http://www.english.hadhramaut.info
Lemas Atau Malas
[The Source: hadhramaut.info - 19/5/2008]
Oleh : A M Lazuardi Jarum jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari, ketika panggilan adzan pertama yang dari menara masjid al-Muhdhor mengalun.
Dilanjutkan oleh sayup-sayup adzan dari masjid-masjid lain yang tak terdengar jelas. Maklum, jumlah masjid di kota seribu wali ini cukup banyak. Dilanjutkan oleh alunan ayat terakhir dari surat al-Baqarah seakan mengajak segenap individu muslim untuk bermunajat dengan Sang Pencipta alam semesta raya. Namun nafsu dan bisikan setan selalu saja menghalangi keinginan baik bani Adam. Mendadak terasa tubuh lemas dan letih, herannya kenapa mesti saat-saat seperti ini. Padahal bila sedang asyik ngobrol ngalor ngidul bersama teman-teman, sampai malampun diladeni, dan segar-segar saja. Akhirnya kalah juga manusia ini dengan bisikan setan dipadu oleh nafsu dalam diri yang masih liar. "Biar nanti saja seperempat jam sebelum Subuh, toh kamar mandi juga masih belum antre !!" bisik nafsu. Dengan penuh tunduk akhirnya kepala menempel lagi dengan bantal yang umpama saja ia bisa bicara pasti ia sudah menghujani sumpah serapah. Setelah adzan Subuh berkumandang barulah pandir ini membelalakkan matanya lagi, ternyata planning bangun sebelum subuh sudah buyar. Setan yang terbukti telah menang satu angka kiranya masih belum puas, " Tunggu iqomat saja, toh masjid-masjid disini rata-rata tidak terlalu jauh" ucap setan sambil berkacakpinggang. Dan ternyata diamini juga omongan itu. Sampai akhirnya kesempatan sholat berjama'ah di masjid hilanglah sudah. Fenomena diatas mungkin bisa sedikit menjadi bahan renungan untuk semua individu. Tamsil sederhana dari sebuah pertarungan keinginan baik dan keinginan buruk. Atau dalam term sufistiknya dikenal dengan Lammah al-khoir dan Lammah as-Syarr Meski ilustrasi diatas adalah suatu kegagalan dan kekalahan. Namun bukan berarti tidak ada jalan untuk membiarkan bendera kemenangan keinginan baik terus berkibar. Bila kita perhatikan melewati ilutrasi diatas kita dapat menemukan poros permasalahan dasarnya. Yaitu kepatuhan dan rasa "enggeh" seseorang dengan bualan setan atau nafsu. Dalam hal ini alasan lemas yang nota bene adalah bungkus dari rasa malas. Dan dari sinilah kemudian merambah secara terus menerus. Bila saja di saat mendengar bualan itu ia lalu sadar. Maka tidak mungkin prosentase kekalahannya semakin bertambah. Maka pintar-pintarlah kita menilai suatu bisikan dengan "mesin pembeda" yang andal dalam barometer keilmuan yang telah Allah anugrahkan. Bila jauh-jauh telah dikatakan bahwa semuanya perlu proses, maka prosesnya tak lain adalah mujahadah. So, silakan mencoba. Habib Ali al-Habsyi dalam salah satu bait syair munajatnya berdoa : Ya Allah Jagalah kalbuku dari bisikan Syetan, Hawa nafsu, dan kehinaan
|