Orang yang tidak mempunyai hati, seperti alat yang telah rusak, dan
batu yang sangat keras, karena hakekat dari manusia sebenarnya bukanlah
tergantung pada tubuh yang terbuat dari tanah ini, yang terdiri dari
daging darah dan tulang, akan tetapi hakekat manusia sebenarnya adalah
kelembutan, permata ruhiyah yang dengannya manusia dapat merasakan,
dapat terpengaruh, bisa menanggapi, dan dengannya pula manusia dapat
merasakan sakit dan juga mengasihi sesamanya, dia adalah hati nurani
yang lembut.
Salah satu dari ciri khusus orang mukmin adalah mempunyai satu keunggulan, yaitu berhati mulia, lembut, dan mengasihi, yang dengan hati ini dia menghadapi kejadian-kejadian dan orang-orang disekitarnya, sehingga membuat hatinya-pun mengasihi orang tidak mampu, merasakan sakit ketika melihat orang lain sedih, menyayangi orang miskin, membentangkan tangannya untuk orang yang terkena bencana, dan dengan hati yang mulia dan pengasih inilah orang mukmin menjauhi hal yang menyakitkan, menghindari perbuatan dosa, sehingga menjadi sumber kebaikan, kebajikan, kedamaian untuk segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Seorang mukmin adalah manusia yang mempunyai hati yang pengasih, karena pedoman paling baik adalah berakhlak dengan akhlak Allah SWT, dan mempunyai bagian dari Asma'ul Husna (Nama-nama Allah yang paling bagus).
Diantara akhlak tuhan yang paling jelas dan tampak oleh mata kita adalah "Kasih sayang"-Nya yang mencakup sagala sesuatu, yang mencakup orang mukmin dan juga kafir, orang baik dan durhaka, dan mencakup dunia dan akherat. Diantara Nama-nama Allah yang paling bagus (Asma'uhul Husna)adalah "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim", kedua nama Allah ini adalah nama yang paling terkenal setelah lafadz jalalah "Allah", orang yang percaya kepada Al-Qur'an, setiap kali membaca kitab Allah ini, atau memulai salah satu surat, mereka memulainya dengan "Bismillahirrahmanirrahim". Dalam seratus tiga belas surat didalamnya.
Orang mukmin juga mengulang-ngulang dua nama ini dalam shalat wajibnya sebanyak tidak kurang dari tiga puluh empat kali sehari, yaitu ketika melaksanakan shalat satu raka'at ketika
membaca surat Al-Fatihah :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١)الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢)
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".Qs.Al-Fatihah:1-2
Yaitu sebanyak tuju belas raka'at dalam lima shalat yang diwajibkan bagi kaum muslimin dalam sehari, jika dia manambah shalat sunat dalam sehari itu, maka bertambah pula dia menyebut dua nama Allah ini.
Karea kedua nama agung ini mempunyai makna tinggi dalam jiwa orang mukmin, Imam Al-Ghazali-pun menulis kitab yang menerangkan tentang syarah Asma'ullah Al-Husna, dalam kitab ini dia menjelaskan tentang makna kedua Nama ini dengan berkata: "Adapun tugas seorang hamba dari Nama Allah SWT " Ar-Rahman" yaitu dengan mengasihi hamba-hamba Allah SWT yang lalai, kemudian menyelamatkan mereka dari kelalaian dari mengingat Allah SWT dengan memberikan nasehat dan mengingatkan mereka dengan cara yang lembut dan tanpa paksaan, dan agar melihat kepada orang-orang yang mengerjakan maksiat dengan mata kasih sayang, bukan dengan mata menyakitkan, dan juga hendaklah dia melihat setiap maksiat yang ada di muka bumi ini seperti perbuatan maksiat yang dia miliki dalam dirinya sendiri, sehingga diapun tidak patah hati untuk menghilangkan kemaksiatan tersebut sesuai dengan kadar kemampuannya, sebagai tanda kasih sayangnya terhadap orang yang berbuat maksiat tersebut agar tidak mendapatkan kebencian dari Allah SWT, atau mendapatkan kejauhan dari-Nya.
Sedangkan tugas dari seorang hamba dari Nama "Ar-Rahim" adalah agar setiap dia melihat orang yang tidak mampu, dia selalu mengulurkan tangannya menawarkan bantuan untuknya sesuai dengan kemampuan yang dia miliki, dan agar setiap melihat orang fakir di daerahnya dia cepat-cepat mengulurkan bantuan untuk mereka, menolong mereka agar mereka terbebas dari kefakiran, baik dengan hartanya ataupun dengan kekayaannya, sebagai tanda kasih sayangnya terhadap orang tersebut, sehingga seakan-akan dia selalu siap sedia membantu dalam kebutuhan dan kekurangan orang lain".
Dalam sebuah pepatah arab dikatakan: "Barang siapa tidak mengasihi niscaya tidak akan dikasihi", sedangkan seorang mukmin selalu berkeyakinan bahwa dia selalu merasa kurang akan kasih sayang Allah SWT, dengan kasih sayang tuhan inilah dia dapat bertahan hidup di dunia dan mendapat keberuntungan di akherat nanti, akan tetapi dia selalu yakin bahwa Rahmat Allah SWT ini tidak akan didapatkan kecuali dengan mengasihi sesamanya, dalam sebuah Hadist di sebutkan:
(( إنما يرحم الله من عباده الرحماء)) ، (( من لا يرحم لا يرحم )) ، ((ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء )).
"Sesungguhnya Allah akan mengasihi hamba-hamba-Nya yang mengasihi", "Barang siapa tidak mengasihi, niscaya tidak akan dikasihi", "Kasihilah orang yang ada di bumi niscaya akan mengasihimu, semua yang ada di langit".
Kasih sayang seorang mukmin tidaklah terbatas hanya kepada saudaranya sesama mukmin -meskipun pendorong satunya iman menjadikan sesama mukmin yang paling berhak mendapatkannya-, akan tetapi dia adalah sumber kasih yang selalu memancarkan kasih sayangnya kepada semua orang. Rasulullah SAW telah bersabda kepada para sahabatnya:
(( لن تؤمنوا حتى ترحموا )) . قالوا: يا رسول الله ، كلنا رحيم. قٌال : إنه ليس برحمة أحدكم صاحبه ولكنها رحمة العامة)). الطبراني
"Kamu sekalian tidak akan beriman, sehingga kalian saling mengasihi", mereka mengatakan: "Wahai Rasulullah SWT kita semua saling mengasihi", Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya yang dimaksud bukan kasih sayang kalian terhadap saudaranya sesama muslim, akan tetapi yang dimaksud adalah kasih sayang yang mencakup semua manusia". HR.At-Tabrani
Diantara sifat orang mukmin dalam Al-Qur'an adalah:
((وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (17) [البلد/17]
"Dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang".Qs.Al-Balad:17.
Bahkan ini adalah kasih sayang ini mencakup segala sesuatu, mulai dari kasih sayang kepada manusia yang mampu berfikir hingga hewan-hewan yang tidak mampu berbicara, seorang mukmin mengasihi dan menyayangi semua ini dan bertaqwaa kepada Allah SWT dengan kasih sayang ini, dia tahu bahwa dia akan ditanya di depan Allah SWT bagaimana mereka memperlakukan makhluk-makhluk yang tidak mampu berbicara ini. Rasulullah SAW telah mengumumkan kepada para sahabatnya bahwa pintu sorga akan dibukakan bagi orang durjana yang telah mencela anjing, yang kemudian Allah mengampuninya, dan juga neraka akan dibukakan bagi seorang wanita yang mengurung seekor kucing, hingga mati karena dia tidak memberinya makan atau membiarkannya keluar mencari makan sendiri. Jika ini adalah balasan bagi orang yang telah mengurung seekor kucing yang tidak berdosa, maka apa balasan orang-orang yang mengurung beribu-ribu manusia tanpa hak apapun, kecuali dengan bertaubat dan mengataka mengatakan: "Tuhan kami adalah Allah SWT".
Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW: "Wahai Rasulullah! Aku kasihan kepada seekor kambing ini jika disembelih, kemudian Rasulullah SAW berdabda: "Jika kamu telah mengasihinya, Allah akan mengasihimu". HR Al-Hakim.Umar bin Khatthab melihat seorang laki-laki yang menyeret kaki kambing yang akan disembelih, kemudian dia berkata kepadanya: "Celakalah kamu! Ikatlah dia sampai kematiannya datang, dengan ikatan yang baik".
Ahli sejarah menceritakan bahwa sayyidina 'Amr bin 'Ash RA ketika membuka Mesir, ada seekor burung merpati hinggap di atas tendanya, kemudian dia menjadikan rerumputan diatasnya sebagai tempat hinggapnya burung tersebut, ketika 'Amr bin 'Ash ingin kembali ke tempat tinggalnya, dia melihatnya, kemudian diapun tidak ingin mengganggu burung tersebut dengan mencabut tenda tersebut, kemudian diapun membiarkannya, dengan bertambahnya zaman, bertambah banyak pula tenda di sekitarnya, sehingga jadilah daerah tersebut sebagai Kota "Tenda".
Kasih sayang yang tinggi yang dimiliki oleh semua orang mukmin ini adalah berkat iman mereka kepada Allah SWT dan hari akhir, iman inilah yang menjadikan lembut hati mereka yang keras bagaikan batu, serta mencairkan perasaan mereka yang beku.
Tidakkah anda melihat sayidina Umar -yang pada zaman jahiliyah sangat terkenal dengan kekerasan dan kelicikannya- bagaimanakah iman tersebut menjadikannya memancarkan sumber-sumber kasih sayang dan kelembutan dalam hatinya? Padahal telah dikatakan: bahwa dia telah mengubur putrinya hidup-hidup di zaman jahiliyahnya. Yang ketika dia telah menjadi pemimpin kaum muslimin, dia merasa bahwa dirinya bertanggung jawab di hadapan Allah SWT di hari kiyamatnanti, akan seekor keledai yang lari di ujung kota.
Keyakinan dan akhlak ini telah membekas dalam perilaku orang mukmin terdahulu, meskipun kepada musuh-musuh mereka, sehingga kitapun menemukan Rasulullah SAW marah sekali ketika melewati seorang wanita terbunuh di salah satu peperangannya, kemudian beliyau bersabda: "Tidak pantas bagi kalian untuk memerangi wanita itu". Beliyau juga melarang membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua dan orang yang tidak ikut campur dalam peperangan.
Sahat-sahabatnya-pun berjalan dengan manhaj (metode) yang sama, yaitu manhaj yang dipenuhi dengan kebaikan dan kasih sayang, bukan dengan kekerasan dan kedurhakaan. Inilah Abu Bakar yang telah berwasiat kepada pasukan Usamah bin Zaid sebelum keberangkatan mereka: "Janganlah kalian membunuh wanita, orang tua, anak-anak, janganlah kalian menebang pohon kurma, jangan memutus pohon yang sedang berbuah,...". Sayidina Umar RA juga mengatakan: "Bertaqwalah kepada Allah SWT dari para petani yang tidak ikut memerangi kalian ".
Telah ditunjukan di depan Abu Bakar As-Shiddiq sebuah kepala orang mati dalam peperangan diantara musuh terbesar islam, kemudian diapun menolak perbuatan tersebut, dan mengumumkan kebenciannya kepada orang yang membawa kepala tersebut, sehingga dia mengatakan: "Janganlah kalian membawa kepala seseorang di depanku setelah hari ini", kemudian mereka menjawab: "Sesungguhnya mereka juga melakukan hal ini kepada kita", kemudian dia mengatakan: "Maka kalian telah meniru bangsa Persia dan Romawi, sesungguhnya cukuplah dengan membawa tulisan dan berita".
Beginilah peperangan dalam agama islam, peperangan yang dipenuhi dengan kasih sayang dan kelembutan, tidaklah darah manusia tertumpahkan kecuali dalam keadaan darurat yang memaksa untuk melakukan hal tersebut. Hal tersebut telah diperhatikan oleh seorang filsafat prancis "Gustaff Lobhon" dalam perkataannya: "Tidak diketahui dalam sejarah penjajahan yang lebih adil dan penuh kasih sayang kecuali pada bangsa arab".