http://www.english.hadhramaut.info Catatan Ahli Tarim [The Source: hadhramaut.info - 08/10/2017]
Malam sabtu adalah malam yang tepat untuk istifadah di Rubath Tareem, salah satu pesantren kota Tarim yang telah menumbuhkan banyak wali dan Ulama, disinilah Ahlu tarim menimba ilmu agama, disinilah sang Sulthon al-Ulama al-Habib Salim as-Syathry mengajar, dan mendidik para santrinya, seorang Ulama rabbany, berdedikasi tinggi dalam mengemban warisan Nabi.

Raukhah, itulah nama majelis pengajian itu -di kala malam sabtu-, disitulah hadir santri dari penjuru negeri, diantaranya santri dari Indonesia yang memiliki sebutan "Santri Garuda", belajar mengaji mendalami kitab suci. Pun siraman rokhani yang dilantunkan seakan para santri lapar untuk melahap nutrisi ilmu syar'i.

Suatu ketika seorang santri kehabisan uang, duduk mengaji disamping ahlu Tarim, mendengarkan sebuah hadits Rasulullah yang artinya,"
"Tujuh orang yang mendapat naungan Allah di hari yang tiada naungan selain naungannya, pemimpin yang adil, Seorang pemuda yang giat beribadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya tergantung dengan Masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, bersama karena Allah, dan berpisah karena Allah, laki-laki yang diajak berzina oleh wanita cantik dan terhormat, kemudian Ia berkata," Aku takut kepada Allah, laki-laki yang bersedekah dengan cara samar, sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang dinafakahkan tangan kirinya, dan laki-laki yang berdzikir kepada Allah ditempat sepi, lantas kedua matanya mengalirkan air mata".

Setelah mendengarkan hadits Nabi tersebut, sang Ahli tarim yang duduk bersebelahan dengan santri tersebut meminta izin kepada si santri," bolehkah Aku membuka bukumu", si Santri menjawab,"silahkan habib", lantas sang Ahli tarim berkata," Ini catatanmu?", si Santri menjawab," ya Habib", kemudian buku itu dikembalikan ke santri tersebut dan meminta izin untuk pulang, seperti biasanya buku itupun dibuka tujuannya untuk mencatat pengajian yang ia dengar, setelah di buka si Santri kaget, sebab disela-sela bukunya terdapat uang 1000 reyal (sekitar Rp 50.000,00), padahal sebelumnya ia sudah tidak punya uang, dan ternyata uang itu adalah milik Ahlu Tarim yang tadinya meminjam bukunya untuk disedekahkan sirri untuknya, lantaran Ia (ahlu tarim) telah mendengar keutamaan shodakoh sirri dari hadits Nabi diatas.

Begitulah potret Ahlu tarim, setelah mereka mendapatkan ilmu mereka langsung mengamalkannya. Ilmu, Amal, dan Ikhlas tercermin dalam kehidupan mereka, menjadikan sejarah emas yang terukir dalam jiwa. Semoga Kisah ini menginspirasi kita mencari ilmu, dan mengamalkannya dengan ikhlas, untuk memperoleh ridlo ilahi rabby.