yang sudah tidak diragukan lagi derajat keilmuan dan ketaqwaannya, mengenai adat ini sudah ditulis satu kitab dengan judul Al Qaul Al manqudl Ar Rad Alaa Man Ankar AlKhamsatulfurudl yang ditulis oleh Syekh Fadhal Bin Abdul Rahman Ba Fadhal.

Inti dari jawaban atas masalah ini adalah, pertama yang dikerjakan dalam adat ini adalah solat lima waktu dan waktu mengerjakannya seusai solat jum'at dengan berjamaa'ah dengan niat qadla, kedua dalam masalah ini ada tiga kemungkinan, pertama orang yang melakukan solat tersebut memang berkewajiban melaksanakan solat lima waktu secara qadla artinya dia memang yakin bahwa ada solat lima waktu yang lewat darinya maka orang ini memang wajib mengqadla solatnya, kedua ada orang yang sengaja meninggalkan solat tanpa ada udzur lalu pada kesempatan ini dia solat bersama jama'ah lainnya dengan keyakinan semua solat yang ditinggalkannya sudah terselesaikan tanggungannya yang demikian adalah keyakinan dan aqidah yang batil dan tidak benar, ketiga orang yang melakukan solat tersebut sama sekali tidak merasa memiliki tanggungan solat lima waktu, atau dia ragu apakah ada solat lima waktu yang sempat terlewat selama setahun ini atau dia ragu sepertinya diantara solat-solatnya ada yang batal ditengah sebab hadast yang sulit dihindari maka dia melakukan solat lima waktu dalam kesempatan ini secara berjamaah dengan niat qadla demi berhati-hati.

 Memang dalam masalah ini ada perdebatan panjang diantara ulama Syafi'iyah diantaranya antara imam Ibnu Solah dan Imam Izzuddin Abdussalam yang diperdebatkan adalah apakah solat yang belum pasti ditinggalkan wajib diqadla ataukah tidak kemudian solat yang diragukan kebatalannya apakah juga wajib diqadla? yang jelas hal-hal yang dilakukan oleh ulama salaf solih harus kita sadari bahwa mereka tidak melakukannya kecuali atas dasar ilmu dan ketaqwaan. Allahu A'lam