Merajut ukhuwah merupakan kalimat yang mengandung makna yang tidak
statis. Kalimat sederhana dan indah ini memiliki muatan sesuatu yang
dinamis. Karena mempunyai arti bergerak bukan mandek, maka kita harus
lebih mendorong dan mengupayakannya, sehingga kalimat itu tidak
kehilangan makna.
Tidak ada ukhuwah yang datang secara tiba-tiba tanpa proses dan usaha yang panjang. Ukhuwah memang merupakan sesuatu yang harus kita bina, agar cepat terwujud. Dalam kitab suci Al-Qura'an Surat Al-Hujuraat, 13 disebutkan:
"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."
Ayat ini menegaskan, bahwa kita sama-sama diciptakan dari seorang ayah dan ibu yang tidak lain adalah Adam dan Hawa. Kemudian setelah beranak pinak jadilah kita semua berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dan Allah Swt.perintahkan setelah itu untuk saling kenal-mengenal. Dengan adanya perkenalan satu sama lain maka akan terajutlah persaudaran (ukhuwwah). Agar perasaudaraan ini kokoh dan tidak rapuh kita harus mencari titik persamaan, bukan memperuncing perbedaan. Hal ini yang perlu kita pahami bersama, sehingga ukhuwah yang kita harapkan benar-benar terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tahun 2009 adalah tahun demokrasi Negara kita Indonesia karena pada tahun ini serangkaian acara pemilu akan digelar, dan pemilu itu adalah pemilihan yang akan dilakukan langsung oleh rakyat untuk memilih wakilnya di lembaga legislatif. Setidaknya 38 partai nasional peserta pemilu turut meramaikan hajatan demokrasi kali ini.
Disisi lain, kita sebagai muslimin bangsa Indonesia menghadapi problema ukhuwah yang pernah dan sedang terkoyak-koyak. Banyak faktor yang memicu meletupnya, dan bahkan menghancurnya ukhuwah yang telah kita bangun. Adanya teror antara golongan yang dipicu oleh sentiment politik, saling jegal dan saling sikut demi meraih jabatan yang sejatinya itu adalah amanah dari rakyat. Semua ini membuat kita lupa bahwa kita ada dalam satu persaudaraan yang diikat oleh tali akidah, tali yang lebih kuat dari ikatan keluarga. Tidakkah kita sadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa dengan kuantitas penduduk muslim terbanyak di dunia.
Salah satu faktor yang dapat merusak bangunan ukhuwah adalah kita tidak mengerti dan memahami adanya persamaan dan perbedaan di antara kita sebagai bangsa dan manusia.
Alquran juga memberikan gambaran faktor pemicu yang dapat merusak dan memutus tali ukhuwah. Mislanya, mengolok-olok, mencela, dan memanggil dengan panggilan buruk, dapat memicu retak dan hancurnya bangunan ukhuwah (QS. Al-Hujuraat, 49:11).
Mengolok, merasa lebih unggul atau gagah, mencela, menghina, dan perilaku buruk lainnya merupakan egoisme sektoral dan juga "penyakit sosial-agama" yang memicu terjadinya konflik horizontal dan mematikan ukhuwah.
Untuk merajut ukhuwah antarsesama umat Islam khususnya, kita harus memulai dan mengusahakan dari semua sisi. Yang paling penting, kita memulai dari sisi diri sendiri dan keluarga.
Kita sudah harus menanamkan nilai-nilai ukhuwah kepada keluarga kita sendiri. Kita memberikan pengertian dan pemahaman kepada anak-anak sejak usia paling dini, bagaimana bertetangga dengan baik, berteman dengan sopan, dan bertoleransi dengan orang lain yang berbeda dengan kita, misalnya beda ras, suku, dan agama, dan bagaimana memperlakukan orang lain dengan strata ekonomi yang berbeda.
Semoga dengan kokohnya ukhuwah, kita dapat membangun Negara kita tercinta, kita dapat mengentaskan negri ini dengan segera yang pada gilirannya kelak kita citra yang baik dan berwibawa di mata dunia internasional sebagaimana pernah dialami di awal-awal beridirinya bangsa kita.(adems)