http://www.english.hadhramaut.info CINTA pada Pandangan Pertama Rentan Putus di Tengah Jalan? [The Source: indo.hadhramaut.info - 02/8/2010] Pandangan pertama awal aku berjumpa…

Seolah-olahnya impian yang berlalu

Sungguh tak kusangka dan rasa tak percaya

Gadis secantik dia datang menghampiriku

Hampir-hampir aku tak sadar dibuatnya

Sungguh karena dia

Aku di depan anda memberanikan diri

bergaya dan bernyanyi  .....

Memang kecantikannya

Dan kelembutan hatinya

Membuat aku berani

Menghadapi dunia…


Lagu yang dinyanyikan oleh A. Rafiq ini sempat menjadi lagu favorit para remaja pada beberapa dekade silam. Hal ini tidak lain karena bagi para remaja, cinta pada pandangan pertama, atau yang dikenal dengan istilah love at first sight bagi orang Amerika, atau le coup de foudre bagi orang Prancis, dianggap sebagai karunia agung dan istimewa. Banyak di antara mereka beranggapan bahwa cinta pada pandangan pertama biasanya cenderung murni dan tulus. Karenanya, lebih awet dan tahan lama.

Benarkah demikian?

Menurut hemat saya, apa yang sering disebut dengan cinta pada pandangan pertama, sama sekali bukanlah cinta. Yang ada hanyalah nafsu pada pandangan pertama. Nafsu ini muncul didorong oleh ketertarikan fisik dengan alasan-alasan biologis, atau lebih spesifiknya lagi, seksual alias syahwat, sebagaimana dikatakan oleh salah satu pembesar madzhab Dzahiri, Imam Ibn Hazm Al-Andalusi dalam bukunya yang mengupas tuntas masalah percintaan; Thauq al-Hamamah fi al-Ulfah wa al-Ullaf.

Nafsu pada pandangan pertama tidak lebih dari reaksi biokimia tubuh yang bercampur aduk di dalam darah, menguasai otak, dan membuat kita berharap terhadap figur yang dipandang. Hormon pertama adalah phenylethylamine (PEA) yang bertanggungjawab akan perasaan euforia yang timbul ketika Anda melihat Si Dia. Efeknya adalah Anda merasa berdebar-debar, bahagia, melayang, hiperaktif, dan kehilangan nafsu makan.

Hormon berikutnya adalah dopamine yang terpicu oleh kandungan PEA, sehingga Anda merasa nyaman dan puas ketika melihatnya dan mengingat-ingat kejadian tentangnya.

Di sisi lain, dikarenakan kemunculannya yang secara tiba-tiba, cinta atau nafsu pada pandangan pertama, biasanya tidak akan tahan lama. Karena setiap sesuatu yang cepat tumbuh, cepat pula punahnya. Begitu pula sebaliknya, sesuatu yang lambat tumbuh, lambat pula punahnya. Imam Ibn Hazm mengatakan, "Asra'ul asyâ' numuwwan, asra'uhâ fanâ'an. Wa abtha'uhâ hudûtsan, abtha'uhâ nafâdan."

Cinta karena Kulino Cenderung Lebih Awet. Mengapa?

Tidak seperti cinta pada pandangan pertama, cinta yang muncul karena kulino (terbiasa) cenderung lebih awet. Karena sesuatu yang masuk dengan susah, tidak akan keluar dengan mudah. Imam Ibn Hazm mengatakan, "Ma dakhala 'asiran, lam yakhruj yasiran." Dalam sebuah atsar diriwayatkan, bahwa ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan roh Nabi Adam 'alaihissalam untuk masuk ke dalam jasadnya, ia merasa takut dan enggan untuk masuk. Namun setelah dipaksa masuk, ia tidak mau keluar lagi kecuali dengan paksaan pula.

Di sisi lain, pergaulan yang lama, terutama pergaulan senasib dan sependeritaan akan memunculkan karakter yang sesungguhnya dari seseorang. Apakah orang itu penuh pengertian, jujur, setia atau malah sebaliknya? Pengenalan dalam kehidupan sehari-hari dalam waktu lama akan mengubah pengenalan kognitif menjadi pengenalan afektif. Sehingga jika seseorang sudah dikenali karakternya sebagai orang yang menawan hati, maka kesejukan, keceriaan, ketenangan akan terasa dalam kebersamaan.

Sebaliknya, perasaan kehilangan dan kesepian akan muncul jikaberpisah. Dan jika masih harus menunggu, rasa rindu mendera hatinya. Proses psikologis itulah yang mengukir hati mereka berdua dalam keindahan perasaan dan selanjutnya dalam diri masing-masing terbangun imajinasi masa depan yang penuh harapan.

Walhasil, Tidak pernah ada cinta dalam cinta pada pandangan pertama. Yang ada hanyalah ilusi hormonal, misrepresentasi sosial dan manipulasi diri yang terjadi di dalam tubuh kita. Para peneliti di Face Research Laboratory di University of Aberdeen menegaskan, bahwa ketertarikan pada tatapan pertama tersebut selalu berurusan dengan seks dan ego. Jika dipikirkan seksama, itu bukan fondasi yang baik untuk sebuah hubungan romansa jangka panjang.

Wallahu A'lam bis Showab.
 
Referensi:

- Ibn Hazm, Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Said al-Andalusi, Thauq al-Hamamah fi al-Ulfah wa al-Ullaf (Aleppo: Dar al-Qalam al-'Arabi, 2004) pp. 49-58.

-          www.untukku.com
-          http://health.groups.yahoo.com
-          www.hotlyrics.net

By: Tamam Elva's Rowany : mahasiswa tingkat III Fak. Syari'ah & Hukum, Univ. Al-Ahgaff, Tarim Hadhramaut Yaman. Sekarang menjabat sebagai Koordinator Dept. Pendidikan & Dakwah Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman 2009- 2010 M . Wilayah Hadhramaut.