http://www.english.hadhramaut.info "Awas! Jaga jarak,,," lisan. [The Source: indo.hadhramaut.info - 22/03/2011]
“Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya,kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan”.
 (At-tin 4-6)

Kawanku yang baik, lisan begitu besar pengaruhnya pada diri kita, lisan begitu kuat mendefinisikan pribadi kita, lisan begitu hebat membuat nilai pada apa yang ia lihat, lisan begitu berani membenarkan yang salah,lisan begitu lihai mengolah kata, lisan begitu lincah merayu sayu, lisan,,! disitulah munculnya begitu banyak kebaikan, juga begitu banyak keburukan, begitu banyak keindahan,juga begitu banyak kejelekan, begitu banyak penghargaan, juga begitu banyak cacian, bahkan begitu banyak penghormatan,juga begitu banyak penodaan, itulah lisan kawanku, itulah alat sukses kita juga sekaligus musuh besar kita.

Dengan lisanlah genderang islam di tabuh, lantaran lisan andalusia dapat ditaklukan, dengan lisan Imam syafi’i bisa keluar dari cengkraman kolifah makmun,dengan lisan soekarno dapat membangkitkan semangat pemuda indonesia, dengan lisan kehidupan rumah tangga bisa bahagia, namun dengan lisan pula musailamah alkadzab berkhianat, dengan lisan pula tersiar hadist maudlu’, dengan lisan pula para kilafah menobar janji, dengan lisan pula politik devide ad ampera dapat tercapai, dan dengan lisan pula rumah tangga jadi tercerai berai.

Kawan yang super! penyakit lisan begitu cepat menyebar, begitu cepat merambat, begitu cepat memperdayai manusia, namun adakah engkau tau  apa macamnya??

Pertama, Dustaia adalah yang paling berbahaya, sabda nabi kita “barang siapa ingin mencela dirinya sendiri, maka berdustalah!” alangkah halusnya nabi menggunakan kata ini, namun begitu banyak hakikatnya,sekali kita berdusta maka semakin sering kita akan melakukanya, sekali kita berdusta orang lain tak akan lagi percaya dengan kita, sekali kita berdusta orang akan sakit karena pribadi kita, apalagi semakin sering kita berdusta tak bisa terhelakkan lagi “kita jadi pendusta, kita jadi perusak pribadi keluarga, dan kita jadi ahli neraka”.

Kedua, Ghibah,menggunjing orang tau bahasa beken-nya “nggosip” inilah awal dari semua kehancuran umat manusia, awal dari kebobokran pribadi baik manusia, awal dari semua kebohongan,dan awal dari semua penistaan. kawan! Engkau manusia diciptakan dengan perasaan baik, dalam Al-Qur’an dikatakan sifat dasar kita adalah hanifa (berarti lurus, baik), maka dari itu tetapkanlah dari dalam jiwa kita sifat husnudzon atau baik sangka. Sayidina  Umar pernah berkata ” tempatkanlah masalah saudaramu dengan perasangka yang baik (husnudzon)”,awal yang baik akan menjadi akhir yang baik pula, dikarenakan perasangka yang baik muncul dari keikhlasan yang murni, sebaliknya jangan tempatkan dirinya dalam awal perasangka yang buruk atau su’udzon, karena awal yang buruk akan menjadikan akhir yang buruk pula. Kawan! Begitu banyak manusia menjadikan Ghibah sebagai hujjah atau dalih untuk menetapkan sesuatu, padahal ini ghibah adalah perkataan yang jelek sekali bahkan sangat dibenci oleh agama. lihatlah! Begitu banyak artis yang cerai karena ghibah, begitu banyak orang baik yang kena cela karena ghibah, begitu banyak orang manusia hancur karena gosip.

Ketiga, Adu domba dengan cara inilah lisan menggoda manusia untuk saling hasud, saling dengki, saling mencemooh, saling mengkafirkan, bahkan akhirnya saling membunuh. Ingatkah kawan mengenai politik “ devide ad impera? “ bangsa indonesia terkurung selama  dua setengah abad karena ia, bangsa yaman sampai sekarang tak bisa bersatu karena ia, pakistan dan india bergerilya karena ia, bahkan sampai sekarang dunia islam bergejolak, saling serang, saling bunuh, saling menyalahkan karena ia, sungguh sangat hebat penyakit ini, dan semua itu tumbuhnya dari lisan. Maka camkanlah!

Lisan,,lisan!
Begitu indah perangaimu, namun juga begitu buruk tingkahmu!Rasulullah pernah bersabda ”Barangsiapa memperbanyak perkataan, maka akan jatuh dirinya. Maka barangsiapa jatuh dirinya, maka akan banyak dosanya. Barangsiapa banyak dosanya, maka nerakalah tempatnya". (HR. Abu Hatim).
Lisan,,lisan! Begitu elok yang muncul darimu, namun juga begitu angkuh juga kamu!Khalifah ‘Umar pernah berkata “Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah”

Lisan,,lisan!
Kawan yang baik, dan yang super! adakah solusi yang tepat untuk kita? Adakah solusi untuk menghindarinya?? Sabda nabi kita, segala bentuk pernyakit pasti ada obatnya, dan penyakit lesan bisa dicegah dengan berbagai hal, antaranya:

Pertama, right(berkatalah yang benar) kebenaran kata-katamu akan buat orang percaya akan pribadimu, kebenaran katamu akan buat orang terpedaya olehmu, dan jangan pernah sekali-kali engkau dustai dia,bertanggung jawablah atas segala yang engkau ucapkan, jangan engkau buat-buat kata jadi indah kalau engkau hanya membual. sebaik-baiknya kunci adalah kebenaran, dan sejelek-jeleknya kendali adalah kedustaan, tersimpan dimanapun dan kapanpun pastikan terungkap, seperti pepatah katakan “selincah-lincahnya kutai melompat, akhirnya kan jatuh juga”.

Kedua, sikon (sesuikan perkataan dengan siatuasi dan kondisi) ada pepatah arab sering bilang “likulli maqom maqool, wa likulli maqool maqom”, who audien? and what word? Atau dengan kata lain, bagaimana kita menyesuaikan kata kepada pendengar. Pernah ada suatu kejadian pada zaman nabi, diwaktu abu Huroiroh mau mengabarkan hadist nabi tentang keimanan,belaiu bergegas berjalan menuju pasar, namun ditengah jalan beliu ditanya oleh Sayidina Umar “mau apa engkau Abu Huroiroh?” beliu menjawab”saya mau kepasar mengumumkan tentang kabar yang baru aku dengar dari nabi Muhammad SAW tadi” , tunggu dulu! timpali sayidina Umar, kemudian sayidina Umar pergi ketempat rosullullah dan bertanya kepada beliu tentang kabar yang dibawa Abu Huroiroh, “apakah benar engkau mengatakan hal ini wahai Rosulullah?”tanya Sayidina Umar, “iya” jawab nabi.

Kemudian sayidina Umar berkata “aku keberatan jika sabdamu disebarkan dengan sembarangan orang,biar tidak terjadi salah penafisran”.setelah itu nabi terdiam sejenak dan menjawab”ya aku setuju dengan pendapatmu” kemudian setelah itu rosulullah melarang Abu Huroiro untuk  menyebarkan hadist dipasar. Dengan ibroh hadist diatas, kita bisa tau ternyata yang baik belum tentu benar, namun yang benar,pasti baik. Niat abu Huroiroh menyebarkan hadist benar, namun yang kurang baik adalah pada teknik penyampaian beliau.

Ketiga, sensitive (jagalah tutur katamu atau jagalah kehalusan bentuk kata yang engaku gunakan), disini manusia diharuskan mengerti tentang perasaan lawan bicara dan audien, nabi kita pernah bersabda dalam perang badar, yang perkataan ini ditunjukan para sahabat agar tidak mencela orang kafir yang terbunuh “Janganlah kamu memaki mereka, dari apa yang kamu katakan, dan kamu menyakiti orang-orang yang hidup. Ketahuilah bahwa kekotoran lidah itu tercela" (HR. An Nasai), kadang begitu hasudnya diri kita menghadapi sesuatu yang kotor, sesuatu yang sudah terlihat dosa, bahkan kadang sesuatu yang belum ada buktinya, kita mencemoohnya, menjelek-jelekannya, dll. Ajaran kita disebarkan dengan jalan yang halus, dengan jalan pendekatan, dengan jalan cultural, itulah akhlak yang harus kita teruskan demi menjaga konstitusi manusia yang lurus.        

Ke-empat, Benefit (berkatalah yang bermanfaat) sebaik-baiknya muslim adalah meniggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat, termasuk kata-kata yang tak ada manfaat, kalau bahasa anak muda dalam suratnya sering ditulis “to the point aja! Selain tidak menghabiskan tinta juga tidak menunjukan kebodohan kita dalam merangkai kata, begitu juga kalau kita hemat dalam berbicara. Orang yang banyak bicara akan menunjukan akan kebodohannya sendiri, orang yang banyak bicara akan menunjukan kesombonganya sendiri, orang yang banyak berbicara akan banyak ditempa akibatnya, karena hakikatnya ia sedang mengobral janji pada orang lain dan sedang mengobral tanggung jawabnya pada orang lain.
Untuk yang
terakhir    ÓáÇãÉ ÇáÇäÓÇä Ýí ÍÝÙ ÇááÓÇä  don’t forget it!

Oleh : Noor Salikin eL-faRouq, Tentor Rohis (kerohanian islam) Kab.Grobogan. sekarang  sebagai Mahasiswa tingkat 1 Syari’ah wal Qonun Universitas Al-Ahgaff, Yaman.