http://www.english.hadhramaut.info Islam Toleran (Katanya) [The Source: hadhramaut.info - 01/12/2020]
Salah satu bagian dari kesatuan negeri ini adalah sebuah takdir untuk menjaga dan melestarikan apa yang telah diperjuangkan. Mengayomi setiap hak asasi dan hak privasi adalah tugas kita bersama. Berada di tengah perbedaan, bukan berarti kita harus menyingkir dan mengintimidasi perbedaan tersebut.

Indonesia telah mengusung semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" selama 100 tahun lebih. Namun dalam kenyataannya, ada saja oknum kecil yang menjadi kompor untuk menyulut suasana, memecah belah dan merusak keharmonisan.

Terlebih yang sangat kami sayangkan, oknum yang merangsek dan menjadi dalang adalah dari kalangan umat Islam sendiri. Mereka yang menjadi mayoritas seolah merasa memiliki otoritas atas hak orang lain, menyalahkan dan mengintervensi setiap perbedaan yang ada.

Sangat lucu jika orang yang mengaku sebagai penganut Islam Moderat yang katanya menjunjung tinggi toleransi dan familisme terhadap sesama, justru mereka yang memulai perpecahan, propaganda maupun pro-kontra. Mereka lupa dengan firman Allah Swt. dalam surah An-Nahl (90):

Åöäøó Çááøóåó íóÃúãõÑõ ÈöÇáúÚóÏúáö æóÇáúÅöÍúÓٰäö æóÅöíÊóÇٓÆö Ðöì ÇáúÞõÑúÈٰì æóíóäúåٰì Úóäö ÇáúÝóÍúÔóÇٓÁö æóÇáúãõäúßóÑö æóÇáúÈóÛúìö ۚ íóÚöÙõßõãú áóÚóáøóßõãú ÊóÐóßøóÑõæäó

Ayat ini menjelaskan kepada kita sebagai umat Islam agar selalu berbuat adil terhadap sesama. Tidak melakukan kejahatan, kemungkaran dan permusuhan di antara sesama umat Islam.

Hanya karena seseorang memegang sebuah prinsip yang berbeda dan manhaj yang berbeda, mereka anggap itu adalah bentuk radikalisme dan ekstremisme yang ingin menggulingkan kesatuan negeri.

Sepertinya kita harus kembali menengok kilas balik sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Islam di negeri ini tidak hanya tumbuh di tangan Kyai Hasyim Asy'ari, tidak hanya tumbuh di tangan Kyai Ahmad Dahlan, atau para kyai lainnya yang memegang sebuah organisasi Islam saat itu. Tapi Islam tumbuh karena mereka bersatu, dua orang pelopor yang masyhur itu menjadi salah satu pilar bersatunya sebuah perbedaan.

Namun tumpuan Islam di Indonesia tidak hanya pada dua kyai ini. Banyak tokoh Islam yang saat itu juga berjuang mempertahankan negeri ini tanpa mengikuti Kyai Hasyim ataupun Kyai Dahlan. Apakah saat itu para ulama bersatu dalam satu pendapat dan satu pemikiran? Tentu tidak.

Mereka berasal dari latar yang berbeda dan guru yang berbeda juga. Tapi perbedaan manhaj dan tarekat mereka, tak ada satupun yang menyalahkan yang lainnya. Jadi, jangan sampai kita di negeri yang menjunjung loyalitas dan familisme ini, merasa paling memiliki. Seolah apa yang tidak sesuai tradisi, kita salahkan.

Bukankah Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa orang Islam adalah saudara bagi sesama Islam?

Apakah ada syarah hadis yang menjelaskan bahwa Islam yang dimaksud adalah Islam NU? Islam Muhammadiyyah? Islam Arab? Islam Nusantara? Tentu saja tidak.

Bahkan dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat Allah Swt. mengatakan:

ÅöäøóãóÇ ÇáúãõÄúãöäõæäó ÅöÎúæóÉñ ÝóÃóÕúáöÍõæÇ Èóíúäó ÃóÎóæóíúßõãú ۚ æóÇÊøóÞõæÇ Çááøóåó áóÚóáøóßõãú ÊõÑúÍóãõæäó

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."

Dari keterangan Hadis dan ayat di atas, tidak ada syarah atau tafsir yang menjelaskan bagaimana bentuk Islam yang harus dijadikan saudara, yang harus diayomi dan dilindungi. Bahkan meski Islam yang nantinya akan terpecah menjadi 73 golongan, Rasulullah tak pernah sedikitpun mengisyaratkan untuk memerangi yang selain Ahlul Jamaah. Selagi mereka bersyahadat, mengakui ke-Esa-an Allah dan ke-rasul-an Rasulullah, darah dan hak asasi mereka wajib kita jaga.

Bagaimana tidak? Dalam segala pembahasan fikih, orang kafir yang melakukan perjanjian dan orang kafir Ahlul Dzimmah yang berada di negara Islam saja wajib dilindungi hak-hak mereka, bahkan untuk masalah ibadah sekalipun. Lantas mengapa kalian yang mengaku Islam toleran namun memusuhi saudara seiman yang hanya berbeda cara berpakaian, hanya kare
na yang satu tahlilan dan yang lain tidak, hanya karena yang satu qunut dan yang lain tidak.

Oleh: Ahmad Sirril Wafa ( Mahasiswa Tingkat 4,Universitas Al-Ahgaff Yaman)