http://www.english.hadhramaut.info Syekh Ma'ruf Bajamal (Bagian I) [The Source: indo.hadhramaut.info - 24/2/2009] Biografi Shekh Ma'ruf Bajamal (893-969 H)

Syahidul Hal
         “Demi Allah, aku tidak membedakan antara lawan dan kawan, bahkan aku tidak dapat membedakan (dalam mahabbah) antara dua orang lelaki yang menemuiku, salah seorang dari keduanya memukul kepalaku dengan cangkul, sedangkan yang lain mencium kaki ini…”
Syekh Ma’ruf Ba Jammal, dikutip dari kitab “Mawahib Al Rabb al Rauuf” Hal. 72.

Pendahuluan
          Segala puji bagi Allah SWT, yang menghidupkan hati orang-orang shaleh dengan dzikir, syukur dan kebagusan ibadahnya. Shalawat dan salam atas Nabi Ummi yang dengannya Allah SWT membuka tabir hikmah, kemudian diberikan kepada umatnya yang shaleh. Juga atas keluarga, sahabat yang menempuh jalan dan pedoman hidupnya, demikian pula para pengikutnya dalam kebajikan hingga hari di mana doanya di kabulkan.
         Selanjutnya, kali ini figur dari sekian tokoh besar Hadramaut kami tampilkan kepada para pembaca dengan metode yang sesuai dengan zaman, dengan gaya bahasa kekinian, sehingga dapat menjadi argumen untuk semua kalangan, agar orang masa kini dapat membaca kehidupan orang-orang terdahulu, mengenyampingkan masalah-masalah rumit dan ungkapan yang menyebabkan kebingungan (umat). Hal itu tidak berarti bahwa gaya pemaparan kami lebih bagus dari  pemaparan orang yang terdahulu…sekali-kali tidak, akan tetapi kami mengimbangi pemikiran generasi yang sedang tertipu (oleh zaman), yang mencela metode orang yang terdahulu dengan beberapa pemaparan, isyarat dan karamah. Kami temui, bahwa gaya bahasa dan metode adalah perantara, tidak sepantasnya kita membiarkan generasi kita  kecolongan dalam mengasumsi pengetahuan tentang tokoh-tokoh Islam hanya dikarenakan rumitnya gaya bahasa, gangguan orang-orang yang kontra (tidak sepaham), yang menilai susunan bahasa (orang-orang yang terdahulu), dan menjadikannya alasan untuk meniadakan kebenaran-kebenaran para tokoh yang senantiasa menjaga hatinya.
          Dalam menulis biografi ini kami banyak mengupas dari kitab “Mawahib al Rauuf fi Tarjamti al Syekh Ma’ruf” karya salah seorang ulama abad 11 Syekh Allamah Muhammad bin Abdurrahman Siraj Jamal – semoga Allah merahmatinya – aku berharap tulisan ini ikhlas untuk Allah SWT. Pembela orang-orang shaleh, di zaman kedurhakaan dan penginkaran terhadap orang-orang yang taat serta berada di jalan yang lurus. Tidak ada penyampaian kecuali hanya oleh Allah SWT. Setiap di atas ilmu ada ilmu.

Silsilah Keturunannya
       Beliau adalah Syekh Agung yang terkenal, Abu Muhammad Ma’ruf bin Abdullah bin Muhammad al Muadzin bin Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Jammal nisbat kepada kabilah terkenal dari keluarga Ba Jammal di Hadhramaut. Berasal dari keluarga ilmu, amal shaleh dan berpedoman kepada sunnah. Di tempat tinggalnya terdapat banyak ulama mumpuni dan para Syekh yang mulya, hal itu berpengaruh kepada kebahagiaan penghuni daerah tersebut baik dari segi agama, keduniaan, yang meniggal atau yang masih hidup, lahir maupun batin, di zaman dulu atau akhir. Dalam hal ini Syekh al Wali al Arif Billah al Muhaqqiq Syihabuddin bin Abdurrahman bin Alawy berkata : “Sesungguhnya keluarga Abu Jammal memiliki hubungan nasab dengan Sayyidina Abu Bakar Ra. Dari sebagian istrinya.” Beliau berkata : “Dari nasab tersebut terdapat kekhususan  tertentu dengan banyaknya ulama dari zaman dulu hingga sekarang. Hal itu tidak lain karena sir (rahasia ketuhanan) yang terdapat dalam dada al Siddiq Ra.
       Sebagaimana dimaklumi bahwa datuk dari keluarga Abu Jammal adalah Tsur bin Marta’ Syekh Kandah, mereka adalah para penguasa “Bur” kemudian berpindah kepada “Keluarga Abu Najar” dan mereka (kelurga Ba Jammal) akhirnya berpindah ke Syibam. Di setiap daerah yang ditempati, mereka meninggalkan kebaikan, sumur, tempat minum, masjid-masjid dsb yang manfaatnya dapat dirasakan oleh umat Islam.
    Pengarang kitab “Mawahib al Rabb al Rauuf” hal. 55 memaparkan juga : “Aku lihat di beberapa komentar yang terpercaya bahwa keluarga Abu Jammal adalah keluarga yang memiliki kharisma, interaksi terpuji, perbuatan kebajikan, wara’ (hati-hati), menjaga kehormatan, ilmu, ibadah, agamis, keberadaannya senantiasa eksis hingga saat ini. Mereka termasuk penduduk Hadhramaut yang memiliki banyak pelayan dari hamba yang dimerdekakan, jumlahnya sangat banyak.
       Keluarga Ba Jammal menyisakan peninggalan yang tidak sedikit sebagaimana telah kita sebutkan, di antara peninggalan tersebut, jedding (tempat air) yang terkenal di samping masjid al Khauqah, dan masjid yang tidak asing lagi di Maqdas berikut penampungan air minumnya, juga sadaqah pembangunan daerah Syibam.  
       Adapun di daerah Ghurfah di antara peninggalannya adalah masjid di pintu masuk daerah tersebut,  yang di namakan Masjid al Faqih. Serta sumur yang berada di dalamnya. Berikut masjid yang berada di daerah tersebut dan sumurnya, sumur al bahriyah, tempat penampungan air dan jedingnya. Jedding al Najdy di masjid Ba Juraidan dan sumurnya, tempat penampungan air al bahriyah yang terdapat di dalamnya, sumur al Bahriyah di sebelah atas, tempat penampungan air yang terdapat di jalan penduduk dan sumurnya yang berjarak beberapa meter dari desa, masjid dan naungan di dalamnya, tempat penampungan air yang di sebelah selatan yang berada di jalan menuju lembah. Sadaqah yang mencukupi dan tersimpan untuk melestarikannya, juga untuk pembangunan daerah ghurfah. Keluarga Ba Jammal juga meninggalkan beberapa masjid di beberapa tempat, beberapa kitab dalam bidang fiqh, tasawuf, yang diwakafkan.   

Kelahiran dan Perkembangannya
    Syekh lahir di daerah Syibam pada malam jumat 21 Ramadhan 893 M. tumbuh dan berkembang dalam asuhan ayahnya, yang merupakan mediator terbaik (dalam kebaikan dan pekertinya). Sejak masa kecil, tampak jelas padanya tanda-tanda kebahagiaan dan  masa depan cemerlang, hingga sebagian sosok yang terkenal dengan kewalian di daerahnya berkata: “Sungguh beruntung orang yang berada bersamamu (sezaman)”.  Mengenai sosoknya, Syekh al Syawwaf berkata:
Berbahagia orang yang bersamanya (menghadirinya) dan orang yang melihat obsesinya.
Beruntung orang yang berlumur debu dan mencium sandalnya.
Demi Allah beruntung siapa yang membantunya dengan raga dan jiwanya.
Atau memberi minum keluarga dan sanaknya, atau menutupi (aib) dari keluarganya.
Betapa murahnya harta, ia bersama jiwanya merasakan (nikmatnya) sampai (ke hadirat Allah SWT) Siapa yang menjadi keluarganya, memiliki hubungan dengannya lebih berharga dari pada surga
.

Yang lain berkata :
Tiada kebagusan dan keindahan yang terdapat padamu kecuali bersumber dari Allah SWT.
Semenjak engkau dalam asuhan (masa kecil), Allah senantiasa memelihara dengan pengawasannya.
Di tempat yang tinggi, memberimu kemulyaan yang tiada orang yang dapat menyaingimu. Tiada badan yang terjaga (dari maksiat) kecuali hanya karena keberadaan dan kharismamu.
Dan Adzab yang keras, menimpa siapa yang memusuhimu.
Berbahagia siapa yang mengadu kepadamu, begitu juga celaka orang yang memusuhimu.
Walaupun dirimu menjaga (manusia dari bencana), kebaikan itu tidak dapat balas oleh siapapun.

       Belajar al Quran dari ayahnya dan menghafalnya dalam waktu yang singkat, di masa kecilnya ia merantau ke Syihr, dan bertemu dengan Syekh al Allamah Abdullah bin Abdurrahman Bal Haj Ba Fadl. Beliau berfirasat tentang kewalian yang akan disandang Syekh Ma’ruf Ba Jammal, dan berkata : “Betapa besar nuraniah (cahaya batin) anak ini”. Ba Jammal sering berkunjung ke Syihr, kebiasaannya menyepi di masjid-masjid setiap malam, di siang harinya ia berpuasa, banyak beribadah, berpakaian sederhana. Dirinya terjaga  dan agamis. Ia tidak dapat merasakan masa mudanya (dengan permainan) dan semenjak kecil meninggalkan kesibukan dunia secara keseluruhan.

Guru dan Pembimbingnya
       Syekh Ma’ruf belajar dari banyak guru, beliau belajar kepada Sayyid al Allamah Umar bin Abdullah bin Umar Jammal hingga mumpuni, setelah menempuh suluk (jalan menuju akhirat) dengan sungguh-sungguh dan semangat yang tinggi hingga melampaui seluruh penghuni zamannya, beliau juga senantiasa bersama Syekh al Kabir Abdurrahman bin Umar Ba Harmaz al Akhdhar, berjalan kaki ke kediamannya setiap hari, dari daerah Syibam menuju daerah Hanin, dan kembali ke rumahnya pada malam hari, ia lakukan hal itu dalam kurun waktu yang cukup lama, tanda kesuksesan dan futuhnya tampak pada saudara Syekh Ba Harmaz Ibrahim bin Abdullah Ba Harmaz. Kemudian ia diperintah untuk melazimi, dan menyertainya di Syibam. Dalam posisinya, Syekh Abdurrahman Ba Harmaz, mendorong Syekh Ma`ruf untuk senantiasa melazimi Syekh Ibrahim, seraya menuturkan dua buah bait syair karya Syekh Abu Ishak al Syairazi :
Aku bertanya kepada manusia tentang kawan yang sejati, mereka berkata: hal itu tidak mungkin ditemukan.
Berpegang teguhlah jika mampu dengan orang yang merdeka, karena sesungguhnya orang yang merdeka di dunia ini sangatlah sedikit.
Syekh Abdurrahman Ba Harmaz berkata kepadanya :”Sesungguhnya Ibrahim termasuk dari orang-orang merdeka tersebut, yang tidak ada bandingannya. Berpegang teguhlah dengannya (jalan yang di tempuhnya), dengan izin Allah SWT, engkau akan beruntung”.
       Di antara para gurunya adalah : Syekh Ahmad bin Jabir Syarahil, yang memiliki kharisma yang luar biasa. Konon, ketika Syekh Ma’ruf memiliki keinginan berhaji, dan ziarah Rasulullah Saw. – saat itu beliau sedang menempuh suluk bersama Syekhnya Ibrahim – beliau minta pendapat kepada Syekh Ibrahim. Jawabnya: “Kita minta pendapat Syekh Ahmad bin Jabir Syarahil. Ketika keduanya sampai kepadanya, Syekh Ahmad berkata sebelum keduanya bertanya : “Allah SWT berkata kepadaku, Aku ingin hambaku Ma’ruf di daerah-KU untuk kemaslahatan hamba-hamba-Ku dan tidak boleh pergi”

Bersambung...