Pandangannya Tentang Praktek Menempuh Ajaran Tarekat Al Qaum
Tahapan awal dari tarekat ini adalah taubat, yakni tingkatan pertama dalam maqam, syaratnya tiga, yaitu :
1. Penyesalan terhadap dosa yang pernah dilakukannnya.
2. Meninggalkan kemaksiatan seketika.
3. Keinginan kuat untuk selamanya tidak mengulanginya lagi.
Apabila memiliki tanggungan dengan sesama, maka harus memenuhi syarat ke empat yaitu
menyelesai tanggungannya tersebut. jika setelah bertaubat, melakukan
dosa lagi, kemudian bertaubat, maka taubatnya diterima selama
syarat-syarat taubat di atas terpenuhi.
Pandangannya Tentang Mujahadah
Mujahadah adalah : Lapar, diam, menyendiri, jaga malam, membaca alquran.
Pandangannya Tentang Taqwa
Kata takwa berasal dari “ittiqa al syirk” (menghindari
penyekutuan), kemudian “ittiqa al maashi” (menghindari maksiat),
setelah itu “ittiqa al syahawat” (menghindari syahwat), selanjutnya
“ittiqa al fadalat” (menghindari sesuatu yang sia-sia)
Pandangannya Tentang Khauf (Takut) dan Raja' (Harapan)
Al Khauf (takut) adalah meninggalkan maksiat karena takut kepada Allah SWT.
Al Raja’ (harapan) adalah berbuat taat sebaik mungkin demi mengharap pahala.
Al Raja’ al Kadzib (harapan yang bohong) adalah terus menerus berbuat dosa.
Berangan-angan adalah takut, sedangkan harapan adalah syarat dari iman,
barang siapa yang tidak memiliki rasa takut dan pengharapan maka
hatinya rusak.
Pandangannya Tentang Kesedihan yang Terpuji
Kesedihan yang terpuji adalah kesedihan terhadap hari akhir dan
penyesalan terhadap dosa. Kesedihan adalah keutamaan dan bekal tambahan
bagi seorang mukmin jika tidak disebabkan oleh maksiat.
Pendapatnya Tentang Hasud dan Ghibah
“Hasad” adalah tindakan seseorang yang menuntut hilangnya nikmat
atas sesama umat Islam. hasad adalah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap jauhnya dari Allah SWT. Sebab orang yang hasad tidak rela
dengan ketentuan Allah SWT. Para ahli makrifat berkata : “Seorang yang
hasad tidak akan dapat memimpin”. Adapun “ghibtah” maka hukumnya boleh,
yaitu seseorang yang melihat suatu kebaikan atau harta pada saudaranya,
kemudian berkeinginan agar seperti dia, dengan tidak mengharapkan
hilangnya nikmat tersebut.
Sedangkan “ghibah” , membicarakan yang tidak disenangi saudaramu
di saat ia tiada, walaupun hal itu benar-benar terjadi terhadapnya,
apabila tidak demikian maka dinamakan dengan “buhtan”. Dan itu lebih
berbahaya dari ghibah. Kedua dosa tersebut tidak dapat terhapus dengan
hanya bertaubat, akan tetapi harus dengan meminta kerelaan dari yang
dighibahi/dibuhtani kemudian bertaubat untuk dirinya dan siapa yang
dighibai, lantas mendoakannya.
Pendapatnya Tentang Qona'ah
Menurut ahli makrifat qanaah adalah : “Merasa cukup dengan apa yang
ada, dan tidak berambisi dengan apa yang tidak ada”. Dikatakan pula :
“Barang siapa yang qanaah maka ia akan lapang terhadap ahli zamannya
dan lebih tinggi dari saudaranya”.
Pandangannya Tentang Tawakal
Seorang yang bertawakal senantiasa menyandarkan urusannya kepada
Allah SWT. Rela dengan apa yang telah menjadi ketentuannya. Tawakal
tempatnya di hati, sedangkan aktivitas merupakan penyebab dan tidak
kontradiksi dengan tawakal. Hal ini setelah seorang hamba meyakini
bahwa takdir dari Allah SWT, jikalau mengalami kesulitan maka itu
adalah takdirnya, apabila ia mendapat taufik terhadap sesuatu (tercapai
keinginannya) maka itu adalah kemudahan yang diberikan Allah SWT
kepadanya. Syarat tawakal bagi ahli makrifat adalah : “menyibukkan raga
dengan ibadah, menggantungkan hati dengan Allah SWT. Tenang dengan
merasa cukup, apabila diberi ia bersyukur, kalau tidak mendapat ia
bersabar”.
Para ahli makrifat selalu berbekal jarum, benang, bejana, alat
pemotong, dan sedikit bekal, dengan menggantungkan hatinya kepada Allah
SWT, bertawakal kepada-Nya serta menyadari bahwa segala sesuatu
dari-Nya dan kembali kepada-Nya.
Seharusnya bagi seorang yang bertawakal tidak takut kecuali kepada
Allah SWT, walaupun hujan tidak turun bertahun-tahun. tidak sedih
karena rizki, jikalau ia bersedih karena untuk menutupi kekurangan
dirinya dan keluarga maka hal itu adalah penghapus dari segala
dosa-dosanya. Jika hujan tidak turun maka ia memohon rahmat dari Allah
SWT. Karena tidak turunnya hujan adalah adzab Allah SWT terhadap
manusia.
Pendapatnya Tentang Syukur
Arti “syukur” yang sebenarnya menurut ahli hakekat adalah :
“Pengakuan terhadap nikmat Allah SWT dengan bentuk kepatuhan. Allah
SWT telah menyifati dzatnya dengan “Syakur”. Yang berarti anugerahnya
yang banyak sebagai balasan amal perbuatan yang sedikit.
Jikalau anda rindu terhadap kelezatan syukur maka lihatlah siapa
yang dibawahmu dalam segala urusan. Dan jangan sekali-kali melihat
terhadap siapa yang berada di atasmu. Pengakuanmu terhadap
ketidakmampuan dalam mengungkapkan rasa syukur adalah bentuk dari
syukur.
Pendapatnya Tentang Keyakinan
Menurut ahli makrifat keyakinan adalah kokohnya iman, dikatakan :
“setelah makrifat adalah keyakinan kemudian pembenaran, setelah itu
keihklasan, selanjutnya persaksian, kemudian ketaatan, yang hasilnya
adalah pengamalan perintah dan menjauhi segala bentuk larangan serta
mengikuti apa yang ada dalam alQuran dan sunnah.
Pendapatnya Tentang Kesabaran
Menurut ahli makrifat kesabaran adalah menjauhkan diri dari segala
pelanggaran, tenang ketika ditimpa lara, menampakkan kecukupan dengan
kekurangan hidup yang dijalaninya. Menurut ahli makrifat : “Merasakan
kepahitan tanpa bermuram wajah, sebaik-baiknya kesabaran adalah
kesabaran seorang hamba dalam meninggalkan segala bentuk dosa,
mengamalkan seluruh perintah dalam ketaatan dan senantiasa berpegang
teguh pada alQuran dan sunnah.
Pendapatnya Tentang Muraqabah (Instospeksi)
Muraqabah (pengawasan) adalah : Pengetahuan (kesadaran) terhadap
pengawasan Allah SWT bagi dirinya secara berkesinambungan. Siapapun
yang memiliki pengetahuan ini maka hendaknya senantiasa menjaga amal
perbuatan, perkataan, dan apapun yang terbersit dalam sanubari dari
hal-hal yang tidak disukai Allah SWT. Hendaknya ia merasakan pengawasan
ini dengan terus menerus perintah dan larangan Allah SWT. Menurut ahli
makrifat : “Jikalau anda bersama manusia maka jadilah penasehat
(memperhatikan) hati dan nafsumu, jangan sampai keberadaan mereka
melalaikanmu, sesungguhnya mereka memperhatikanmu dari segi lahiriah
saja, sedangkan Allah SWT mengawasi sisi batinmu.
Pandangannya Tentang Kerelaan (Ridho)
Menurut sebagian pendapat : Kerelaan adalah kasby (dapat ditempuh
dengan usaha), pendapat lain mengatakan : Kerelaan adalah sesuatu yang
bersemayam dalam hati seperti halnya ahwal (istilah dalam kesufian
mengenai suasana hati), kerelaan adalah meninggalkan segala bentuk
penentangan (ketidakpuasan) terhadap ketentuan Allah SWT.
Pandangannya Tentang Ubudiyah (Penghambaan diri)
Menurut ahli makrifat ubudiyah (penghambaan) terbagi kepada empat
bagian yaitu : “Menepati janji, menjaga segala had (keputusan, hukum
agama), rela dengan apa yang ada, sabar terhadap apa yang tidak ada.
Pandangannya Tentang irodah (Keinginan)
Iradah (keinginan, obsesi) adalah meninggalkan kebiasaan dalam
mengikuti hawa nafsu, menumpuk harta, cinta dunia dsb. Hakekat iradah
adalah kebangkitan hati dalam menuntut hak Allah SWT.
Pandangannya Tentang Istiqomah
Istiqamah adalah kekokohan dalam berpijak di atas jalan yang
lurus. Yaitu dengan mengikuti alquran dan sunnah dan senantiasa
berpegang teguh dengan adab-adab syariat, takwa kepada Allah SWT. Lahir
batin tidak terombang-ambing. Tanda para pemula (dalam suluk) adalah
dengan tidak mengotori amal perbuatannya (dengan dosa) walau sekejap.
Tanda dari ahli tawasut (tahapan pertengahan) tidak adanya kesulitan
mengenai hubungannya (dengan Allah) walau sesaat, sedangkan tanda dari
ahli nihayaat (tahapan akhir) kemampuan tidak mencampur-adukkan segala
bentuk pertimbangan dalam agama (hujjah).
Sebagian ahli makrifat berkata : “Jadilah orang yang istiqamah
bukan pencari karamah, sesungguhnya nafsumu mengajak untuk menuntut
karamah, sedangkan Tuhanmu menuntutmu untuk beristiqamah.
Pandangannya Tentang Keikhlasan
Keikhlasan adalah : menjadikan ketaatan hanya untuk Allah SWT.
Yaitu keinginan menjadikan amal taatnya hanya untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT bukan untuk yang lainnya seperti kepura-puraan
terhadap manusia, mencari pujian, cinta sanjungan manusia. Para ahli
makrifat berkata : “Riya’ tidak dapat diketahui oleh orang yang ikhlas.
Dan sidq (kebenaran dalam bertindak) adalah pedang Allah SWT, apabila
diletakkan di atas sesuatu maka ia akan memotongnya.
Pandangannya Tentang Haya' (Malu)
Menurut ahli makrifat haya’ (perasaan malu) terbagi kepada hal berikut :
1. Malu karena perbuatan salah, seperti malunya Adam as.
2. Malu karena kekurangan diri dalam berbuat, seperti malunya para
malaikat, mereka berkata : “Kami belum mampu untuk menyembah engkau
(wahai Allah SWT) dengan sebenarnya.
3. Malu karena keagungan, sebagaimana Israfil as saat merendahkan sayapnya karena malu kepada Allah SWT.
4. Malu karena dermawan, seperti malunya Rasulullah Saw. Beliau malu
terhadap para tamunya untuk keluar, Allah berfirman : æáÇ ãÓÊÃäÓíä
áÍÏíË Artinya : “Tanpa asyik memperpanjang percakapan”.
5. Malu karena kesopanan, seperti malunya Ali Ra. Tatkala malu untuk
bertanya kepada Rasulullah Saw. Tentang hukumnya madzi karena
keberadaan Fatimah Ra.
6. Malu karena kehadiran Allah SWT. Seperti malunya Musa as. Saat
berkata kepada tuhannya : “Sesungguhnya aku punya keinginan akan tetapi
malu untuk meminta kepadaMu”. Allah berfirman : “Mintalah kepadaku walaupun air adonan rotimu dan makanan hewanmu”.
7. Malu karena kemulyaan, sebagaimana malunya Allah SWT terhadap
hambanya ketika menghadirkan kitab tentang keputusan keberadaan seorang
hamba setelah melewati shirat (jembatan neraka), di dalamnya terdapat
apa yang telah engkau perbuat, maka Aku malu untuk memperlihatkannya
kepadamu, pergilah, engkau sudah Aku ampuni.
Pandangannya Tentang Hurriyah (Kebebasan)
Al hurriyah (kebebasan) secara bahasa berarti al khulus
(pelepasan). Kebebasan dzat berarti pelepasan dirinya dari sesuatu yang
tercela. Menurut ahli hakekat kebebasan merupakan kemurnian dzat dari
cinta dunia, cinta martabat, kemasyhuran atau ketergantungan perasaan
kepada selain Allah SWT.
Pandangannya Tentang Dzikir
Dzikir terbagi menjadi dua : Dzikir dengan lisan, kemudian dzikir
dengan hati, ketahuilah bahwa dzikir adalah tahap pertama dalam tarekat
yang diawali dengan dzikir dengan lisan, kemudian dzikir hati dengan
bersusah payah, kemudian secara naluriah, kemudian objek dzikir
meliputi hati secara naluriah. Dan petunjuk Allah SWT terdapat setelah
tahapan tersebut.
Pendapatnya Tentang Futuwah (Kerendahan Diri)
Para ahli makrifat berkata: “Futuwah adalah berlapang dada terhadap
kesalahan saudara sesamanya”. Dikatakan pula :”Futuwah adalah dengan
tidak melihat dirimu lebih mulya dari orang lain. Sedangkan muruah
(keperwiraan) merupakan bagian dari futuwah”.
Pandangannya Tentang Firasat
Firasat berasal dari kuatnya iman. Dalam hadist diriwayatkan:
“Takutlah kalian terhadap firasat seorang mukmin, karena sesungguhnya
ia melihat dengan nur (cahaya petunjuk) Allah SWT.” Para ahli makrifat
berkata: “Firasat adalah bersitan dari cahaya ghaib dalam hati, dan
penetapan pengetahuan terhadap makna yang terkandung dari hal yang
tersembunyi dari ghaib kepada yang ghaib, sehingga dapat menyaksikan
segala sesuatu yang dipersaksikan Allah SWT kepadanya”.
Para ahli makrifat berkata: “Barang siapa yang menundukkan matanya
dari segala yang tidak diperbolehkan agama, dan menahan dirinya
terhadap segala bentuk syahwat dan senantiasa memakmurkan hatinya
dengan muraqabah (menyadari pengawasan Allah SWT), mengikuti sunnah
dalam tindakannya, membiasakan dirinya mengansumsi makanan halal, maka
firasatnya tidak akan meleset.
Pandangannya Tentang Akhlak yang Terpuji
Yaitu berbuat baik terhadap siapa yang menyakitimu, mengasihi
makhluk Allah SWT walaupun ia musuhmu. Tingkatan paling rendah dari
akhlak yang terpuji adalah memikul segala
derita. Dan akhlak yang terpuji adalah sebagian dari iman.
Pandangannya Tentang Al Jud (Kemurahan Hati) dan Al Sakha' (Kedermawanan)
Al Sakha’ menurut ahli makrifat adalah tingkatan pertama, baru
kemudian al Jud, dan tingkatan selanjutnya adalah al istar (pengutamaan
yang lain). Barang siapa yang memberi sebagian dan menyisakan sebagian
maka ia disebut orang yang sakha’, siapa yang mengeluarkan yang lebih
dan menyisakan lebih sedikit untuk dirinya maka ia disebut orang yang
jud, dan barang siapa yang menginfakkan seluruh hartanya dan bersabar
dengan rasa lapar maka ia disebut orang yang itsar.
Pandangannya Tentang Al Ghirah (Kecemburuan)
Ghirah dari seorang hamba terhadap Allah SWT adalah dengan tidak
menjadikan sedikitpun dari keadaannya, nafasnya untuk selain Allah SWT.
Jikalau Allah SWT menyifati dzatNya dengan ghirah maka berarti
tidak rela adanya sekutu terhadap hakNya dari ketaatan hambanya.
Pendapatnya Tentang Kewalian
Tanda seorang wali tiga perkara yaitu : kesibukannya dengan Allah
SWT, pengembalian segala urusannya kepada Allah SWT, keinginannya hanya
Allah SWT.
Pendapatnya Tentang Doa
Rasulullah Saw. Bersabda : “Doa adalah otak dari ibadah”. Dan doa adalah tanda kepahaman terhadap ibadah.
Sebagian kalangan berpendapat doa adalah diam tiada bergeming di
bawah ketentuan hukum, kemudian rela dengan apa yang telah menjadi
pilihan Allah SWT, dan itu lebih utama.
Pendapatnya Tentang Kefakiran
Kefakiran perlambang para wali, hiasan orang-orang tulus, dan
pilihan Allah SWT untuk manusia pilihanNya dari para Nabi, orang-orang
yang bertakwa, dan orang-orang fakir, hamba-hamba pilihanNya dan tempat
penitipan rahasia-Nya.
Para ahli makrifat berkata : “Orang-orang membicarakan kefakiran
dan kekayaan (tidak butuh uluran tangan orang lain) apa yang lebih
utama?” beberapa kalangan dari mereka berkata: “Yang utama, seorang
yang memenuhi kebutuhannya setelah itu menjaga diri terhadapnya (harta
kekayaan)”
Bersambung....