Dialah manusia pertama yang mengimani Nabi saat tidak ada satu pun orang yang mengimaninya.
Dialah yang memeluk utusan terakhir dengan pelukan hangatnya yang penuh kasih sayang, mengalirkan kekuatan, ketenteraman serta cinta tatkala Nabi merasa terpuruk.
Bukan hanya itu saja, jika kita memutar kembali tragedi pemboikotan ekonomi dan sosial yang dilakukan oleh kafir Quraisy ditahun ke-7 pasca kenabian, kita akan melihat betapa sadisnya para pembesar Quraisy memblokade pergerakan Islam. Salah satunya dengan menyusun perjanjian licik yang diletakan di dinding Ka'bah sebagai pengganti Mu’allaqatul Sab’a (sebuah puisi-puisi yang dianggap sakral yang memiliki ritme dan sajak terindah pada masanya).
Dalam perjanjian tersebut tertera beberapa ultimatum, antara lain; melarang menikahi orang Islam, menutup jalur transaksi jual beli, sampai membatasi komunikasi dengan Bani Hasyim.
Sebuah embargo dan boikot ini berlangsung selama 3 tahun dan membuat lembah Abu Thalib bak camp pengungsian.
Kelaparan yang melanda telah mencapai tingkatan yang tidak bisa ditoleransi. Bahkan untuk bisa bertahan hidup saja, mereka terpaksa memakan apa pun yang ditemukan di tanah. Suara tangis bayi pun terdengar membahana di langit Makkah.
Disinilah wanita mulia itu mengambil peranan penting, seorang pengusaha besar yang memiliki penginapan berbintang tempat dimana disinggahi kereta-kereta pembawa sutra yang sangat berharga pada masanya. Sang pemilik unta yang melebihi Lembah Ajyad merentangkan tangan demi mereka.
Bahkan dikatakan bahwa kekayaan tersebut mampu membeli seluruh tanah Makkah pun habis tak tersisakan dalam tempo 3 tahun.
Dialah rumah kehidupan tatkala semua orang menutup pintu.
Dialah manusia yang mampu menghidupkan gurun pasir menjadi air.
Dialah lambang kedermawanan yang hakiki.
Dialah wanita yang mendapatkan salam khusus dari Robul alamin.
Dialah Sayidah Khadijah Al-Kubra r.a
Semoga selawat dan salam tercurahkan kepadanya.
Wallahu A'lam.