Kemenangan Barack Obama dalam pemilu Amerika Serikat menjadi perhatian
seluruh jagad. Disamping karena ia berasal dari kulit hitam, naiknya
Obama ke pucuk pimpinan negeri Paman Sam itu juga menaruh harapan besar
berbagai kalangan, disamping rakyat Amerika sendiri juga umat Islam.
Satu hal yang mungkin banyak tidak diketahui oleh banyak orang. Diantara sebab suksesnya Obama terpilih menjadi presiden adalah hubungan dekatnya dengan Rubbama. Siapakah Rubbama? Apakah dia seorang tokoh politik yang ulung atau milyarder yang mendanai kampanye Obama, dan mengapa nama Rubbama tidak pernah terdengar di televisi atau mencuat di surat kabar? Anda jangan salah sangka dulu, Rubbama memang mempunyai pengaruh dan kekuatan yang sangat hebat, tetapi dia bukanlah seperti yang anda bayangkan. Rubbama adalah kalimat bahasa arab yang mempunyai arti : Barang kali, mungkin saja, semoga saja yang menunjukkan adanya sebuah harapan. Kita semua tahu dalam kenyataannya orang memilih Obama karena faktor rubbama (adanya harapan) ini.
Rakyat Amerika Serikat menaruh harapan sangat besar terhadap Barack Obama untuk bisa menyelamatkan okonomi yang morat marit atau bisa dikatakan hancur lebur, juga memperbaiki citra Amerika dengan negara-negara lain, karena kebencian dan anti Amerika diteriakkan dimana-mana disebabkan kebijakan-kebijakan yang selama ini merugikan banyak pihak. Ummat Islam juga berharap besar dengan terpilihnya Obama, karena ia berjanji dalam kampanyenya untuk memperbaiki hubungan dengan dunia Islam hususnya timur tengah.
Kedekatan Obama dan Rubbama ini di buktikan dengan banyaknya artikel-artikel di internet tentang harapan-harapan besar itu, bahkan kemenangan Obama dirayakan dengan suka cita oleh banyak pihak, tak ketinggalan sebagian rakyat indonesia di Jakarta, Menteng hususnya. mengingat sang presiden pernah tinggal dan sekolah di Indonesia. Bahkan ibu kandung sang presiden menikah dengan pria Indonesia asal Kenya yang beragama Islam.
Kekecewaan Rakyat Amerika
Setelah berjalan dua bulan dari kepemimpinan Obama rupanya hubungannya dengan Rubbama tidak seharmonis dulu (dalam arti harapan-harapan yang dulu ada itu berubah menjadi kekewaan) dan ini pertanda suatu bahaya yang datang. Hal ini dapat dilihat dari mulai banyaknya kekecewaan yang yang mulai tampak disana sini baik rakyat Amerika ataupun Dunia Islam yang dulu sama-ama menaruh harapan besar. Artike-Artikel di internet yang dulu menulis banyak harapan terhadap Obama sekarang malah bermunculan artikel-artikel baru yang bernada sebaliknya. Lawan-lawan Obama pun mulai bermunculan pula, sebagaimana di tulis Oleh Dahlan Iskan di Jawa pos:
Harapan yang terlalu besar kepada Obama dalam pemilu lalu rupanya mulai menimbulkan putus harapan. Orang akan memaklumi kalau Obama belum bisa membuat ekonomi lebih baik. Tapi bahwa ekonomi kenyataannya kian merosot drastis (sejak terpilih hingga sebulan setelah jadi presiden harga saham merosot 3.000 poin) sama sekali di luar harapan. Apalagi, Obama sudah gagal dalam dua hal. Pertama, mewujudkan keyakinannya bahwa dia bisa menjadi tokoh pemersatu bangsa. Kedua, kampanyenya untuk membeli produk dalam negeri juga gagal.
Upayanya mempersatukan suara Demokrat dan Republik di Kongres (agar bisa bersama-sama menyelesaikan krisis) sudah gagal dalam ronde pertama. Memang, dia bisa mengegolkan paket stimulus hampir USD 1 trilun, tapi harga politiknya sangat mahal: semua anggota dari Partai Republik tidak memberikan persetujuan. Bahkan, orang seperti John McCain yang begitu kalah berjanji untuk bersama-sama memecahkan masalah bangsa sudah merasa diabaikan oleh Obama.
Mengenai kampanye membeli produk dalam negeri, tentu agak sulit dilaksanakan di lapangan. Mana yang produksi Amerika sendiri? Problem ini akan sama dengan kampanye serupa di Indonesia. Mayoritas barang adalah produksi asing.
Di AS beredar luas juga mengenai barang apa yang harus dibeli kalau rakyat harus menuruti kampanye Obama. Terutama, penggunaan dana rakyat yang dialokasikan untuk stimulus ekonomi itu. Lihatlah humor di bawah ini:
Bila Anda belanja di Wal-Mart, semua uang itu akan mengalir ke Tiongkok.
Bila Anda beli bensin, semua uang itu akan mengalir ke Arab atau Venezuela.
Bila Anda membeli komputer, uang itu akan mengalir ke Taiwan.
Bila Anda membeli buah atau sayur, uang itu akan mengalir ke Meksiko.
Bila Anda membeli mobil, uangnya akan mengalir ke Jepang atau Korea.
Bila Anda membeli heroin, uangnya akan mengalir ke Taliban di Afghanistan.
Bila Anda menggunakan uang untuk menyumbang yayasan sosial, uangnya akan mengalir ke Nigeria.
Praktis uang itu hanya bisa dibelanjakan untuk nonton basket, minum bir, dan membuat tato di tangan.
Salah satu lawan Obama adalah Rush Limbauh sang penyiar radio yang amat terkenal. Setiap hari di 650 stasiun radio ia mengejek Obama. Tidak hanya mengejek bahkan penyiar radio yang gajinya Rp 300 miliar setahun itu menantang Obama habis-habisan. Lihatlah tantangannya ini. ".... Begini saja. Kalau orang-orang ini (maksudnya Obama dan pejabat tingginya) merasa diri mereka begitu hebat dan kalau mereka memang merasa bahwa merekalah yang sangat benar, mengapa tidak Presiden Obama datang ke studio saya ini dan bicara di talk show ini. Kita akan debat satu lawan satu mengenai ide-ide sampai kebijakan-kebijakan. Semua disiarkan utuh.... Mari kita berdebat. Saya tawarkan Presiden Obama datang ke sini tanpa didampingi staf, tanpa teks yang bisa dibaca, tanpa kertas-kertas catatan (tanpa kerpekan) untuk mendebat saya mengenai semua isu yang saya lontarkan. Mari debat soal pasar bebas. Mari debat soal kesehatan dan peningkatan pajak untuk usaha kecil. Mari debat soal new deal versus Reaganomics. Mari debat soal penutupan tahanan Guantanamo Bay. Mari debat soal imigran gelap dan lemahnya hukum di perbatasan. Mari debat soal besarnya defisit anggaran dan hancurnya harapan untuk generasi yang akan datang. Mari debat soal Acorn, provokator masyarakat dan mengenai buruh...".
Putus Asa Dunia Islam
Adapun kekecewaan umat Islam terhadap Obama sudah tampak di saat-saat pertama. Sepanjang pidato inaugurasinya berdurasi sekitar 20 menit itu, sedikit pun Obama tidak menyinggung persoalan Gaza yang justru menjadi pusat perhatian dunia, akibat agresi-invasi Israel secara membabi buta di negara berpenduduk muslim tersebut. Sementara sepanjang masa kampanyenya, Obama justru memberi sinyal akan memberi perhatian terhadap perdamaian dunia, terutama di Timur Tengah.
Baru-baru ini Obama membuat pernyataan bahwa Iran adalah musuh yang harus diwaspadai, ia juga akan menambah jumlah pasukan ke Afganistan setelah kehancuran dan kekacauan yang dibuat oleh Amerika di Iraq. Belum lagi masalah Sudah, berbagai kalangan menyoroti keputusan Mahkamah dauliah (mahkamah internaisonal) untuk mengakap Umar basyir adalah karena tekanan Amerika yang sudah barang tentu Amerika mempunyai kepentingan untuk itu. Kalau memang alasannya karena pelanggaran HAM, mengapa hal serupa tidak diterapkan pada Israel yang sudah jelas-jelas membantai rakyat Gaza di depan mata dunia. Dari kenyataan ini tampaknya kecil adanya asa atau harapan bagi dunia Islam menjadikan Obama ikon perdamaian dunia. Justru dunia Islam kembali bersiap-siap kecewa dan putus asa sebab masih tersisa indikasi bahwa Amerika tetaplah Amerika, meski berganti presiden sekalipun.
Seharusnya kita umat Islam tidak terlalu hanyut dalam harapan, dan menanti-nanti suatu yang belum pasti. Yang perlu kita lakukan adalah berusaha dan bekerja keras untuk memperbaiki kondisi ummat. Sebuah harapan yang indah untuk dipetik buahnya adalah harapan dari sebuah usaha yang ulet tanpa henti. Yang jelas kita harus tetap waspada terhadap Amerika siapapun yang menjadi presidennya. Apa yang dilakukan Amerika di Iraq dan Afganistan tidak boleh kita lupakan begitu saja hanya karena terpilihnya peresiden baru yang berjanji dalam kampanyenya untuk menciptakan perdamaian dan memperbaiki hubungan dengan dunia Islam. Pepatah Arab mengatakan :
إذا رأيت ناب الليث بارزة * فلا تظونن أن اللييث يتبسم
Kalau anda melihat harimau menampakan taringnya, janganlah anda mengira harimau itu sedang tersenyum.
Sebagai Penutup saya akan mengingatkat pada perkataan orang bijak: "Bahwa semakin besar anda berharap semakin besar pula kekecewaan anda, dan semakin tinggi harapan anda semakin dalam pula kekecewaan yang anda pendam, apabila harapan itu anda letakkan bukan pada tempatnya". Tentunya tidaklah tepat kalau sekarang anda masih terus berharap lebih pada Obama, karena sekarang semua orang tau dia tak lagi dekat dengan Rubbama.