http://www.english.hadhramaut.info Ibadah Dalam Islam [The Source: indo.hadhramaut.info - 20/4/2009] Mengapa kita menyembah Allah?
Kita semua telah mengetahui bahwa tugas manusuia adalah menyembah Allh karena untuk itu ia diciptakan. Allah berfirman:

æóãóÇ ÎóáóÞúÊõ ÇáúÌöäøó æóÇáúÅöäúÓó ÅöáøóÇ áöíóÚúÈõÏõæäö [ÇáÐÇÑíÇÊ/56]

Mungkin disini timbul pertanyaan: mengapa kita harus menyembah Allah SWT, atau dengan kata lain mengapa Allah mewajibkan kita untuk taat dan menyembah kepada-Nya padahal Allah tidak butuh kepada kita? Apakah tujuan dari kewajiban ini, apakah manfaatnya kembali kepada Allah atau kepada manusia?

Jawabnya adalah : Allah yang Maha Suci tidak perlu kepada ibadah hamba-Nya, dan tidak membahayakan pula jika semua hamba-Nya berpaling dari-Nya. Keagungan dan kekuasaa-Nya tidak bertambah dengan tasbih dan pujian hamba-hamba-Nya juga tidak berkurang dengan ingkarnya orang-orang yang tidak beriman, karea Dia adalah Maha Kaya tidak butuh kepada sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan dan mewajibkan sesuatau kepada hamba-Nya kecuali akan kembali manfaatnya kepada hamba-Nya pula, karena Dialah Allah Yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Allah berfirman:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÃóäúÊõãõ ÇáúÝõÞóÑóÇÁõ Åöáóì Çááøóåö æóÇááøóåõ åõæó ÇáúÛóäöíøõ ÇáúÍóãöíÏõ [ÝÇØÑ/15]

Wahai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS: Fatir:15)
 
Ibadah adalah makanan ruh

Manusia bukanlah hannya berupa jasad saja. Akan tetapi manusia diciptakan Allah dengan tiga unsur yang tidak terlepas satu dengan lainnya, yaitu jasad, akal dan ruh.  Ruh inilah hakikat akan manusia itu. Agar ketiga unsur itu dapat hidup menjadi sehat dan kuat semuanya butuh kepada makanan, tentu makanannya beda dan tidak sama, makanan jasad adalah seperti yang kita ketahui, nasi sayuran roti dan sebagainya, jika tiga hari jasad tidak mendapatkan makanan maka ia akan lemah dan mungkin mati, demikian halnya akal dan ruh. Namun apakah makanan akal dan ruh? makanan akal adalah ilmu pengetahuan, dengan ilmu itu akal berkembang dan menjadi hidup. Adapun makan ruh adalah dzikir dan tasbih atau segala bentuk ibadah. Kilau kita jarang berdzikir mengingat Allah SWT maka jiwa kita akan kering dan mati. Jiwa serta akal yang mati yang berada pada jasad yang hidup akan sangat berbahaya sekali, dan akan banyak kerusakan yang ditimbulkannya.

Maka jelaslah bahwa hakikat manusia bukan hanya jasadnya yang bergerak kesana kemari, akan tetapi hakikat manusia adalah ruhnya, dan dengan sebab itu pula manusia menjadi mahluk yang ditinggikan derajatnya daripada mahluk-mahluk yang lainnya. Jangan biarkan jiwa kita kering dan hampa, menjadi usang dan gersang, biarkan ia kembali bersemi dengan taubat dan ruju' ilallah (kembali kepada Allah).

Sesungguhnya hati manusia selalu merasa butuh kepada Allah SWT, dan selalu rindu kepada-Nya. Ibnu taimiyah berkata: "Hati manusia itu pada dasarnya membutuhkan Allah dari dua segi, segi ibadah dan memohon pertolongan serta beserah diri kepadaNya. Hati tidak akan menjadi senang dan tentram kecuali dengan ibadah dan kembali kepadaNya. Walaupun semua kesenangan dunawi telah didapat hati tetaplah hampa dan gelisah sebelum ia kembali kepada Allah".

Penghambaan diri kepada Allah adalah jalan kemerdekaan.

Sesungguhnya penghambaan diri kepada Allah semata adalah sebuah kemerdekaan hakiki. Karena pada dasarnya hati manusia tak mampu tegak berdiri sendiri, akan tetapi ia butuh akan sandaran untuk ia sembah dan agungkan. Manusia yang berpaling dari menyembah Allah, atau menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, pada hakikatnya ia menjadi hamba dan budak selain Allah bisa jadi harta tahta dan sebagainya. Dapat anda buktikan dan lihat, semakin orang itu berpaling kepada Allah dan tidak tunduk kepada-Nya maka disatu sisi ia semakin tunduk kepada sesama manusia.

Disinilah manusia dihadapkan pada sebuah pilihan yang mau tidak mau ia harus memilih salah satunya, akankah ia mau menjadi hamba Allah atau selain Allah yang sama sepertinya lemah tak berdaya. Manusia yang berakal tentu akan memilih mendadi hamba Allah, karena denga itulah kemiliannya sebagai manuisa akan terjaga dan jiwanya menjadi jiwa yang merdeka, tidak tunduk kepada sesama mahluk.

Orang-orang yang tidak mau menyembah Allah kita dapatkan mereka menyembah patung yang terbuat dari batu, menyembah pohon, api dan sebagainya. Bukankan ini kebodohan yang nyata? Karena akal sehat akan mengatakan bahwa semua sesembahan itu mahluk sepertinya yang tidak dapat mendatangkan manfaat atau menolak bahaya. Allah berfirman:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÖõÑöÈó ãóËóáñ ÝóÇÓúÊóãöÚõæÇ áóåõ Åöäøó ÇáøóÐöíäó ÊóÏúÚõæäó ãöäú Ïõæäö Çááøóåö áóäú íóÎúáõÞõæÇ ÐõÈóÇÈðÇ æóáóæö ÇÌúÊóãóÚõæÇ áóåõ æóÅöäú íóÓúáõÈúåõãõ ÇáÐøõÈóÇÈõ ÔóíúÆðÇ áóÇ íóÓúÊóäúÞöÐõæåõ ãöäúåõ ÖóÚõÝó ÇáØøóÇáöÈõ æóÇáúãóØúáõæÈõ (73) ãóÇ ÞóÏóÑõæÇ Çááøóåó ÍóÞøó ÞóÏúÑöåö Åöäøó Çááøóåó áóÞóæöíøñ ÚóÒöíÒñ  [ÇáÍÌ/73¡ 74]

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah.Mereka tidak Mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha Perkasa.(QS: Al-Haj: 73,74).

Ibadah adalah ujian Allah

Kehidupan dunia ini adalah kehidupan sementara, atau bisa dikatan kehidupan dunia adalah perjalanan menuju darul khulud (kehidupan yang kekal dan abadi). Disana ada sorga tempat orang yang beramal sholeh dan neraka bagi orang kafir dan durhaka. Sehingga kehidupan dunia ini tidak lain adalah ujian cobaan dan bagi manusia, agar terpilih mereka orang-orang yang berhak masuk kedalam sorga tempat kenikmatan abadi yang Allah janjikan.

Allah berfirman:

ÊóÈóÇÑóßó ÇáøóÐöí ÈöíóÏöåö Çáúãõáúßõ æóåõæó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ (1) ÇáøóÐöí ÎóáóÞó ÇáúãóæúÊó æóÇáúÍóíóÇÉó áöíóÈúáõæóßõãú Ãóíøõßõãú ÃóÍúÓóäõ ÚóãóáðÇ [Çáãáß/1¡ 2]

Maha suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia maha kuasa ats segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji diantara kamu yang lebih baik amalannya. (QS: Al-Mulk:1-2)

ÅöäøóÇ ÌóÚóáúäóÇ ãóÇ Úóáóì ÇáúÃóÑúÖö ÒöíäóÉð áóåóÇ áöäóÈúáõæóåõãú Ãóíøõåõãú ÃóÍúÓóäõ ÚóãóáðÇ [ÇáßåÝ/7]

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang paling baik perbuatannya. (QS: Al-Kahfi: 7)

ÅöäøóÇ ÎóáóÞúäóÇ ÇáúÅöäúÓóÇäó ãöäú äõØúÝóÉò ÃóãúÔóÇÌò äóÈúÊóáöíåö ÝóÌóÚóáúäóÇåõ ÓóãöíÚðÇ ÈóÕöíÑðÇ [ÇáÅäÓÇä/2]

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur (antara benih laki-laki dengan perempuan) yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat.(QS: Al-Insan:2)

Manusia diciptakan Allah berbeda dengan mahluk yang lainnya. Malaikat diciptakan Allah mempunyai akal akan tetapi tidak mempunyai hawa nafsu, binatang diciptakan Allah mempunyai hawa nafsu akan tetapi tanpa akal, sedangkan manusia diciptakan dengan keduanya mempunyai akal juga nafsu. Sehingga manusia yang akalnya adapat mengalahkan hawa nafsunya (taat kepada Allah) maka ia lebih mulia daripada malaikat akan tetapi manusia yang terkalahkan oleh hawa nafsu maka ia lebih hina an rendah dari pada binatang. Allah berfirman:

æóáóÞóÏú ÐóÑóÃúäóÇ áöÌóåóäøóãó ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáúÌöäøö æóÇáúÅöäúÓö áóåõãú ÞõáõæÈñ áóÇ íóÝúÞóåõæäó ÈöåóÇ æóáóåõãú ÃóÚúíõäñ áóÇ íõÈúÕöÑõæäó ÈöåóÇ æóáóåõãú ÂóÐóÇäñ áóÇ íóÓúãóÚõæäó ÈöåóÇ ÃõæáóÆößó ßóÇáúÃóäúÚóÇãö Èóáú åõãú ÃóÖóáøõ ÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúÛóÇÝöáõæäó  [ÇáÃÚÑÇÝ/179]

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS: Al-A'raf: 179)