http://www.english.hadhramaut.info BUKAN MASALAH MATERI [The Source: indo.hadhramaut.info - 29/5/2009]
Islam sebagai agama yang mengatur kemaslahatan manusia, dalam setiap aturan, anjuran dan larangannya tidak hanya memandang umat islam sebagai manusia yang berdampingan dengan manusia yang lain, akan tetapi lebih dari itu, islam memandang umat islam dan umat manusia secara keseluruhan berada dalam cengkraman kekuatan dan peraturan tuhan yang mengatur alam semesta raya ini (baca : penghambaan pada sang pencipta). Jika sekilas diperhatikan, maka kita akan menemukan beberapa peraturan peraturan islam seolah-olah bertentangan dengan keadaan[i], sarat dengan irrasionalitas. Namun seperti yang saya katakan, dalam setiap peraturannya islam telah dibekali oleh desainernya dengan  seabrek kemashlahatan bagi umat manusia.

Siwak misalnya, sebagai salah satu ajaran syariat serta bagian dari sunnah nabi yang dianjurkan untuk dijalani merupakan hal yang terlihat irrasio bila dikaitkan dengan konteks menang dan kalahnya kaum muslimin dalam peperangan. Seperti yang telah masyhur diriwayatkan, bahwa dalam sebuah peperangan antara pihak kebenaran yang diwakili oleh kaum muslimin dengan kekuatan yang minim namun berbekal keimanan kepada Allah SWT melawan kebatilan yang diprakarsai oleh golongan kuffar dengan kekuatan yang sangat kuat didukung persenjataan lengkap dan canggih.  Peperangan bekecamuk dengan sengitnya, dan setelah melewati beberapa tahapannya keluar sebagai pemenang sementara adalah golongan kebathilan. Bila hal ini kita lihat sekilas, maka akan sangat bertentangan sekali dengan janji Alloh SWT yang difirmankan dalam banyak ayat di Al-Qur’an seperti :

حق علينا ننجي المؤمنين, حق علينا نصر المؤمنين

Dan beberapa firman Allah SWT lainnya yang sarat akan janji memberikan pertolongan pada yang beriman padanya. Sebelum pertanyaan pertanyaan lain bermunculan lebih lanjut, alangkah baiknya kita menilik pada latar belakang kekalahan tersebut.

Pada saat itu diriwayatkan bahwa kaum muslimin telah meninggalkan sebagian anjuran-anjuran Nabi SAW yang berupa siwak, hal itulah yang ditengarai sebagai penyebab kekalahan kaum muslimin dalam perang, keadaan seperti ini diketahui benar oleh amir al-mukmini (baca : pemimpin tertinggi umat islam), kemudian sang pemimpin memerintahkan kepada barisan tentara kaum muslimin untuk introspeksi diri, mana dari sekian banyak tuntunan dan sunnah Nabi yang telah ditinggalkan, akhirnya kaum muslimin menemukan diri mereka telah meninggalkan sunnah siwak, selanjutnya mereka bergegas dengan segera untuk bersiwak, dan kemudian Alloh pun memeberikan pertolongan dan kemenangannya pada kaum muslimin didepan kekuatan kuffar yang berlipat ganda.

Mencengangkan memang, sulit akal menerima teka-teki kenyataan ini, namun lagi-lagi hal ini harus kita kembalikan bahwa setiap aturan, anjuran dan larangan dalam islam telah disematkan sejumlah kemashlahatan yang siap menuntun umat manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rasionalisasinya, jika dua orang atau kelompok saling berseteru, maka yang akan menang adalah yang terkuat, baik kekuatan itu didukung oleh materi konkrit (seperti kecanggihan senjata dan jumlah bala tentara) atau non-materi (yang dimaksud disini adalah latar belakang dan tujuan yang benar / kebenaran) dan sudah menjadi sunnatulloh dibumi bahwa tidak ada kekuatan yang paling kuat melainkan kekuatan kebenaran[ii]. Keyakinan akan kebenaran  inilah yang membakar semangat Abdulloh bin Rowahah RA saat beliau berangkat ke perang Mu’tah untuk menggempur pasukan kuffar yang jumlahnya lima puluh kali lipat dibanding kaum muslimin. Namun dengan berbekal kebenaran imannya beliau berangkat seraya berkata “kita tidak berperang dengan kekuatan pasukan melainkan dengan agama yang dengannya Allah memulyakan kita” dan pertolongan Alloh pun diberikan pada muslimin.

Kembali pada fakta sejarah dalam perang uhud, dalam perang ini kaum muslimin melalui dua fase, fase pertama konsistennya kaum muslimin dengan perintah Nabi SAW yang membuahkan kemenangan, hal ini seperti yang diabadikan Alloh SWT dalam firmannya :

ولقد صدقكم الله إذ تحسونهم بإذنه (آل عمران 3\152)

fase kedua yaitu insubordinasi kaum muslimin terhadap apa yang telah ditetapkan dan diatur oleh Rasululloh SAW, hal inilah yang kemudian membuahkan kemunduran dan keterpurukan kaum muslimin, tak terkecuali Nabi pun ikut terkena dampak atas kelalaian ini sebagaimana yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an :

حتى إذا فشلتم وتنازعتم في الأمر, وعصيتم من بعد ما أراكم ما تحبون, منكم من يريد الدنيا ومنكم من يريد الآخرة ثم صرفكم عنهم ليبتليكم ولقد عفا عنكم (آل عمران 3\152)

Kemunduran demi kemunduran akan dituai oleh kaum muslimin sebagai efek atas pelanggaran terhadap kebenaran yang telah diturunkan oleh Alloh SWT melalui utusannya, dan kemenangan demi kemenangan akan diraih dengan kembali pada apa yang dibawa dan diajarkan oleh Rasululloh SAW dari Alloh SWT.

Hal ini hendaknya disadari dan dijadikan sebagai tauladan yang baik untuk kehidupan masa mendatang. Bahwa islam yang dibawa oleh Rasululloh SAW dan penerusnya merupakan sebuah tatanan yang mengatur kesejahteraan umat manusia secara umum dan memberikan kemashlahatan pada umat islam secara khusus[iii], islam tidak memandang manusia dari sudut kemanusiaannya yang mempunyai kebebasan berprilaku, berekspresi dan berbuat, namun lebih dari itu manusia dipandang sebagai seorang manusia dengan statusnya sebagai sesuatu yang diciptakan oleh penciptanya (baca : makhluk) yang harus tunduk pada hukum-hukum dan apa yang telah ditetapkan sang pencipta atas ciptaannya, karena islam merupakan ajaran kebenaran dan kebenaran adalah kekuatan[iv]. wallohu a’lam bis showab.

[i] agaknya inilah yang digunakan oleh orang sekarang untuk menghukumi bahwa dalam syariat islam perlu pembaharuan ,menurut istilah mereka.

[ii] kebenaran yang dimaksud diatas adalah dengan taat menjalani perintah Alloh dan rasulnya serta menajuhi larangan Alloh dan Rasulnya. hal ini seperti yang saya katakan diatas telah ditegaskan oleh beberapa ayat dalam al-qur’an seperti ayat :

 ولقد صدقكم الله إذ تحسونهم بإذنه, حتى إذا فشلتم وتنازعتم في الأمر, وعصيتم من بعد ما أراكم ما تحبون منكم من يريد الدنيا ومنكم من يريد الآخرة ثم صرفكم عنهم ليبتليكم (آل عمران 3\152)
 
إن رحمت الله قريب من المحسنين (الأعراف 8\56)

dan kemenangan serta kemerdekaan merupakan bagian dari rahmat Alloh SWT

وأخرى لم تقدروا عليها قد أحاط الله بها وكان الله على كل شيء قديرا (الفتح 26 \ 21)

untuk ayat yang terakhir ini merupakan janji Alloh SWT kepada kaum muslimin untuk penaklukan besar-besaran, dan janji tersebut terbukti dengan ditaklukkannya kerajaan-kerajaan raksasa seperti kerajaan persia, romawi dan lain sebagainya.

[iii] kesejahteraan bagi umat manusia secara umum yang berupa ketentraman bila menerapkan kebenaran islam dan kemashlahatan bagi umat islam secara khusus yang berupa balasan perbuatan baik diakhirat kelak atas penegakan kebenaran islam.

[iv] sebagai ungkapan majas dari penulis, dalam ungkapan hakikinya kebenaran adalah Alloh SWT, seperti disebutkan dalam asma’ al-husna Alloh mempunyai nama al-Haqq, diungkapkan demikian karena hukum islam adalah hukum Alloh dan Alloh yang maha benar selalu memerintahkan pada kebenaran.