Kota yang saat ini menjadi Ibukota Provinsi Hadhramaut ini terletak di
pesisir pantai selatan Jazirah Arab. Dari Kota Aden, berjarak sekitar 1080 Km.
Mukalla berada di dataran tinggi antara daerah laut dan pegunungan. Kota ini
dikenal dalam sejarah sejak abad ke 5 H atau 11 M.
Menurut sejarawan Yaman, Shaleh al-Hamid, Mukalla mulai ditempati penduduk
pada tahun 1035 M. Kota ini didirikan oleh raja al-Mudzaffar ar-Rasuli pada
tahun 650 H sebagai benteng pertahanan. Menurut sejarah, Mukalla dahulu bernama
al-Khaimah. Nama ‘Mukalla’, pasca pemerintahan al-Mudzaffar, tidak dikenal
kecuali pada masa dinasti al-Kasadi tahun 1115 M.
Kota ini bertambah popular dan mulai diperhitungkan keberadaannya ketika
salah satu raja Dinasti al-Quaitiyah (1915 M) menjadikannya sebagai pusat
kerajaan. Kota ini mempunyai karakteristik khusus dengan keindahan alami dan
bangunannya yang berwarna putih bertingkat empat. Paduan gedung-gedung itu
dikelilingi pantai. Bangunan-bangunan berderet dari arah pantai kemudian menjauh,
ke daerah yang lebih tinggi, seakan memanjat gunung yang menjulang di sepanjang
pesisir. Kota ini terkenal dengan keasriannya, pasir pantainya yang putih, dan
dikelilingi kebun hijau.
Mukalla memiliki banyak tempat bersejarah diantaranya, istana Sulthan
al-Quaiti, Museum Mukalla, Benteng al-Ghuwaizi, Perpustakaan Sulthaniyah, dan
istana Sulthan al-Quaiti.
Istana Sulthan al-Quaiti terletak di atas gunung, tepat di pintu masuk Kota
Mukalla dan memanjang mensejajari pantai. Di zaman dahulu, istana ini terkenal
dengan nama Bad'ussaddah. Istana ini didirikan tahun 1925 M di masa
pemerintahan Sulthan Ghalib bin Awadh al-Quaiti. Bangunan fisiknya memiliki
tiga tingkat dan dikelilingi pagar. Istana ini mirip dengan model bangunan
India yang popular di era itu.
Selain al-Quaiti, terdapat istana
al-Ba' di daerah Ghail Bawazier, istana Sulthan Abdul Karim Fadhal di daerah
Khautah (Hadhramaut dalam) dan Sulthan Abdul Karim di Krieter (Aden). Sekarang,
istana-istana itu dijadikan museum yang menyimpan benda-benda bersejarah masa
pemerintahan Al-Quaiti.
Museum Mukalla dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, berisi
peninggalan sejarah dahulu, seperti relief dan mata uang kuno (sebelum era
Islam). Uang kuno ini dikumpulkan dari berbagai daerah di Hadhramaut. Museum
ini juga menyimpan peninggalan sejarah yang ditemukan saat penggalian di daerah
Syabwah oleh tim dari Perancis. Juga penggalian-penggalian di daerah Mahra yang
dilakukan oleh pemerintahan Uni Sofiet saat menjajah Yaman.
Bagian kedua, peninggalan Sulthan. Terdiri dari peralatan ruang tamu
kenegaraan atau masyarakat umum, ruang rapat, ruang khusus Sulthan, kursi
singgasana, ruang singgasana Sulthan berupa perabotan-perabotan yang digantung
di tembok sebagai lambang kepribadian Sulthan. Kebanyakan benda langka ini
terbuat dari perak. Sebagian lain terbuat dari emas.
Tempat bersejarah lain di Mukalla adalah Benteng al-Ghuwaizi. Benteng ini
terletak di depan pintu masuk pertama kota Mukalla bagian Timur Laut. Benteng
ini melindungi lembah dan jalan menuju Kota Mukalla. Bangunan ini didirikan
pada tahun 1716 M, pada masa Kesultanan Dinasti al-Kasadi. Tujuan di bangunnya
benteng ini adalah sebagai tempat pengawasan dan penjagaan dari serangan
pasukan dari arah utara. Seperti serangan dari kerajaan al-Katiri yang
bermarkas di Seiyun. Juga serangan yang dilakukan oleh pasukan Sulthan
al-Quaiti yang bermarkas di Syihr.
Sejarah singkatnya, setelah Mukalla dikuasai oleh al-Quaiti, kota ini
dijadikan sebagai ibu kota kerajaan, sebagai ganti Kota Syihr. Benteng ini
terdiri dari dua tingkat. Di tingkat dua, terdepat dua tembok yang tingginya
mencapai 20 m. Tembok ini dapat dinaiki melalui tangga yang menghubungkan ke
pintu bagian utara.
Panjang benteng 120 m. Bahan bangunan benteng ini didapat dari Mukalla
sendiri, berupa bata buatan tradisional. Sedang pondasi dibangun dengan
batu-batuan yang sengaja dihancurkan atau dibiarkan utuh. Pada bagian bangunan
lainya, terbuat dari batu bata yang dicampur dengan lumpur. Atapnya terbuat
dari pelepah kurma. Tembok terluar dicat dengan kapur.
Tingkat pertama terdiri dari beberapa kamar. Pada temboknya terdapat
jendela-jendela yang menyebar ke segala arah. Di tingkat dua, jendelanya lebih
lebar. Adapun bagian paling atas dikelilingi tembok yang tingginya mencapai 150
m.
Kira-kira 30 m dari benteng, terdapat bendungan tempat menyimpan air dengan
kedalaman 1,20 m. Dua saluran air mengelilingi dua arah benteng bagian selatan
dan barat yang dibangun dengan batu-batuan krikil yang bertujuan menambah
persediaan air dalam benteng. Bagian barat dari benteng terdapat bangunan yang
baru dibangun. Sama dengan benteng,
bangunan ini berpondasi batu-batuan. Sebagian masih berupa batu besar.
Temboknya juga dicat dengan kapur. Benteng ini berfungsi untuk pertahanan yang
berdampingan dengan benteng al-Ghuwaizi, juga untuk pertahanan pintu masuk kota
Mukala di zaman dahulu.
Tempat bersejarah lain yang musti diukunjungi pelancong adalah Perpustakaan
Sulthaniyah yang terletak di jantung Kota Mukalla. Perpusatakaan ini terletak
di atas Masjid Umar. Peletakan batu pertamanya pada tahun 1941 di masa Sulthan
al-Quaiti Shalih bin Ghalib al-Quaiti yang mengisi perpustakaan dengan
kitab-kitab referensi dari India dan ditulis dengan bahasa asing. Setelah
kemerdekaan, pada tahun 1967, perpustakaaan ini dilengkapi dengan kitab-kitab
dan cetakan–cetakan yang dulunya disimpan di perpustakaan al-Jamahir.
Perpustakaan ini kemudian berganti nama menjadi Perpustakaan Sya'biyyah
(bangsa).
Dan sekarang, setelah masa persatuan Yaman, perpustakaan itu berada di
bawah otoritas Departemen Kebudayaan dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah. Saat
ini, perpustakaan ini berisi 1.2000 kitab dari berbagai disiplin ilmu dan
pengetahuan.