Muqaddimah:
Yaman dalam Sorotan InternasionalYaman yang notabene adalah sebuah negeri tua yang namanya sudah tersohor bahkan sejak peradaban manusia mulai tumbuh dan berkembang, beberapa dekade ini sering kali mendapat sorotan dunia internasional. Sorotan yang paling kontras adalah tuduhan yang ditudingkan untuk para "ekstrimis" dan "fundamentalis" Islam, terlebih setelah negara-negara Barat tercoreng kewibawaannya karena baru-baru ini digemparkan dengan tertangkapnya seorang pemuda Nigeria, Umar Farouk (23) yang mencoba untuk meledakkan pesawat komersial Northwest Airlines. Insiden gagalnya pemboman pesawat Northwest Airlines pada Natal 2009 begitu membekas di Amerika.
Inilah pertama kalinya Presiden Barack Obama menuding langsung keterlibatan Al-Qaeda, secara public. Sang Presiden pun menyimpulkan tersangka mendapat pelatihan di Al Qaeda Jazirah Arab yang berada di Yaman. Bersamaan dengan itu PM Inggris Gordon Brown pasca insiden tersebut turut bersuara keras: "Militan Islam terus meningkat. Kini mereka mengubah Yaman seperti incubator untuk aktivitas terorisme. Sebaiknya komunitas internasiaonal segera berkumpul bulan ini untuk membahas kemungkinan bahaya militant di wiliyah itu."
Tidak lama setelah pernyataan itu pemerintah Inggris menutup kedutaannya di Yaman pada Ahad (03/01) karena alasan keamanan, menyusul AS yang juga menutup kedutaannya sebagai tanggapan ancaman dari Al-Qaeda. Demikian jubir Kementrian Luar Negeri Inggris merujuk pada "alasan keamanan" bagi penutupan kedubes tersebut tanpa menjelaskan lebih rinci.
Selanjutnya, adalah sikap arogansi yang tak bisa dipungkiri lagi dari negeri adidaya itu, tanpa ragu dan tedeng aling-aling AS menyerang Yaman, sebuah negeri kering – seperti pernyataan Obama – yang terjerat kemiskinan dan pemberontakan mematikan, dan satu alasannya yang terpenting adalah untuk membasmi terorisme yang bercokol di Negeri Saba' ini. Serangan itu ditujukan terhadap posisi Al-Qaeda di Yaman, termasuk peluncuran peluru kendali. Padahal salah satu pejabat tinggi keamanan Yaman mengatakan bahwa laporan meningkatnya kekuatan kelompok Al-Qaeda di Yaman itu terlalu dibesar-besarkan. Dan Yaman bukan tempat berlindung bagi anggota Al-Qaeda.
Dari sedikit paparan di atas, sebagaimana tuduhan dari pucuk pemimpin tertinggi Amerika seolah menjadi pembenar bahwa Yaman adalah negeri yang perlu diwaspadai karena telah dijadikan para teroris sebagai basis mereka. Terlebih pemberitaan media massa Indonesia pertengahan tahun lalu yang menyebutkan salah satu gembong teroris di Indonesia merupakan alumnus Yaman, maka tak dapat dipungkiri lagi label negative negeri Saba' ini semakin lekat yang pada gilirannya membuat masyarakat khawatir atas alumnus-alumnus Yaman yang identik dengan haluan garis kerasnya, ekstrimis dan fundamentalis.
Demonology Islam oleh BaratDemonology secara etimologis adalah the study of demons or evil spirits atau secara terminologis merujuk kepada suatu perekayasaan sistemtais untuk menempatkan sesuatu agar ia dipandang sebagai ancaman yang menakutkan dalam ilmu komunikasi termasuk dalam teori-penjulukan (labeling theory) yang bisa direkayasa menjadi public opinion sedemikian hebat sehingga korban misinterpretasi menjadi hancur reputasinya dan tak mampu bertahan. Dalam kaitannya dengan Islam maka demonogi adalah "sebuah perekayasaan sistematis oleh dunia Barat untuk menempatkan Islam dan ummatnya (yang tidak disukai Barat-pen) agar dipandang sebagai bahaya, jahat, kejam sehingga menjadi ancaman yang sangat menakutkan."
Dalam konteks ke-Yaman-an pada pembahasan ini, teori penjulukan untuk kasus di atas yang dengan mudahnya mengaitkan segala macam perbuatan anarkis dengan Islam adalah tidak luput dari efek demonology yang telah diracang dengan rapi oleh Barat (Amerika cs), sehingga kita dituntut untuk lebih memfilter segala bentuk tudingan negative itu dan tidak latah menelan begitu saja.
Strategi yang digunakan AS adalah melakukan serangan terminologis dengan cara mengaitkan setiap tindakan "anarkisme" dengan gerakan Islam yang memiliki ciri-ciri khusus sebagaimana ditulis oleh mantan presiden AS Ricard Nixon dalam Seize The Moment yang dikutip oleh Muhammad Imarah dalam "PerangTerminologi Islam Versus Barat": "Mereka itulah yang digerakkan oleh kebencian mendalam terhadap Barat. Mereka bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu dengan membangkitkan kembali masa lalu dengan tujuan menerapkan syari'ah Islam dan rnenyerukan bahwa Islam adalah agama dan negara. Meskipun mereka memandang ke belakang, ke masa lalu, akan tetapi mereka menjadikan masa lalu itu petunjuk untuk masa depan. Mereka itu bukan golongan konservatif melainkan revolusioner."
Dari penjabaran Ricard Nixon tersebut dapat kita simpulkan bahwa maksud dari fundamentalis Islam (menurut Barat) adalah mereka yang memiliki ciri-ciri gerakan: 1) Anti peradaban Barat, 2) Ingin menerapkan syariat Islam, 3) Akan membangun peradaban Islam, 4) Tidak memisahkan antara Islam dan negara, dan 5) Menjadikan para pendahulu (salaf) sebagai panduan masa depan (khalaf). Kelima ciri inilah yang dijadikan tolak ukur untuk menilai apakah gerakan Islam itu pantas disebut fundamentalis atau tidak. Pada ujungnya adalah lahirnya stigma "Islam teroris" yang mewajibkan pemerintah di mana gerakan Islam itu berada untuk memberangusnya dengan berbagai cara.
Dari sisi pandang ini juga bisa kita simpulkan adanya islamphobia di kalangan barat, rasa takut yang berlebihan ini akhirnya memberikan gambar yang buruk akan kerahmatan Islam, mereka cenderung menjadikan Islam sebagai musuh bersama. Mirisnya di saat yang sama, kaum muslim nampaknya kehilangan ke-'izzah-an nya di tengah arus demonology Islam sehingga mereka merasa terkucilkan padahal di seberang sana Islam begitu ditakuti.
Hikmah YamaniyyahBerpijak dari hadits nabi atas kemuliaan penduduk Yaman sejak tersebarnya benih iman di dada para sahabat ketika itu, saya akan mencoba meneguhkan keindahan akhlak mereka dan keteguhan iman mereka menyebarkan dakwah ini dengan penuh kedamaian sebagai risalah yang diperuntunkkan sebagai rahmat untuk semeseta alam.
Sabda Rasulullah SAW. :
ÃóÊóÇßõãú Ãóåúáó Çúáíóãóä åõãú ÃóÑóÞõø ÃóÝúÆöÏóÉð æóÃóáúíóäõ ÞõáõæúÈðÇ ÇóáúÅöíúãóÇäõ íóãóÇäñ æóÇáúÍößúãóÉõ íóãóÇäöíóøÉñ
“ Datang kepada kalian penduduk Yaman mereka lebih ramah perasaannya dan lebih lembut hatinya, iman adalah penduduk Yaman dan hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman .” ( Shahih Al Bukhari )
Penduduk Yaman hatinya sangat lembut , perasaannya sangat berkasih sayang , dan iman ada pada penduduk Yaman serta rahasia hikmah juga ada pada penduduk Yaman. Kebanyakan penduduk Yaman adalah orang yang berlemah lembut hatinya, sebagimana hadits sang nabi namun karena terlalu berlemah lembut dan ramah , sangat baik dan sopan tidak mau mengganggu orang lain. Keluhuran budi ini bahkan tak kenal pilih kasih, karena ternyata sebagian zaman sekarang banyak para teroris yang masuk ke Yaman dan sembunyi disana , karena orang-orang Yaman tidak suka bermusuhan dan tidak suka berprasangka buruk. Meskipun hal ini tidak sepi dari efek negative, sekarang nama Yaman buruk di mata dunia, Yaman dituduh sebagai sarang teroris, sungguh demi Allah tidak demikian yang sebenarnya terjadi, tingkah sekelompok kecil tadi tidak bisa melunturkan keberkahan Yaman karena ulama ahlu Yaman sejak berabad –abad tahun yang lalu, didakwahi pertama kali oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib kw dan sayyidina Mu’adz bin Jabal ra . Sayyidina Mu’adz bin Jabal ke Yaman Utara dan sayyidina Ali bin Abi Thalib ke Yaman Selatan, Hadramaut . Demikian dakwah kedua shahabat ini membuka Yaman menjadi wilayah muslimin. Keberkahan Yaman juga tidak terlepas dari Rasul yang berdoa:
Çóááøåõãóø ÈóÇÑößú áóäóÇ Ýöí ÔóÇãöäóÇ Çóááóøåõãóø ÈóÇÑößú áóäóÇ Ýöíú íóãóäöäóÇ
“ Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk wilayah Syam, Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Yaman “
Pada abad ke – 16 yang lalu mereka datang dari Hadramaut , menuju Gujarat, lalu ke Indonesia. Yang masuk ke Pulau Jawa dikenal dengan sembilan wali ( Wali Songo ) , sembilan orang ini membawa keislaman di pulau Jawa dari ujung kulon hingga ujung Banyuwangi semua mengenal kalimat tauhid mulai dari masyarakat jelata, pedagang, penguasa sampai para raja, mereka mengenal “ Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah “ , mereka datang dengan iman , mereka datang dengan damai , mereka datang dengan kelembutan.
Kerahmatan yang dibawa penduduk Yaman dalam menyebarkan risalah ilahi bukan sekedar omong kosong, sekarang kita bisa menyaksikan kegigihan para da'I Yaman yang telah berhasil "memerdekan" Indonesia dari kung-kungan syirik sebelum akhirnya merdeka dari segala bentuk penjajahan imperialis dan menjadi Negara berdaulat setelah menyatakan kemerdekaannya pada bulan Agustus 1945. Kegigihan kerja dakwah mereka itu sangatnya nyata ketika banyak peninggalan-peninggalan bersejarah tersebar hingga kepelosok daerah sekalipun. Irian Jaya misalnya, provinsi yang sekarang berganti nama menjadi Papu Barat sempat pula disambangi para juru dakwah asal Hadhramaut, dengan kesabaran tinggi mereka menepis segala rintangan alam, baik terjalnya medan, rimbunya hutan hingga kendala bahasa mereka lampaui. Catatan dakwah Habib Munzir al-Musawwa yang pernah berkunjung ke Papua juga memberikan dalil bahwa dakwah mereka sampai di pulau itu, tentunya dengan cara-cara damai tanpa ada kekerasan.
Pada dekade terakhir ini, kecenderungan masyarakat Indonesia untuk menyekolahkan putranya ke Yaman semaki meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dibuktikan dengan naiknya grafik pendaftar peserta ujian dari Indonesia di beberapa madrasah dan universitas di Yaman. Bahkan, ada seruan dari beberapa tokoh agama dan kiyai untuk menjadikan Yaman khususnya Hadhramaut sebagai negara alternatif tujuan untuk study pendidikan Islam. Hal ini dikarenakan keserasian manhaj yang ditawarkan madrasah Hadhramaut dengan kehidupan masyarakat beragama di Indonesia. Seandainya Yaman merupakan negara pencetak para “teroris” sebagaimana yang ramai diberitakan, sudah barang tentu masyarakat kita akan anti-pati. Namun ternyata realita yang ada tidak demikian.
KhitamKetika demonology Islam telah dilancarkan dunia Barat, maka konsekwensi logis dari propaganda itu adalah mengaburnya gambaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, Islam yang sedianya ditanzilkan oleh Allah melalui utusan-Nya yang mulia untuk mengentaskan segala dimensi kegelapan dalam kehidupan manusia, seolah menjadi “musuh” bersama yang harus dikucilkan dan dijauhi. Dengan demikian sudah saatnya kita memberikan bayan untuk menjawab tuduhan tanpa dasar ini.
Menutup pembahasan ini, saya kutipkan statemen Prof. Abdullah Baharun yang juga rector universitas al-Ahgaff bahwa sudah menjadi sebuah keniscayaan untuk memberikan seketsa lain yang menggambarkan keluhuran budi madrasah Hadhramaut dalam menyebarkan agama Islam hingga ke tanah air kita yang sekarang tercatat sebagai komunitas terbesar berpenduduk muslim.
Tidak ketinggalan Dr. Umar Maknun dalam sebuah symposium yang digelar atas kerjasama antara kementrian kebudayaan unit pelaksana “Tarim kota budaya Islam – 2010” dengan fakultas syariah universitas al-Ahgaff, doctor dibidang sejarah ini memaparkan bahwa salah satu keistimewaan “madrasah Hadhramaut” dalam menyebarkan ajaran agama Islam adalah dengan cara-cara yang memungkinkan untuk diterima disemua lapisan masyarakat dengan berbagai corak budaya yang berbeda di setiap negara.
Sebagaimana perang pemikiran yang juga harus kita lawan dengan pemikiran, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menyingkirkan debu-debu fitnah yang sedang melanda negeri saba’ ini, negeri yang penduduknya dipuji oleh Rasulullah sebagai penduduk yang “lebih ramah perasaannya dan lebih lembut hatinya” karena jika tidak ada usaha untuk membendung tudingan-tudingan miring itu dari berbagai media massa internasional maka sangat mungkin pemutar balikan fakta akan terjadi, cepat atau lambat.
Oleh, AM Saputra, Mahasiswa tingkat akhir fakultas syariah Universitas Al-Ahgaff