http://www.english.hadhramaut.info Syekh Abdullah bin Abu Bakar Al Aidrus (Bagian I) [The Source: indo.hadhramaut.info - 08/2/2009] Riwayat hidup Al Aidrus Al Akbar (Syekh Abdullah bin Abu Bakar bin Syekh Abdurrahman Assegaf) (Wafat: 671 H)

Syahidul Hal

- Dengan keagungannya Tarim mendapat kemuliaan bagaikan purnama yang tampak dengan kesempurnaan sinarnya.
- Barisan para wali terkumpul bagaikan ka’bah yang berkilau di masanya
- Dari para pengamal ketaatan, yang rukuk, yang bersujud, yang tawaf tidak melepaskan ihramnya.
- Dengannya bulan-bulan kebahagiaan menjadi murni, andaikan tampak di kegelapan akan menyirnakan gelap gulitanya.
- Syekh Abdullah bin Abdurrahman Ba Wazir, dikutip dari kitab “Tarikh Hadramaut” Hal. 765.

Pembukaan
      Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menyemayamkan mahkota pada setiap awal zaman kepada para tokoh dan Syekh pembimbing yang sempurna, menjadikan hikmah sebagai sumber makrifat untuk sampai kepada tujuan. Para pemuka agama dan pewaris kepala dari segala utusan (Muhammad Saw), mereka yang mengikutinya dengan perkataan, perbuatan, niat, dedikasi, keinginan, ibadah dan kebenaran serta kekokohan keyakinan. Beserta para keluarga yang agung, para sahabat dan para pengikut mereka hingga hari kiamat.
       Para pembaca yang budiman, kali ini saya tampilkan figur baru dari para tokoh madrasah Hadramaut, salah seorang pemuka Islam yang mengamalkan pedoman dakwah Rasulullah Saw. Yang adil dan kokoh. Sosok yang dikaruniai Allah SWT ilmu, amal, obsesi dan tingginya cita-cita. Di zaman itu sosoknya bagaikan tetesan air hujan yang berguna.
      Setiap tanah tumbuh subur di mana mereka berada laksana hujan yang menyirami bumi.
Beliau menancapkan tiang untuk para murid, dan mengangkat cita-cita pencari ilmu, menyadarkan pikiran orang-orang yang lalai, untuk mengerti dakwah pemuka para utusan (Muhammad Saw). para pencari kebenaran dari beberapa penjuru bersimpuh di depan pintunya, keberadaanya membangkitkan semangat ahli ibadah, para ahli zuhud, dan para pemimpin, menuju sebaik-baiknya ajaran dan pedoman. Dengannya Allah menghilangkan bid`ah sampai ke akarnya, dan menghidupkan sunnah dan menumbuhkannya.
     Imam al Aidrus hidup di era persimpangan penting terhadap eksistensi madrasah Hadramaut, baik dari segi pengokohan kaidahnya, maupun dari aspek penyebaran tarekat ke segala penjuru, selamat menikmati sajian kami tentang riwayat hidup tokoh ini, wabillahittaufik.

Penyusun.

Silsilah Keturunan

Al Mustafa Saw.
Imam Ali dan Fatimah al Zahra Ra.
Iman Husain
Imam Ali Zainal Abidin
Muhammad al Baqir
Ja`far Shadiq
Ali al Uraidy
Muhammad al Naqib
Isa
Ahmad al Muhajir
Abdullah
Alawi
Muhammad
Alawi
Ali Khali` Qasam
Muhammad Shahib Mirbath
Ali
Muhammad al Faqih al Muqaddam
Alawi
Muhammad Maula al Dawilah
Abdurrahman as Segaf
Abu Bakar al Sakran
(Abdullah al Idrus)
Abu Bakar al Adani Syekh Alawi

Sekilas Tentang Imam Al Aidrus
    Beliau adalah panutan yang diakui kapabilitasnya, pemimpin para wali yang disepakati kewaliannya, pembawa bendera orang-orang arif, peletak dasar ilmu orang-orang yang benar, kepala para Sadah Alawiyin, pemegang tali simpulnya dan pemilik kharisma dan keagungannya.
    Disebutkan dalam “al Musyri`” : (al Idrus) gelar terhadap pimpinan para wali. Sebagian orang mengatakan : (al Itrus) diambil dari nama singa, Jauhari berkata : (al Itrasah) menempuh jalan kekerasan, ciri dari harimau. Al Allamah Muhammad bin Umar Bahraq berkata : “Bisa saja huruf ta’ dalam kalimat (al aidrus) diganti dengan huruf dal karena berasal dari satu makhraj (tempat keluarnya huruf di mulut), kita ketahui bahwa singa adalah pemuka dari hewan buas, sedangkan al Idrus merupakan pemuka dari para wali di zamannya.

Kelahiran dan Riwayat Hidup
    Lahir -semoga Allah meridoinya- pada sepuluh awal dari bulan dzulhijjah tahun 811. Ketika kakeknya Syekh Abdurrahman As segaf mendengar kabar kelahirannya, beliau berkata : “Ia adalah seorang sufi di zamannya”, hafal al quran al karim , memperoleh kesempatan hidup bersama kakeknya Syekh Abdurrahman selama  8 tahun . Beliau telah melihat dan memberkatinya, sempat belajar kepada kakeknya, dan pernah dikatakan bahwa ia akan memilki kelebihan tertentu.
    Beliau tumbuh dalam kemulyaan di bawah bimbingan ayahnya Imam Abu Bakar yang bergelar “al Sakran”. Sangat menyayanginya di masa kecil, mengayominya dengan kasih sayang. Kharismanya ia salurkan kepadanya. Sang ayah meninggal ketika beliau berumur 10 tahun. Setelah itu beliau dirawat dan dibimbing oleh pamannya Syekh al Imam al Mighwar al Syekh Umar al Muhdar. Menempatkannya sebagai anak bimbingan kerohaniannya. Senantiasa dalam pantauannya, dibimbing bersama saudaranya yang lain dengan budi pekerti mulya dan amal perbuatan sesuai dengan ajaran al Quran dan  Sunnah. Rahasia kebapakan seluruhnya dilimpahkan kepadanya sehingga dirinya mendapat kedamaian, keimanan, keyakinan, dan ihsan. Sedari kecil tumbuh dalam lingkungan ilmu, amal, mempelajari alquran, hadis, bahasa Arab, dan bersungguh-sungguh menekuninya. Dikirim ke beberapa Syekh kala itu untuk mendapatkan berkah yang banyak, menempa diri bersama mereka dan memperlajari ilmu baik yang berhubungan dengan lahir maupun batin. Dari para Syekh yang pernah menjadi gurunya antara lain :
1.    Al Faqih Said bin Abdullah Ba Abid
2.    Syekh al Allamah Abdullah Ba Marawan
3.    Al Alim al Rabbani Syekh Ibrahim Ba Harmaz.
4.    Syekh al Allamah Abdullah Ba Qusyair
Beliau menyimak hadis dari beberapa ahli hadis dan para rawi di Hadramaut serta beberapa tempat di Yaman, kemudian dari hasil kepergiaannya ke Hijaz.  
    Beliau mempunyai perhatian khusus dengan kitab “al Tanbih”, “al Khulashoh”, dan“al Minhaj”, dengan senantiasa mempelajari, menganalisis dan mengkaji dengan teliti.
    Belajar ilmu tasawuf kepada Sayyid al Jalil Muhammad bin Hasan Jamalullail, dan kepada paman-pamannya Ahmad, Syekh, Muhammad dan Hasan.
    Belajar bahasa Arab kepada al Allamah al Adib Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Ba Fadal. Sedangkan ilmu Nahwu dan Shorrof mempelajarinya dari Syekh al Allamah Muhammad bin Ali Ba Ammar dan lainnya.

Mujahadah dan Riyadhah
    Dari keterangan yang terdapat di beberapa kitab mengenai mujahadahnya  sebagai berikut : “Mujadahnya laksana lautan yang tak bertepi, bagaikan bendera perang di tangan prajurit sejati, paman sekaligus pembimbingnya Syekh Umar al Muhdar membimbingnya ke dalam mujahadah semenjak kecil, beliau bertutur : “keponakanku menempuh mujahadah di saat berusia tujuh tahun, berpuasa dan berbuka hanya dengan tujuh korma dan tidak makan selain itu. Selama setahun ia tidak pernah makan kecuali hanya dengan lima mud”.
    Mengenai dirinya beliau berkata : “Tatkala tahap permulaanku, aku mengkaji buku-buku kaum sufi dan menguji diriku dengan mujahadah mereka, senantiasa berlapar, dan meninggalkan tidur dari usia 20 tahun.
    Beliau senantiasa bersama pamannya Syekh Umar al Muhdar dalam menempuh tahapan ajarannya. Kemudian mengawinkan Imam al Idrus dengan putrinya dan menempatkan dalam posisinya. Syekh Umar al Muhdar berkata :  “Aku akan mengawinkan putriku dengannya walau dengan sedikit harta benda, dan tidak akan mengawinkan selain dia walaupun dunia yang melimpah (harta benda) diberikan kepadaku”. Beliau memakaikan kepadanya khirqah tasawuf dan mentahkimnya serta menyatukan auranya dengan sang paman Umar al Muhdar, yang darinya mendapatkan banyak ilmu lahir maupun batin. Pamannya mendudukkannya sebagai pengganti sesuai dengan kamampuannya, melampaui derajat para Syekh yang agung, dan mendapatkan posisi yang sulit untuk di capai, para ulama mengakui akan ketinggian derajatnya dari dahulu hingga sekarang.

Kedudukan Sebagai Pemuka Umat Sepeninggal Pamannya
    Disebutkan dalam kitab :”Al Kawakib al Durriyah” : “Sosok – Syekh al Idrus – suka menyepi, karena dengannya dapat sampai kepada Allah SWT. Figur Syekh al Akbar pamannya Syekh Umar al Muhdar seorang Syekh yang memiliki kharisma dan kepribadian yang agung dan pemuka dari Bani Alawi,  ketika wafat usia Imam al Aidrus 25 tahun, para Syarif sepakat Imam Muhammad bin Hasan Jamalullail-yang berada di Barughah- untuk menggantikan posisinya akan tetapi beliau menolak, mereka berkata : “Tunjukkanlah pada kami siapa yang berhak kedudukannya diantara kita”. Setelah shalat istikharah, Allah meyakinkan hatinya untuk menjadikan Imam al Aidrus sebagai pengganti, sambil memegang tangannya beliau berkata kepada Imam al Aidrus : “Engkau adalah pemuka dari mereka dan penunjuk bagi setiap syarif dan yang bukan syarif”. Imam al Aidrus menampik karena usianya yang masih belia dan ketidakmampuan dirinya ditambah  paman-pamannya yang lain masih ada. Namun mereka terus membujuknya untuk menerima posisi itu, sejak itu, semuanya sepakat untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin dan namanya kesohor ke penjuru dunia, beliau menyibukkan dirinya dengan pengajaran dalam tarikan nafasnya yang sangat berharga.

Posisinya Sebagai Tumpuan Murid dalam Pengajaran dan Penempatan Diri
    Imam al Aidrus figur yang mumpuni dalam pengajaran, apabila ia mengajar di bidang tafsir maka ialah yang paling mengusai bidang itu, dalam ilmu hadis ia adalah pemegang rawinya, dalam ilmu fiqh ia adalah tolak ukur pemahamannya, atau selain itu semuanya menyimak pada pelajarannya. Ajaran tasawufnya membuat para hadirin menangis, dalam hal tarekat beliau menyampaikan dengan metode yang menakjubkan dan sistem yang luar biasa, ajaran yang mudah dicerna. Dalam dirinya terkumpul ilmu, amal, hal,obsesi, dan wejangan, sebagaimana dituturkan oleh Syekh Kabir Muhammad bin Ahmad Ba Qusyair :
- Setiap hati mengakui akan kewaliannya, dan setiap sanubari penuh dengan rasa cinta kepadanya.
- Semua milik Allah, betapa tinggi keutamaannya, betapa banyak limpahan yang diberikan Allah kepada siapa yang berada dalam asuhanNya.
- Sungguh ia adalah pemuda beruntung, yang keagungannya tak diragukan lagi, katakanlah sesukamu pada keutamaan yang diperolehnya.


Murid-muridnya
    Banyak dari tokoh mulya dan para mujtahid yang belajar kepada Imam al Aidrus, antara lain :
1.    Saudaranya Syekh Ali bin Abu Bakar
2.    Syekh Umar bin Abdurrahman Shahib al Hamra.
3.    Syekh Abdullah bin Ahmad Ba Kastir
4.    Syekh Ahmad Qasam bin Alwi al Syaibah
5.    Syekh Muhammad bin Afif al Hijrani.
6.    Putranya Syekh Abu Bakar al Adeny bin Abdullah al Aidrus.
7.    Putranya Syekh Husain bin Abdullah al Aidrus.
8.    Putranya Syekh Syaikh bin Abdullah al Aidrus.
       Disebutkan dalam kitab : “al Kawakib al Durriyah” : “Imam al Arif Billah Muhammad bin Ali Shahib Aidid, dan Tajul Abidin Saad bin Ali, dan Syekh Abdullah bin Abdurrahman Ba Wazir dengan derajat yang di milikinya dan ketinggian kedudukannya senantiasa menemani dan mengikutinya serta mengambil ajarannya, karena mereka menyadari akan ketinggian kedudukan dan maqam Imam al Aidrus.  
 
Pola Pandang dalam Bimbingan dan Keilmuan
    Imam al Aidrus berkata : “Kita tidak mempunyai sistem dan metode kecuali al quran dan Sunnah. Di mana semua itu telah dipaparkan oleh Hujjatul Islam al Ghazali dalam karya monumentalnya yang sangat berharga yakni :”Ihya Ulumuddin” yang merupakan penjelasan dari al Quran dan Hadis yang awal ataupun yang akhir, yang konkrit maupun yang abstrak, yang berkenaan dengan suri tauladan maupun keyakinan.
    Beliau melarang sahabatnya untuk mempelajari kitab “al Futuhat al Makkiyah” dan kitab “al Fushus” dan menganjurkan untuk berbaik sangka kepada penyusunnya dan meyakini bahwa ia salah seorang wali besar yang arif billah. Adapun karyanya yang kontroversi dikarenakan kedalaman pemahaman yang tidak dapat dimengerti oleh masyarakat umum, berbeda dengan karya-karya Hujjatul Islam yang dapat diterima oleh pemahaman akal, dapat dipelajari oleh oleh masyarakat umum, orang-orang khusus maupun orang awam.
    Beliau-semoga Allah meridloinya- berkata : “ketahuilah bahwa tarekat adalah takut kepada Allah SWT. Sedangkan hakekat adalah pencapaian tujuan dan persaksian cahaya penampakan (Nuruttajalli). Hakekat dari maqamat adalah tempat-tempat yang bersemayam dalam hati. Yang awalnya berupa pelaksanaan perintah dan meninggalkan segala bentuk larangan, dan  terakhir mengetahui cela diri, menyucikannya dari sifat-sifat yang tercela, menghiasinya dengan sifat yang terpuji, serta senantiasa berdzikir kepada tuhannya.
    Celanya hati sangatlah banyak, dan yang paling besar adalah kebanggaan seseorang terhadap amal taatnya (ujub). Seorang salik (penempuh jalan Allah) tidak akan berpindah kepada maqam yang lebih tinggi kecuali telah memenuhi semua kriteria dalam maqam sebelumnya.
    Adapun ahwal adalah tarb (keasyikan) atau qabd (penangkapan) atau bast (pelepasan/kelapangan) atau syauq (kerinduan), atau dzauq (rasa), atau haibah (wibawa), atau uns (ketenangan jiwa), atau wajd (kegembiraan/cinta) , atau tawajud (kesan dari cinta) atau jamak (berkumpul) atau farq (berpisah) atau fana’ (ketiadaan) atau baqa` (tetap ada )atau ghaibah (tidak sadar) atau sakr (mabuk) atau sahw (keadaan sadar) atau sarb maknawi (minuman jiwa) sebagaimana juga akan menemukan kedekatan dengan Allah SWT, cahaya penampakan, mukasyafah (penyingkapan hal abstrak), siraman nurani, atau mahw (penghapusan), atau istbat (penetapan) atau penutupan tabir atau penampakan atau kehadiran atau muhadarah (penghadiran) atau lawaih (penampakan tulisan) atau secercah cahaya atau kenaikan atau penciptaan atau pengokohan atau lainnya.    
    Adapun tarikan nafas (dzikir) dan ketenangan hati dengan kelembutan-kelembutan  yang ghaib.  Pemilik nafas ini lebih murni (lebih sempurna) dari pemilik ahwal, pemilik ahwal lebih murni dari pemilik maqam, dan pemilik maqam lebih murni seorang dari seorang abid (ahli ibadah), dan abid yang mengamalkan ilmu dzahir (fiqh) lebih murni dari orang awam yang beribadah dengan menggunakan rukhsah (keringanan dalam syariat), dan pengamal syariat dengan menggunakan keringanan ini lebih murni dari mereka yang lalai.
    Dan orang yang mencapai kesempurnaan adalah mereka yang pada dirinya terdapat semua cirri-ciri di atas. Mereka adalah para ulama Allah SWT dan yang tahu segala perintah Allah dalam syariat, tarekat, dan hakekat. Para pewaris (nabi). Ulama adalah pewaris para Nabi.   

Pandangannya Terhadap Ulumul Kaum (istilah ilmu tasawwuf di Hadhramaut)
    Di antara bidang keilmuan yang termasuk ulumulqaum antara lain : ilmul yakin, ainul yakin, haqqul yakin. Ilmul yakin dimiliki oleh para pengguna akal, ainul yakin terdapat pada kalangan ahli ilmu, sedangkan haqqul yakin dimiliki ahli makrifat dan pesaksian.
    Bentuk persaksian banyak, antara lain persaksian hati dari pengaruh yang meliputinya dari persaksian terhadap ilmu, ahwal, dan mukasyafah.
    (Faedah) Hati adalah tempat dari segala sifat yang terpuji, dan ruh merupakan kelembutan hati nurani, ia memiliki peningkatan maknawiyah di saat tidur ketika sukma meninggalkan raga kemudian kembali lagi kepadanya. Manusia terbina dari ruh/sukma dan raga, sebab Allah SWT menjadikan pada susunan itu keterkaitan antara satu dengan lainnya, kebangkitan berada dalam susunannya sendiri, pahala dan adzab berada dalam lingkupnya sendiri, arwah diciptakan, ruh sumber kebajikan, nafsu sumber kejahatan, akal tempat bersemayamnya arwah, dalam nafsu bersemayam hawa, dan sirr (rahasia Allah SWT yang dititipkan pada seorang wali) adalah cahaya maknawiyah tempat dari persaksian, arwah tempat cinta dan kasih sayang, dan hati merupakan bejana makrifat. Salah seorang ahli makrifat berkata : “Sirr sesuatu yang dirimu masih menyadarinya, sedangkan sirrussir apa yang tidak dapat terlihat kecuali yang Haq. Dan sirr lebih agung dari arwah, ruh lebih agung dari hati, sedangkan dada dari orang yang merdeka (dari hawa nafsunya) adalah tempat (kuburan) dari rahasia-rahasia Allah.

Bersambung...