http://www.english.hadhramaut.info Antara Air dan Api [The Source: indo.hadhramaut.info - 04/5/2009]
Air dan api, dua musuh yang tak akan bergabung dalam satu materi. Ketika kita melihat air, gambaran kesejukan akan tampak dari aura materi ini, peredam kebakaran ketika sang lidah biru mengamuk. Perjalanannya membangun alam semesta pun  tak luput berperan aktif sebagai penyusun kehidupan. Air ini terasa panas ketika suhu sekitar meningkat sesuai dengan aturan alamnya dan ia akan mengeras ketika kalori yang ada di air sedikit demi sedikit habis.

Menoleh sisi lain, sang api berperan sebagai tokoh antagonis dalam permainannya di alam ini, orang bodoh pun tahu kalau ia mendekat pada api, ia akan kepanasan apalagi memegangnya. Gambaran tubuhnya yang berkelok-kelok ke atas seakan mengungkap rasa marah ingin menghabisi yang ada di sekitarnya. Dengan keberadaannya yang terlihat kuat itu para primitif bodoh mengabdikan diri mereka pada materi perumpamaan jahat ini. Mereka beranggapan dengan sifat api yang membara itulah kekuatan yang mampu menundukkan siapa yang lemah dan dengan itu juga menunjukkan siapa yag kuat, sehingga hati bodoh para primitif beranggapan materi hasil pembakaran karbon dan oksigen ini adalah Tuhan mereka. Itulah sifat-sifat yang unik dari dua materi tua ini yang seakan menggambarkan diskripsi kejahatan dan kebaikan, antara mana yang menipu dan mana yang asli, mana yang memberi bahaya dan mana yang memberi kesejukan dan mana yang duniawi dan mana yang ukhrowi.

Suatu perumpamaan yang menarik jika kita melihat keserupaan antara air dan amal-amal soleh. Lihatlah dari kesejukan air. Dengan kesejukan ini kita merasa nyaman dalam menghilangkan rasa panas dalam tubuh. Begitu pula dengan amal-amal soleh yang ikhlas, kita akan dapat menenangkan diri kita dari kegaduhan dunia. Tidakkah kita ingat akan Firman Allah SWT dalam surat Al Ra'd ayat 28 yang mengandung arti sebagai berikut :

الذين أمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله آلا بذكر االله تطمئن القلوب

 "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS.Al Ra'd :28)

Hati yang sedang bingung akibat panasnya permasalahan dunia akan hilang dengan kesejukan air dari amal-amal soleh yang disitu ada unsur dzikrullah.

Air (H2O) adalah molekul yang tergabung dari unsur Hidrogen dan Oksigen. Saat berjuta, bermilyar, berjutamilyar molekul ini berkumpul maka terbentuklah cairan bening yang dari kejernihannya itu kita dapat bercermin. Kemudian dengan bercermin kita dapat mencari bagian yang kotor dari tubuh kita yang tidak bisa kita lihat tanpa perantara cermin. Setelah kita
tahu mana yang kotor, kita akan dapat membersihkan kotoran itu dengan air yang kita gunakan untuk bercermin tadi hingga tubuh kita terlihat bersih dengan basuhan air itu. Begitu pula dengan amal-amal soleh, kita akan menemukan suatu kesinambungan antara amal soleh dengan penggambaran air tadi. Saat amal-amal soleh kita banyak, hal itu menunjukan kedekatan kita pada sang pencipta, Allah SWT. Jika kita senantiasa memperbanyak amal soleh kita, Insya Allah kita akan mampu bercermin dengan hati kita dikarenakan kejernihan hati kita dari debu-debu maksiat, sehingga dengan itu kita tahu mana bagian yang harus dibersihkan dan mana yang bukan. Kemudian setelah kita tahu akan debu-debu kotor dalam hati kita maka kita akan secepatnya bertaubat dan dengan taubat kita akan terbersihkan dari kotoran tersebut. Berbeda saat amal kita tertuju pada amal-amal maksiat pada Allah SWT, hati kita akan buram. Kita tidak akan mampu mengerti akan hati kita sendiri selayak air keruh yang bercampur lumpur.

Bagaimana bisa kita bercermin di air yang berlumpur.

Ketika kita memanaskan air pada suhu 100­­­oC, dengan kealamiahannya kita akan temukan sifatnya yang sesuai dengan Sunatullah, yakni sifat mendidih. Dalam materinya yang bersuhu tinggi akibat dipanaskan tadi, semua bakteri-bakteri perusak, kuman-kuman berbahaya akan mati kepanasan pada suhu itu, karena organisme-organisme sejenis bakteri mempunyai suhu relatif untuk bertahan hidup sehingga ketika suhunya lebih tinggi maka ia akan mati. Dengan begitu air yang tadinya mengandung bakteri di dalamnya menjadi tidak berbahaya untuk digunakan. Setelah didiamkan beberapa saat, air itu akan berlahan-lahan mendingin sesuai dengan lingkungannya, berdasar asas keseimbangan. Setelah mencapai suhu suhu keseimbangannya, maka pada sahu umum kamar, yakni kurang lebih 25o C, air itu akan menjadi air yang sejuk kembali. Demikian pula saat kita hadapkan tubuh kita atau hati kita pada amal-amal soleh, hati akan merasa malas, merasa panas, seakan menentang untuk meninggalkan amal itu. Nafsu akan mengajak dengan alasan-alasan bodohnya untuk berpaling dari amal soleh itu, sehingga jika seorang hamba itu tidak mendapatkan Taufik dari Allah SWT, maka ia akan terpesona pada nafsu dan akan meninggalkan amal soleh tersebut. Bagi orang yang bertahan dalam panasnya perang nafsu ini ia akan merasa seakan tersiksa dengan itu, akan tetapi jika orang itu bersabar dengan panasnya itu, bakteri nafsu akan mati dalam kesabaran tinggi itu.

Itulah beberapa perumpaman amal-amal soleh jika kita gambarkan dari sifat unik dari air. Kemudian ketika kita memandang tokoh antagonis dari lawan air, api akan datang sebagai peran pertama dalam masalah ini. Berbicara tentang api, maka kita temukan sifat nya yang selalu memberi panas pada sekitarnya. Ketika kita berada dekat api saat pertama kali, kita akan merasa mendapatkan cahaya dari api itu. Kita dapat melihat sekitar kita dengan cahaya itu, akan tetapi jika kita dekatkan tubuh kita pada cahaya itu, bukan hanya cahaya lagi yang kita dapat, tapi tubuh kitalah yang akan bercahaya, dengan cahaya kebakaran yang menghabisi nyawa kita. Suatu perumpaaan yang berbahaya saat kita mendekati amal-amal maksiat, kita pertama-tama akan merasa enak dengan maksiat itu sehingga ita akan ketagihan. Setelah kita ketagihan kita akan terbakar dengan ketagihan itu, setelah kita terbakar maka apa saja yang ditubuh kita akan menjadi abu hitam yang sudah hampir tidak ada bobotnya lagi.

Ketika kita melihat api, kita akan menemukan si jago merah ini meluapkan kesombongan luapan apinya. Tetapi saat kita teliti dan telaah matang-matang maka kita akan menemukan bahwa api hanya sebuah hasil reaksi kimia yang berupa gas yang menyala yang tak ada materi tetapnya.

Di sini terlihatlah penipuan dari sang api. Begitu pula saat kita melakukan maksiat, sebagian orang beranggapan bahwa mereka adalah seorang yang jago dengan maksiat itu, tetapi sebenarnya orang itu dalam kerendahan yang dinanti-nsnti oleh jahanam.

Permasalahan yang timbul selanjutnya adalah apa sih gunanya kita tahu perumpamaan ini?, padahal sama saja kita sebelum membaca dan sesudah membaca kita pun sudah tahu tentang itu. Sebenarnya permasalahan ini bukan suatu yang harus kita khawatirkan akan tetapi yang kita khawatirkan adalah ketidakmampuaan kita untuk mengambil pelajaran dari apa yang datang kepada kita. Kita akan lebih bisa menentukan jalan, manakala kita tahu bahwa makan itu secara adatnya membuat kenyang. Berbeda dengan orang yang hanya makan saja tanpa tahu apa yang saya makan, tanpa tahu kenapa saya makan ini. Seakan makannya hanya fatamorgana yang tanpa arti.

Suatu pelajaran yang mungkin dapat kita ambil dari perumpamaan ini adalah saat kita dilanda suatu masalah di antara dua pilihan. Jika kita mengalami hal demikian, maka pilihlah sesuatu yang memberi ketenangan dan kesejukan dalam hati, jangan mengambil yang memberi kesenangan.

Karena yang memberi ketenangan dan kesejukan dalam hati itu dekat dengan dzikruallah dan sesuatu yang mengandung dzikruallah itu dekat dengan ridhonya. Kemudian ketika kita masih bingung dengan pilihan kita maka ambillah pilihan yang di situ tidak ada unsur madharatnya atau bahaya, karena dengan itu kita akan lebih aman dari bahaya api pilihan yang kita ambil.

Jadi, air yang selama ini menemani kehidupan kita jikalau kita berfikir tentangnya, maka ia selayak amal kita yang soleh. Saat kita punya banyak persediaan air maka kita tidak usah terlalu khawatir di hari nanti. Seperti yang tersirat dalam Alquran surat Taahaa ayat 75 yang berarti sebagai berikut :

ومن يأته مؤمنا قد عمل الصالحات فأولئك لهم الدرجات العلى

"Dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia)". (QS. Taahaa :75)

Dan surat Taaha ayat 112 yang berarti sebagai berikut :

ومن يعمل من الصالحات وهو مؤمن فلايخاف ظلما ولا هضما

"Dan Barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam Keadaan beriman, Maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya." (QS. Taahaa :112)

Sedangkan api adalah perumpaan maksiat yang harus kita hindari jangan sampai mengenai tubuh kita.

Kesimpulannya, kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang berada di sekitar kita. Yang mugkin jarang terpikir oleh orang lain dan terlihat remeh, akan tetapi siapa yang tahu bahwa mutiara itu berada di dalam kerang kecil di tengah lautan bukan berada di kepala singa, si raja hutan. Siapa yang tahu bahwa kecoak lebih ditakuti manusia dari pada ular yang di kalungkan di lehernya. Wa Allahu a'lam.  Nawahgaff