Tidak bisa dimungkiri, bahwa kebencian memang susah untuk dihindari.
Tidak bagi semua insan, namun sebagian. Ia juga terbiasa mampir di hati
seseorang dalam satu waktu dan keadaan.
Sudah hampir satu minggu Mamat tidak berbicara dengan Kuncup, teman satu kamarnya. Padahal sebelumnya, mereka berdua sangat terkenal begitu dekat. Hampir setiap aktivitas mereka lakukan secara bersama-sama. Namun siapa sangka, jika kedekatan mereka hancur karena sebuah insiden?
Alasan mereka tidak saling berbicara terbilang cukup horor. Cuma karena Kuncup pernah berseloroh dengan Mamat secara berlebihan yang kemudian membuat mereka saling baku hantam hingga menjadikan Mamat merasa kesal.
Kekesalan itu pun terus berlanjut seiring berjalannya waktu. Hingga membuat hati Mamat seluruhnya tertutupi oleh kebencian yang begitu dalam.
Hari terus berlalu, obrolan tak kunjung datang. Bahkan saat mereka berdua berpapasan pun, tak ada kata yang keluar dari mulut mereka walau hanya sekedar sapaan.
Sampai tiba di satu waktu, mereka berdua bertemu dalam salah satu acara berbagi kisah organisasi “Pencinbuti” (Pencinta Wibu Sejati). Acara tersebut berlangsung dengan sangat seru dan ramai. Disana, setiap anggota membahas film anime serta jenis karakter yang berbeda-beda. Kegandrungan mereka yang berlebihan sangat terlihat jelas melalui antusiasme yang begitu besar dan kesempurnaan mereka dalam menceritakannya. Namun, berbeda dengan Mamat. Dia yang biasanya terkenal sangat aktif penuh gairah dalam bercerita, nampak biasa-biasa saja saat itu. Juga yang biasanya duduk berjejeran dan bercerita bareng Kuncup, saat itu tidak terlihat demikian.
Perbedaan tersebut terlihat sangat jelas oleh salah satu teman organisasi mereka yang bernama Asep. Mengetahui hal itu, Asep pun berusaha memberanikan diri untuk bertanya kepada Mamat sambil membisikkan sesuatu di telinganya, “Mat, kau sedang ada apa sama Kuncup? Kok keliatan ada yang berbeda dari kalian berdua.” Mendengar bisikan itu, Mamat lalu menjawabnya dengan kisikan balik tanpa ada rasa malu untuk menutupi masalah yang sedang terjadi. “Jadi sebenarnya, Sep, aku sedang memendam rasa kesal sama Kuncup. Karena dia telah melakukan candaan yang begitu kelewatan kepadaku, hingga akhirnya terjadilah pertengkaran di antara kami.”
“Lalu, kau belum pernah ngomong lagi sama dia sejauh ini?” Tanya Asep. Mamat pun menjawab, “Mana sudi aku bercakap sama dia, rasa sakit yang kuterima sudah sangat dalam, hingga membuatku merasa sulit untuk sekadar meminta ataupun memberikan maaf kepada ...”
Mendengar hal itu, sontak Asep langsung menghentikan perkataan Mamat dan berkata, “Astaghfirullah, Mat, kau kok ngomong gitu, sih. Apa kau sudah lupa sama kedekatan kalian yang sangat melekat. Juga kebaikan yang selama ini Kuncup berikan kepadamu. Apakah sudah setebal ini kebencian menyelimuti hatimu?”
Sejenak Asep menghela napas, lalu melanjutkan perkataannya. “Ingat, Mat, bahwa setiap manusia pasti memiliki kekhilafan, karena memang manusia adalah tempatnya luput dan penuh kesalahan. Kau berhak merasa jengkel sama Kuncup, tapi janganlah kau biarkan kejengkelan itu berubah menjadi kebencian yang menguasai kesadaran hati nuranimu dan membuat dirimu lupa akan siapa teman sejatimu selama ini, Tuhan juga telah berfirman di dalam Al-Qur'an:”
æóÓóÇÑöÚõæٓÇ۟ Åöáóìٰ ãóÛúÝöÑóÉò ãøöä ÑøóÈøößõãú æóÌóäøóÉò ÚóÑúÖõåóÇ ٱáÓøóãóٰæóٰÊõ æóٱáúÃóÑúÖõ ÃõÚöÏøóÊú áöáúãõÊøóÞöíäó
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali Imran: 133)
ٱáøóÐöíäó íõäÝöÞõæäó Ýöì ٱáÓøóÑøóÇٓÁö æóٱáÖøóÑøóÇٓÁö æóٱáúßóٰÙöãöíäó ٱáúÛóíúÙó æóٱáúÚóÇÝöíäó Úóäö ٱáäøóÇÓö ۗ æóٱááøóåõ íõÍöÈøõ ٱáúãõÍúÓöäöíäó
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali Imran: 134)
“Mat, Tuhan telah menyiapkan surga seluas langit dan bumi untuk orang-orang yang bertakwa. Salah satunya adalah mereka yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Apakah kau tidak ingin menjadi hamba-Nya yang tercatat sebagai orang yang bertakwa dan mendapatkan surga-Nya kelak? Yuk, dicoba secara perlahan untuk memaafkan tindakan Kuncup yang berlebihan, bahkan kalau bisa kau mintalah maaf kepadanya sekalian. Tidak ada ruginya kau melakukan hal itu. Karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Singkat cerita, Mamat pun akhirnya bersedia untuk memberikan maaf kepada Kuncup dengan senang hati. Dan ia juga sudah mulai berani menyapa dan berbicara kepada Kuncup.
Oleh: Muhammad Ilham Rasyid (mahasiswa tingkat 2, fakultas Syariat dan Hukum)