http://www.english.hadhramaut.info Menjadi Kesatria [The Source: indo.hadhramaut.info - 10/11/2009]
Adam (bukan nama sebenarnya) adalah teman dekat saya di kuliyah, meskipun perangainya kurang bersahabat sebab ketidak beradayaannya mengendalikan emosi, namun dia merasa enjoy ketika bersahabat dengan saya. Beberapa waktu yang lalu ketika dia akan meninggalkan almamater tercintanya dengan menggondol ijasah bachelor di bidang syariah & hukum, detik-detik pemberangkatanya terpaksa harus terhambat di karenakan ada kesalahan teknis. Pasalnya perubahan jadwal penerbangan dari Seyun ke Sana'a tidak dikonfirmasi terlebih dahulu sehingga sesampainya di bandara pesawat yang akan membawanya ke ibu kota Yaman itu telah lepas landas satu jam yang lalu.

Tak pelak kejadian itu membuat dia naik pitam, segera ia sambar hp-nya di saku dan memaki-maki pihak yang bertanggung-jawab. Wajar saja Adam emosi, apa lagi sketsa kampung halaman dan sanak familinya telah berkelabat-kelabat memenuhi semua alam khayalnya, 6 tahun dia meninggalkan mereka, rasa rindu yang tak terbendung telah banyak memenuhi lubuk hatinya. Namun apa boleh dikata, takdir berkata lain dan rencana pulang kampung itu terpaksa harus tertunda akibat informasi yang tidak sinkron. Lantas, setelah dia marah-marah apakah semuanya menjadi tuntas?? Yang ada justru kesan tidak baik pada dirinya, beberapa rekan saya terpaksa harus kapok untuk ikut mengantar kembali ke bandara ke-esokan harinya.

Terkadang kita terlalu membesar-besar masalah yang sebenernya bisa disikapi dengan lebih kesatria. Apa lagi sebagai ummat pilihan yang memiliki gelar "khoiru ummah" sebaik-baiknya ummat, tidak semestinya bertindak kurang pantas apa lagi sampai mencaci-maki mengeluarkan kata-kata serapah. Bukankah kejadian itu telah berlalu?? Tidak kah  sudah cukup untuk meminta penjelasan kenapa tidak ada konfirmasi sebelum pemberangkatan?

Sering kali kita menghadapi problematika hidup ini degnan sikap yang sebenarnya tidak pada tempatnya, alih-alih menyelesaikannya, malahan kita sendiri membuat hidup ini jadi tidak tentram. Apa untungnya kita memaki, berteriak, dan mengumpat dengan kata-kata kotor. Tersenyumlah, dan perlihatkan bahwa kita ridho menerima apa yang telah terjadi dengan lapang dada. Yang terjadi sudah berlalu, pesawat sudah lepas landas dan pihak yang bertanggung-jawab telah mengakui kesalahannya.

Jika Anda ingin mendapatkan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan, maka camkanlah satu kaidah berikut: "janganalah terlalu menghiraukan masalah-masalah yang sepele." Kita sering kali menyiksa diri sendiri, mencambuknya, merasa sempit dan mengaduh-aduh padahal semuanya itu tidak dapat menyelesaikan masalah. Jadilah kesatria dan jadikan hidup ini lebih bermakna, baik buat diri kita maupun orang lain. (AM. Saputra)