http://www.english.hadhramaut.info Mukalla [The Source: hadhramaut.info/indo - 25/5/2008] Kota yang saat ini menjadi Ibukota Provinsi Hadhramaut ini terletak di pesisir pantai selatan Jazirah Arab. Dari Kota Aden, berjarak sekitar 1080 Km. Mukalla berada di dataran tinggi antara daerah laut dan pegunungan. Kota ini dikenal dalam sejarah sejak abad ke 5 H atau 11 M. Menurut sejarawan Yaman, Shaleh al-Hamid, Mukalla mulai ditempati penduduk pada tahun 1035 M. Kota ini didirikan oleh raja al-Mudzaffar ar-Rasuli pada tahun 650 H sebagai benteng pertahanan. Menurut sejarah, Mukalla dahulu bernama al-Khaimah. Nama ‘Mukalla’, pasca pemerintahan al-Mudzaffar, tidak dikenal kecuali pada masa dinasti al-Kasadi tahun 1115 M.

Kota ini bertambah popular dan mulai diperhitungkan keberadaannya ketika salah satu raja Dinasti al-Quaitiyah (1915 M) menjadikannya sebagai pusat kerajaan. Kota ini mempunyai karakteristik khusus dengan keindahan alami dan bangunannya yang berwarna putih bertingkat empat. Paduan gedung-gedung itu dikelilingi pantai. Bangunan-bangunan berderet dari arah pantai kemudian menjauh, ke daerah yang lebih tinggi, seakan memanjat gunung yang menjulang di sepanjang pesisir. Kota ini terkenal dengan keasriannya, pasir pantainya yang putih, dan dikelilingi kebun hijau.

Mukalla memiliki banyak tempat bersejarah diantaranya, istana Sulthan al-Quaiti, Museum Mukalla, Benteng al-Ghuwaizi, Perpustakaan Sulthaniyah, dan istana Sulthan al-Quaiti.

Istana Sulthan al-Quaiti terletak di atas gunung, tepat di pintu masuk Kota Mukalla dan memanjang mensejajari pantai. Di zaman dahulu, istana ini terkenal dengan nama Bad'ussaddah. Istana ini didirikan tahun 1925 M di masa pemerintahan Sulthan Ghalib bin Awadh al-Quaiti. Bangunan fisiknya memiliki tiga tingkat dan dikelilingi pagar. Istana ini mirip dengan model bangunan India yang popular di era itu.

 Selain  al-Quaiti, terdapat istana al-Ba' di daerah Ghail Bawazier, istana Sulthan Abdul Karim Fadhal di daerah Khautah (Hadhramaut dalam) dan Sulthan Abdul Karim di Krieter (Aden). Sekarang, istana-istana itu dijadikan museum yang menyimpan benda-benda bersejarah masa pemerintahan Al-Quaiti.

Museum Mukalla dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, berisi peninggalan sejarah dahulu, seperti relief dan mata uang kuno (sebelum era Islam). Uang kuno ini dikumpulkan dari berbagai daerah di Hadhramaut. Museum ini juga menyimpan peninggalan sejarah yang ditemukan saat penggalian di daerah Syabwah oleh tim dari Perancis. Juga penggalian-penggalian di daerah Mahra yang dilakukan oleh pemerintahan Uni Sofiet saat menjajah Yaman.

Bagian kedua, peninggalan Sulthan. Terdiri dari peralatan ruang tamu kenegaraan atau masyarakat umum, ruang rapat, ruang khusus Sulthan, kursi singgasana, ruang singgasana Sulthan berupa perabotan-perabotan yang digantung di tembok sebagai lambang kepribadian Sulthan. Kebanyakan benda langka ini terbuat dari perak. Sebagian lain terbuat dari emas.

Tempat bersejarah lain di Mukalla adalah Benteng al-Ghuwaizi. Benteng ini terletak di depan pintu masuk pertama kota Mukalla bagian Timur Laut. Benteng ini melindungi lembah dan jalan menuju Kota Mukalla. Bangunan ini didirikan pada tahun 1716 M, pada masa Kesultanan Dinasti al-Kasadi. Tujuan di bangunnya benteng ini adalah sebagai tempat pengawasan dan penjagaan dari serangan pasukan dari arah utara. Seperti serangan dari kerajaan al-Katiri yang bermarkas di Seiyun. Juga serangan yang dilakukan oleh pasukan Sulthan al-Quaiti yang bermarkas di Syihr.

Sejarah singkatnya, setelah Mukalla dikuasai oleh al-Quaiti, kota ini dijadikan sebagai ibu kota kerajaan, sebagai ganti Kota Syihr. Benteng ini terdiri dari dua tingkat. Di tingkat dua, terdepat dua tembok yang tingginya mencapai 20 m. Tembok ini dapat dinaiki melalui tangga yang menghubungkan ke pintu bagian utara.

Panjang benteng 120 m. Bahan bangunan benteng ini didapat dari Mukalla sendiri, berupa bata buatan tradisional. Sedang pondasi dibangun dengan batu-batuan yang sengaja dihancurkan atau dibiarkan utuh. Pada bagian bangunan lainya, terbuat dari batu bata yang dicampur dengan lumpur. Atapnya terbuat dari pelepah kurma. Tembok terluar dicat dengan kapur.

Tingkat pertama terdiri dari beberapa kamar. Pada temboknya terdapat jendela-jendela yang menyebar ke segala arah. Di tingkat dua, jendelanya lebih lebar. Adapun bagian paling atas dikelilingi tembok yang tingginya mencapai 150 m.

Kira-kira 30 m dari benteng, terdapat bendungan tempat menyimpan air dengan kedalaman 1,20 m. Dua saluran air mengelilingi dua arah benteng bagian selatan dan barat yang dibangun dengan batu-batuan krikil yang bertujuan menambah persediaan air dalam benteng. Bagian barat dari benteng terdapat bangunan yang baru dibangun. Sama dengan benteng,  bangunan ini berpondasi batu-batuan. Sebagian masih berupa batu besar. Temboknya juga dicat dengan kapur. Benteng ini berfungsi untuk pertahanan yang berdampingan dengan benteng al-Ghuwaizi, juga untuk pertahanan pintu masuk kota Mukala di zaman dahulu.

Tempat bersejarah lain yang musti diukunjungi pelancong adalah Perpustakaan Sulthaniyah yang terletak di jantung Kota Mukalla. Perpusatakaan ini terletak di atas Masjid Umar. Peletakan batu pertamanya pada tahun 1941 di masa Sulthan al-Quaiti Shalih bin Ghalib al-Quaiti yang mengisi perpustakaan dengan kitab-kitab referensi dari India dan ditulis dengan bahasa asing. Setelah kemerdekaan, pada tahun 1967, perpustakaaan ini dilengkapi dengan kitab-kitab dan cetakan–cetakan yang dulunya disimpan di perpustakaan al-Jamahir. Perpustakaan ini kemudian berganti nama menjadi Perpustakaan Sya'biyyah (bangsa).  

Dan sekarang, setelah masa persatuan Yaman, perpustakaan itu berada di bawah otoritas Departemen Kebudayaan dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah. Saat ini, perpustakaan ini berisi 1.2000 kitab dari berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan.