http://www.english.hadhramaut.info Mari Membaca Al-Qur'an. [The Source: indo.hadhramaut.info - 11/3/2010]
Ketika sholat shubuh dan maghrib telah ditegakkan para santri bertebaran menempati tempat-tempat yang telah ditentukan oleh bagian ta'lim. Bukan untuk belajar atau membaca pelajaran yang telah diajarkan dikelas namun  untuk membaca ayat demi ayat, surat demi surat dari Al-Qur'an yang dipantau langsung oleh bagian ta'lim. Tak jarang beberapa ustadz ikut mengontrol bacaan santrinya walau demikian tak sedikit dari santri yang tertidur, mengobrol bahkan ada yang beralasan dengan beribu alasan untuk tidak ikut jama'ah dan membaca Al-Quran. Walau hal tersebut hanya terjadi pada segelintir santri, namun sangat disayangkan ternyata hal tersebut digemari pula oleh kebanyakan santri kibar (senior) bahkan sebagian pengurus ikut nimbrung dengan kelompok kecil ini. Di luar kehidupan pondok tidak sedikit dari keluarga-keluarga muslim menjadikan awal dari aktifitas hariannya hanya tidur dan tidur,  memilih berlari pagi atau menonton acara TV yang penuh dengan bualan dan memajang Al-Qur'an mereka dilemari yang akan dibaca ketika ada acara yasinan, tahlilan atau ketika ada keluarga yang meninggal, atau menjadikannya sebagai jimat penangkal rumah dari adanya setan-setan jahat dan tuyul, wal 'iyaadzubillah.



Harus kita sadari sebagai seorang muslim bahwa fenomena di atas sangat bertentenangan  dengan hikmah diturunkannya Al-Qur'an itu sendiri. Bahwa apa yang ditawarkan dari Al-Qur'an sangatlah besar bahkan sempurna apabila dibandingkan dengan sekedar tidur dan mengobral obrolan yang tak jelas arahnya. Allah Ta'ala menjadikan membacanya sebagai sebuah Ibadah bahkan lebih dari itu di dalamnya terkandung garis-garis dan tujuan hidup sebenarnya beserta solusinya. Allah Ta'ala berfirman :

 (Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qs Yunus 10 : 57). Imam  Al-Aluusi menafsiri ayat tersebut "Bahwa telah datang kepada kalian (orang-orang beriman) Kitab yang berisikan manfaat dan banyak faedah, menyingkap seluruh amal baik dan buruk, stimulan  dalam amal kebaikan dan penghalang terhadap keburukan, penerang dalam mengetahui kebenaran dan obat penawar dari keraguan dan rusaknya 'aqidah, petunjuk kepada jalan yang benar dan jelas dengan dalil yang menyadarkan akal dan jiwa, sebagai rahmat bagi orang-orang beriman dimana dengannya mereka selamat dari kelamnya kekufuran dan kesesatan menuju kepda cahaya, terhindar dari dalamnya neraka hingga terangkat pada tingginya surga. Berkata sebagian muhaqqiq "dalam hal ini terdapat isyarat, bahwa jiwa manusia yang sampai pada tingkatan sempurna dalam berpegang dengan Al-Qur'an akan mendaptkan kemenangan"[1] .

Patut menjadi renungan bersama,  sudahkah Al-Qur'an menjadi manhaj (way of life)  sebagaimana tujuan ia diturunkan bagi kita. Tidak hanya sekedar membacanya namun kosong dari penghayatan. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa dalam hidup ini ujian demi ujian selalu menghadang demikian musibah tak kunjung berhenti bahkan belum selesai satu musibah telah datang musibah lain yang lebih berat. Dua hal ini mendorong kita untuk memperoleh pencerahan dan cara dalam menyikapinya. Maka kita akan mendapati  ada yang mengambil hal tersebut sebagai ajang dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, dengan memperhatikan ayat-ayatNya dalam Al-Qur'an kemudian mencari solusinya dengan melihat berbagai macam solusi yang telah ditawarkan oleh Allah Ta'ala melalui lisan Rasul-Nya r. Namun sebagian ada yang menganggapnya sebagai penyita waktu dalam berleha-leha di dunia, tak henti menghujat bahkan menganggapnya sebagai ketidak adilan. Menjauhkan mereka dari Allah Ta'ala hingga hati mereka hitam kelam tak mampu membedakan antara yang haq dan batil.

Sangat beruntung bagi mereka yang menyadari hakikat dari diturunnya Al-Qur'an ke muka bumi. Tak pernah lelah dalam membaca dan mengkajinya, sebagaimana pembiasaan yang telah kita jalani selama di pondok. Karna tak akan pernah rugi manusia yang selalu menjadikan hidupnya selalu berdampingan dengan kalam Rabbnya. Menjadikan detik-detik hidupnya sebagai pemindahan lafaz-lafazNya menjadi sebuah program hidup dalam menentukan kebijakan dan melaksanakan setiap keuputusan.  Hanya dengan demikianlah hati akan menjadi terang dan tenang, yang akan berpengaruh kuat terhadap berhasil dan gagalnya kita dalam menjalani kehidupan sebagaimana yang di ridhoi oleh Allah Ta'ala. Akhirnya kepada Allah Ta'ala lah kita selalu memohon pertolongan agar kelak kita dikumpulkan bersama para hamba pilihan-Nya. Wallahu a'alam.