Meskipun nikmat Allah SWT selalu mengiringi diri kita di setiap hela
nafas yang memenuhi dada kita dengan udara, di setiap denyut nadi yang
mendorong darah kita menuju setiap saraf otot, tapi sangat sedikit
sekali kita merasakan nikmat yang besar ini, ataupun menghargai
Pemberinya yaitu Allah SWT Yang Maha Agung dan Pemurah...!!!
Kita selalu berhayal agar segala sesuatu yang kita inginkan telah siap sedia di depan kita dan kita tinggal menikmatinya. Kita juga berkeinginan agar semua unsur-unsur kehidupan yang ada di depan kita ini adalah sebagai jawaban dari isyarat kita, dan sebagai perwujudan dari keinginan kita, bukan karena alasan yang lain, apalagi kalau bukan karena alasan bahwa karena "kita menginginkannya" dan bagi semua yang ada didunia ini harus mengabulkannya.
Betul-betul persis dengan seorang anak kecil yang manja, yang selalu ingin agar semua keinginannya terkabulkan!!!
Kadang-kadang kita merasakan sedikit kebaikan dalam kondisi yang tidak memungkinkan, kadang-kadang juga kita memperoleh kebaikan ketika kondisi di sekitar kita mendukungnya, seperti ketika kita hidup di daerah yang menyenangkan dan mengasyikkan bagi diri kita. Dalam kedua kondisi tersebut sesekali pasti terdapat sedikit kekurangan, atau sedikit dari nikmat yang telah kita peroleh terambil dari kita -karena terputusnya hubungan kita kepada Allah SWT dan kurang pekanya diri kita dalam menemukan nikmat Allah yang ada pada diri kita- kitapun lupa akan kebaikan dan nikmat tersebut, dan sedikit sekali di antara kita yang merasakan kebaikan tersebut...!!!
Kebanyakan manusia telah lupa akan kenikmatan-kenikmatan yang ada pada diri mereka, padahal mereka telah berlari kesana kemari dengan membawa kenikmatan yang berupa kebaikan Allah yang ada dalam dirinya dengan tanpa sadar akan pemberian itu, apalagi berterima kasih kepada Allah SWT yang telah menjadikannya seperti itu.
Allah SWT telah berkehendak untuk mengingatkan manusia agar melihat di sekitar mereka dari berbagai kebaikan-Nya yang telah diberikan kepada mereka, dan agar melihat di sekeliling mereka dari berbagai hasil dari kekuasa'an dan kemurahan Allah SWT, sehingga Allah-pun berfirman sembari mengenalkan dzat-Nya kepada makhluknya:
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ (61) ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (62) كَذَلِكَ يُؤْفَكُ الَّذِينَ كَانُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (63) اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (64) [غافر/61-64]
"Allah-lah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sungguh Allah SWT benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan kepada manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. Demikianlah Allah tuhanmu pencipta segala sesuatu tidak ada tuhan selain Dia ; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan?, Demikianlah orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah SWT dipalingkan, Allah-lah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentukmu lalu lalu memperindah rupamu serta membrimu rezeki dari yang baik-baik. Demikianlah Allah , Tuhan seluruh alam.", Qs.Ghafir :61-64.
Setelah penjelasan diatas, apakah kita telah melaksanakan hak Allah ?
Nampaknya bersyukur kepada Sang pemberi nikmat adalah sebuah kewajiban yang sangat berat, dalam pepatah mengatakan: "sesuai dengan kadar peperluan kita, kita mengambil, dan sesuai dengan kadar bagai mana kita menyepelekan sesuatu, kitapun akan melupakannya". Karena kita terlalu menyepelekan nikmat-nikmat itu, kitapun melupakannya.
Bahkan kebanyakan orang menggunakan nikmat-nikmat Allah SWT seakan-akan dia mengambil kembali hak yang selama ini terambil dari dirinya, atau seolah-olah mereka mengambil kembali milik pribadinya, Sehingga dia tidak akan melihat kebaikan orang lain pada dirinya. Dari pemikiran yang tidak mensyukuri nikmat-nikmat ini, tidak akan membuahkan suatu kebaikan dan tidak akan mendatangkan rasa syukur.
Inilah sebabnya ketika kita meminjamkan tangan kita dengan penuh keikhlasan kepada orang lain, atau mencurahkan pengorbanan yang mantap dalam urusan mereka, kemudian ketika mereka telah mampu melakukannya sendiri, mereka melihat kita dengan penuh keingkaran seakan-akan kita tidak pernah bertemu dengan mereka apalagi membantu mereka, atau bahkan mereka berpamitan dengan kita dengan kata-kata dingin, sehingga merekapun berpaling dari kita...!!!
Apakah perbuatan ini membuat kita marah? Begitulah yang diperbuat oleh kaum-kaum dahulu kepada tuhan mereka dan juga tuhan kita sehingga Allah-pun berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ (13) [سبأ/13]
"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur".
"Deel Karnejy" memberikan contoh kepada kita beberapa contoh akan maraknya perbuatan ingkar akan kenikmatan pada manusia, kemudian dia mengatakan: "Seandainya kamu menyelamatkan nyawa seseorang apakah kamu mengharapkan balasan terima kasih darinya? Mungkin kamu mengharapkannya, padahal "Samuel Lybets" – yang bekerja sebagai pembela dan sebagai hakim- telah membebaskan delapan puluh tujuh manusia dari hukuman mati pada kursi listrik, apakah mereka berterima kasih kepadanya? Bayangkan...!!! Tidak satupun...!!
Nabi Isa Al-Masih telah menyembuhkan sepuluh orang berpenyakit dalam sehari, dan tidak satupun dari mereka yang disembuhkan, apalai pergi menemuinya untuk mengucapkan terima kasih, kecuali hanya satu orang saja...!!! dan yang lainnya pergi begitu saja tanpa mengucap sepatah kata.
Kemudian "Deel Karneji" berkata seakan-akan dia menerangkan Firman Allah SWT :
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6) [العاديات/6]
"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar (tidak bersyukur) kepada Tuhannya".Qs.Al-Adiyat: 6.
"Sesungguhnya ingkar akan kenikmatan pada diri manusia adalah sebuah fitrah, rasa ingkar ini muncul di muka bumi ini seperti rerumputan yang tumbuh tanpa seorangpun yang menanamnya. Sedangkan syukur adalah bagaikan bunga yang tidak akan membuatnya tumbuh kecuali dengan siraman air serta perawatan yang baik".
Kemudian mengatakan: "Tabiat manusia bagaimapun juga adalah tabiat, dan dia tidak akan berubah selamanya...!!!. Jadi marilah kita menerima tabiat kita ini apa adanya yaitu menerimanya dengan kekurangan yang ada padanya.
Mengapa membuat kita sedih akan hilangnya anugrah-anugrah serta maraknya ingkar terhadap nikmat? sudah suatu hal yang biasa, jika manusia melupakan kewajiban bersyukurnya, jika kita menunggu dari mereka melaksanakan kewajibannya, maka kita adalah sebuah makhluk yang membiarkan diri kita menghadapi permasalahan, padahal diri kita tidak membutuhkannya".
Perkata'an ini membutuhkan sedikit penjelasan dan pengarahan, Mengosongkan diri dari keindahan syukur, serta menyebarnya kekeringan dan duri-duri dalam hati kita karena kosongnya hati tanpa rasa syukur adalah perbuatan tidak terpuji, maka alangkah baiknya jika manusia diselamatkan dari kekeringan itu, dan kita ajari mereka dengan apa yang mendorong mereka menuju kebaikan, dan menghargai apa yang ada pada dirinya dari berbagai kebaikan, kemurahan, dan perbuatan baik.
Islam menganjurkan bagi orang yang diberi untuk mengingat nikmat yang diberikan kepadanya, serta memberikan pujian bagi pemberi nikmat tersebut, dan juga untuk memberikan balasan kepadanya dengan cara apapun dan berupa apapun. Jika tidak dapat memberikan balasan berupa materi yang sesuai dengan apa yang diterima, maka hendaklah untuk mensyukurinya dengan tindakan dan perkataan, dan hendaklah berdo'a agar Allah SWT memberikannya pahala yang setimpal sehingga dapat membuat hati kita kenyang dengan rasa syukur, dan sebagai ganti atas kekurangan pada tangan kita.
Rasulullah SAW bersabda:
(( من اصطنع إليكم معروفا فجازوه فإن عجزتم عن مجازاته فادعوا له حتى يعلم أنكم قد شكرتم فأن الله شاكر يحب الشاكرين)) المعجم الأوسط - (ج 1 / ص 13)
"Siapa yang berbuat kepadamu kebaikan maka balaslah, jika kamu tidak mampu untuk membalasnya maka do'akanlah dia hingga dia tahu bahwa kamu telah bersyukur, dan sesungguhhnya Allah SWT Maha pemberi syukur dan menyukai orang-orang yang bersyukur".
Rasulullah SAW juga bersabda:
مَنْ أُعْطِيَ عَطَاءً فَوَجَدَ فَلْيَجْزِ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُثْنِ فَإِنَّ مَنْ أَثْنَى فَقَدْ شَكَرَ وَمَنْ كَتَمَ فَقَدْ كَفَرَ )) سنن الترمذي - (ج 7 / ص 341(
"Barangsiapa diberi sesuatu oleh seseorang kemudian dia bertemu dengannya di lain hari hendaklah baginya untuk membalasnya, barang siapa yang tidak bertemu dengannya hendaklah memujinya, karena sesungguhnya orang yang memuji telah bersyukur, dan barang siapa yang menyembunyaikan kebaukan tersebut maka dia telah berbuat kufur".HR At-tirmidzi
(( إِنَّ أَشْكَرَ النَّاسِ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَشْكَرُهُمْ لِلنَّاسِ)) مسند الإمام أحمد بن حنبل - (ج 44 / ص 316(
"Sesungguhnya orang yang paling bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling berterimakasih atau ber syukur kepada orang lain".HR Ahmad
(( لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ)) سنن أبي داود - (ج 12 / ص 436)
"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia".HR Abu Dawud
Islam selain menganjurkan umatnya untuk bersyukur dengan mewajibkannya, serta mencela orang-orang yang ingkar terhadap kebaikan seseorang, juga meminta dari penggemar kebaikan untuk menjadikan amal dan perbuatan mereka menjadi amal yang ikhlas hanya karena Allah SWT, dan menjauhkan hatinya dari maksud lain, karena sesungguhnya niat yang menipu akan merusak amalan dan menghilangkan pahala. Pada umumnya perbuatan yang diterima dan dihargai adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas dari orangnya dengan dorongan kebaikan yang tulus, tidak mengharapkan pujian dari orang lain dan juga terimakasihnya, akan tetapi amalan yang dilakukannya itu hanyalah karena menjalankan keta'atan kepada Allah SWT, juga mencari ridha dan ampunan-Nya semanta.
Ad-dinul Islam selain memerintahkan umatnya untuk ikhlas dalam beramal, juga memerintahkan untuk mengosongkan hati kita dari ikatan-ikatan maksud yang tidak baik, dan menggantungkannya dengan kesempurnaan muthlak, sehingga hati kita ini melakukan kebaikan atas dorongan yang jernih yaitu dorongan cinta yang tulus kepada Allah SWT, serta keinginan yang kuat untuk mewujudkannya, tanpa melihat pujian-pujian manusia, atau memilih-milih kedudukan mereka.
Keunggulan yang tidak dimiliki agama lain ini adalah sebagai tiang-tiang kebaikan dan kebenaran, ini juga sebagai pedoman paling tinggi bagi setiap akhlak mulia.
Janganlah anda menunggu pujian seseorang atau penghargaan orang lain dalam beramal. Jadilah sebagaimana Allah telah mensifati orang-orang baik dari hamba-hamba-Nya dalam firman-Nya:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (9) [الإنسان/8، 9]
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (sambil berkata ), "sesungguhnya kami membri makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridha'an Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu".Qs Al-Insan:8-9.
Maksud dari ayat ini bukannya bahwa mereka mengatakan perkata'an itu dengan lisan mereka, hal itu sangatlah jauh sekali, karena hal tersebut dapat menyakitkan orang-orang yang membutuhkan, akan tetapi ini adalah terjemah dari perkata'an yang ada dalam hati mereka yang berisi berbagai niat-niat yang suci, serta perasa'an-perasa'an yang jernih.
Jadi buat apa kita mengharap terimakasih orang lain dalam berbuat baik, toh Allah SWT akan memberikan balasan tersendiri kepada kita, jika kita ikhlas dalam memberikan bantuan kepada orang lain, dengan niat lillahi ta'ala dan tanpa mengharapkan pujian atau karena takut cela'an orang lain.