Umar memberikan suatu petunjuk dalam suatu kemaslahatan maka pendapatnya akan dilaksanakan, kesepuluh orang tersebut adalah:
1. Syekh Abdullah bin Syekh Abdul Rahman Al Saqqaf
2. Syekh Abdullah bin Alawi
3. Syekh Muhammad bin Abdullah
4. Syekh Hasan bin Syekh
5. Syekh Hasan bin Ali
6. Syekh Abu Bakar Ba Hasan
7. Syekh Husain bin Ali
8. Syekh Ali Ba Hasan Al Muallim
9. Syekh Muhammad bin Umar
10. Syekh Muhammad bin Ali
Kesepuluh orang tersebut jika salah satu diantara mereka condong pada kebatilan atau meninggal maka akan digantikan oleh orang yang dipilih Syekh Umar Muhdar.
Kesepuluh orang tersebut mengambil janji dari setiap mereka untuk selalu menegakkan ajaran Allah dan Rasul-Nya dan tidak boleh berpaling darinya, bila salah satu diantara mereka ditimpah kedzaliman maka semua keluarga Ba Alawi akan turun tangan, mereka sepakat untuk mengeluarkan sedekah masjid-masjid mereka semua, dari kebun korma nya, rumah-rumah nya, dan segala yang berhubungan dengan nya untuk menegakkan ajaran Allah dan rasul-Nya, masjid Ba Alawi dikumpulkan semua sedekanya yang berasal dari Syekh Umar dan yang berasal dari keluarga Muhammad bin Abdullah, juga keluarga Ali bin Abdullah, kaluarga Ali bin Umar dan keluarga Ahmad, semua yang memiliki sedekah dan penghasilan dikeluarkan secara ikhlas dijalan Allah, demikian juga masjid Syekh Abdul Rahman, masjid Ba Khatfan, masjid Al Habuthi, masjid Muhammad Ba Hasan Al Muallim, masjid Sarjis, masjid Muhammad bin Abdullah, Masjid Ba Humaid, Masjid Nakhl, Masjid Yabhur, sedekah Muhammad bin Ali di Saum dan Yabhur, masjid-masjid tersebut sedekahnya dikeluarkan untuk ajaran Allah dan rasul-Nya.
Masjid-masjid ini segala urusannya diserahkan kepada Allah kemudian Syekh Umar memandatkan seorang penanggung jawab untuk tiap masjid, yang tidak akan berkhianat, para pemilik masjid memasrahkan kemaslahatan masjid kepada kesepuluh orang tersebut sesuai dengan ajaran Allah dan rasul-Nya kemudian kepada arahan-arahan Syekh Umar Muhdhar, yang dipandang maslahah oleh Syekh Umar maka semua akan menurutinya, bilamana beliau tidak ada maka akan diambil pendapat salah satu dari keluarga Bani Alawi secara halus lembut tanpa kekerasan dan rasa sombong.
Bila salah seorang dari keluarga Bani Alawi melakukan suatu kezaliman maka Syekh Umar akan meninggalkannya dan tidak mau bersalaman dengan nya, hal ini akan diikuti oleh keluarga Bani Alawi semua, Allah, para malaikatr-Nya, para nabi-Nya, semua hamba Allah yang saleh menyaksikan sesuai dengan ajaran Allah dan rasul-Nya.
Semoga salawat serta salam tetap tercurahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW. Segala puji bagi Allah.
Kemudian perjanjian ini ditanda tangani oleh pihak pemerintah saat itu, para ulama dan dari pihak tetuah Bani Alawi, tanda-tanda tangan tersebut mencapai empat puluh satu tanda tangan.
Dari perjanjian ini dimulailah peran dan andil Syekh umar di masyarakatnya, beliau mampu mengontrol banyak keluarga Bani Alawi untuk menjadi satu ikatan dalam segala kondisi, organisasi Bani Alawi memulai babak baru dalam kancah percaturan pengaruh ilmu dan praktiknya dalam membentuk keluarga Bani Alawi secara intern juga keluarga-keluarga lain.
Syekh Umar Muhdar juga sangat peduli dengan pengaturan keseharian para murid dan penuntut ilmu juga peduli dengan pengajaran dan nafkah mereka, sehingga dimasa beliau respon positif dari luar menngkat tajam, sebab mereka mendapatkan pendidik dan guru yang baik.
Para Murid
Radius pengajaran Al Imam Al Muhdhar semakin meluas, sehingga orang yang menimba ilmu dari beliau ratusan dari segala penjuru, namun konsentrasi beliau pada saat itu terpaku pada Tarim dan sekitarnya, dari tangan beliau muncul para imam seperti Syekh Abdullah bin Abu Bakar Al Idrus, Syekh Ali bin Abu Bakar, Syekh Ahmad bin Abu Bakar, Syekh Abdullah bin AL Faqih Ali bin Abi Harmy, Al Faqih Muhammad bin Ali Ba Zaghaifan, dan lain-lain, juga ada para ulama didikan beliau yang berada di Syihir, Al Mukalla, Ghail, dan sekitarnya.
Para jawara ilmu mempunyai hubungan khusus dengan Syekh Umar, diantara mereka adalah Syekh Abdul Rahim bin Said Ba Wazir, dalam kitab Safahaat min Al Tarikh Al Hadhramy disebutkan dengan mimic marah ketika beliau mendengar Syekh Abdul Rahim memetak-metak tanah Syihir lalu beliau berkata, kenapa Abdul Rahim memetak-metak Syihir? Hal serupa juga disampaikan oleh penulis Al Gharar.
Penulis kitab Shafahaat min Tarikh Al Hadhramy, mengatakan hubungan antara Syekh Abdullah bin Abdul Rahman Ba Wazir dengan Syekh Umar Al Muhdhar, diantara tandanya adalah pernikahan Syekh Umar Muhdhar dengan Fatimah binti Syekh Abdullah bin Abdul Rahman Bawazir saudara Syekh Abdul Rahim, dan hidup bersama Syekh Umar di Tarim, Syekh Umar juga menamakan putra Syekh Abdullah dengan namanya, yaitu Syekh Umar bin Abdullah bin Abdul Rahman Ba Wazir.
Disebutkan juga tentang hubungan raja Ja'far bin Abdullah bin Ali bin Umar Al Kathiri kakek dari Sultan Buthairiq dengan Syekh Umar Al Muhdlar, dikatakan kakeknya dulu yakni kakek Abu Thuairiq, yaitu raja Jakfar bin Abdullah bin Ali bin Umar terkenal dengan pemikiran-pemikiran briliannya, suatu saat si kakek berunding dengan Syekh Umar Al Muhdhar di petah Sultanah, lalu kakek tersebut usul bagaimana bila Jakfar menjadi sultan di negri Bur yang saat itu, dilanda krisis ketaatan rakyatnya sebab pemimpinnya yang sudah udzur, dan mengatkan bahwa Syekh Umar bisa meyakinkan sultan Bur untuk melepaskan kepemimpinan kepada Jakfar, sehingga mulai saat itu jakfar menjadi pemimpin di Bur sampai pada akhirnya mati dibunuh oleh Al Dhalfan tahun 905.
Syekh Umar Al Muhdlar dan Syair-syairnya
Syekh Umar Muhadar mempunyai syair-syair yang berirama hadhrah yang biasa didendangkan oleh ahli tasawwuf, seperti:
يا مسيكينة الغنا تريم حره أمسي لها كم من خليل
قد خلي منها شق السحيل البويقي على ظفره شليل
Bersambung ...