Akhir-akhir ini pemikiran-pemikiran yang kontroversial semakin banyak,
hal ini bisa kita lihat dari banyaknya acara dan artikel yang bersifat
kontroversial dan berbau berbedaan seperti tulisan yang menyatakan bahwa
al quran perlu direvisi dan dan perlu diadakan penafsiran ulang,
kebebasan beragama dan gugatan-gugatan terhadap islam lainnya.
Hal ini cukup miris bagi saya ketika orang-orang yang menyebarkan pemikiran tersebut adalah dari kalangan islam sendiri berbeda ketika satu abad silam, ketika itu yang gencar menggugat dan melancarkan tuduhan berasal dari luar islam seperti dari para orientalis. Satu hal lagi yang membuat saya sedih adalah banyaknya kalangan islam yang melakukan hujatan berasal dari kalangan akedemisi yang mereka mempunyai background sebagai dosen maupun tenaga pengajar di sekolah-sekolah dan universitas Indonesia.
Yang perlu kita cermati di sini adalah semakin meluasnya pemahaman seperti itu dan pemahaman ini memang sangat digandrungi dan disenangi oleh kalangan muda. Semakin testukturalnya jaringan tersebut sehingga terbentuklah jaringan islam liberal.
Sebenarnya jika kita telusuri bersama maka kita akan mendapati bahwa gagasan ini bukanlah hal baru, gagasan ini muncul pertama kali dari para orientalis barat. Mereka mencari cara bagaimana membunuh islam tanpa melumuri tangan dengan darah yaitu dengan tangan orang lain akhirnya diadakanlah program beasiswa gratis di barat tujuannya yaitu bahwa agar banyak orang islam yang belajar di sana kemudian diajarkan pemahaman-pemahaman islam versi mereka tentunya dengan tujuan menghancurkan islam dan dengan menunjukan bahwa barat tidaklah seburuk anggapan yang selama ini dikira orang islam, kemudian mereka menyerukan kepada toleransi dan kebebasan beragama tujuannya untuk menipu orang islam khususnya orang Indonesia yang belajar disana dengan menunjukan wajah-wajah simpati serta empati terhadap islam.
Saya teringat ucapan salah seorang guru saya ketika mengajar di pesantren dulu. Ketika itu beliau menerangkan tentang dampak liberalisme di Indonesia kemudian dengan bergurau beliau berkata “belajar islam kok di barat? Mbok yah belajar islam seharusnya dari sumbernya langsung seperti di Negara islam atau di Indonesia saja sudah cukup”.
Ucapan guru saya mengena sekali dan hal itu benar adanya. Kita bisa melihat langsung produk-produk barat seperti nur kholis majid yang mengatakan bahwa hijab tidaklah wajib dan itu merupakan budaya arab, nikah beda agama boleh. Ulil abshar abdalla yang menyatakan bahwa cerita al quran tidak faktual dan perlu diberi catatan kaki, al quran merupakan muntij tsaqofi(produk budaya) dan banyak lagi pernyataan-pernyataan yang kontroversial.
Di barat sendiri tenaga pengajar di sana adalah para oreintalis dan kebanyakan Beragama Kristen walaupun kita tidak menafikkan bahwa banyak juga orang islam yang mengajar di sana tapi islam yang sudah mempunyai pola pikir liberal. Jadi mereka menggunakan menggunakan politik adu domba yang tidak disadari oleh umat islam khususnya mereka yang ada di barat baik sebagai pelajar maupun pengajar. Seperti yang diungkapkan DR Adian Husaini secara implisit dalam novelnya bahwa mereka adalah korban dari sebuah sekenario raksasa yang telah menipu mereka.
Jaringan Islam Liberal
Semakin jelas bagi kita akan perbedaan-perbedaan antara islam ahli sunnah wal jamaah dengan islam liberal. Walaupun akhir-akhir ini serangan-serangan yang dilakukan islam liberal tidaklah segencar pada waktu awal pertama kali munculnya tapi perlu kita garis bawahi sebagaimana yang diucapan DR Adian Husaini bahwa jaringan islam liberal atau yang biasa kita sebut JIL hanyalah satu dari sekian banyak penjual asongan yang ada di Indonesia, mereka hanyalah pengecer sedangkan pada tahap yang lebih tinggi sebagai distributor yaitu perguruan-perguruan tinggi yang ada di Indonesia. oleh karena itu sebaiknya isu leberalisme jangan selalu dikaitkan dengan JIL.
sejarah awal islam liberal berawal dari eropa dan bisa dikatakan bahwa islam liberal adalah fotokopi dari yahudi liberal atau yahudi liberal versi islam. yahudi sendiri meriberalkan agamanya karena mereka sudah lelah dan muak dengan agamanya sendiri sebab sejarah agama di eropa adalah sejarah trauma terhadap agama, hal ini bisa kita saksikan dari banyaknya ketidak adilan dan penyiksaan yang mengatsnamakan agama. pada abad pertengahan, kristen benar-benar mendominsi kehidupan eropa dari kehidupan sehari-hari sampai kehidupan bernegara. setiap orang tidak boleh bertindak sesuatu yang bertentangan dengan doktrin gereja. oleh karena itu bangsa eropa ketika itu merasa terkekang dan tidak bebas utuk beraktivitas serta berekspresi. seperti kita ketahui pada abad pertengahan, seorang ilmuan bernama galileo galilie mencetuskan teori yang terkenal dengan nama teori heleosentris, yang berbunyi bahwasanya matahari merupakan pusat tata surya dan bumi beserta planet lain mengelilinginya, hal ini bertentangan dengan teori geosentris yang diajarkan oleh gereja bahwa seluruh planet mengelilingi bumi karena wakil tuhan berada di bumi. pernyataan galileo tersebut dinyatakan seabgai pelecehan dan penentangan terhadap gereja oleh karenanya kemudian gagileo ditangkap dan kemudian dibunuh.
Bangsa eropa merasa bahwa kehidupan mereka tidak akan maju berkembang jika agama selalu mengekang mereka hal ini terbukti dengan tidak berkembangnya ilmu pengetahuan dan kehidupan mereka dari hari ke hari, maka kemudian terjadilah pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan rakyat eropa terhadap gereja.
Salah satu penyebab mengapa orang-orang agama ingin menyingirkan agama dari kehidupannya adalah karena adanya doktrin-doktrin menyengsarakan rakyat. salah satu dokrtin tersebut yaitu paus adalah manusia yang yang tidak bisa salah tapi pada faktanya banyak sekali tindakan-tindakan paus yang dirasa salah bahkan menyengsarakan. kemudian ditubuh kristen sendiri terjadi ketidak puasan segelintir orang yang merasa dirugikan oleh doktrin-doktrin agama seperti surat penebusan dosa. dalam ajaran kristen, ketika orang berbuat dosa maka ia bisa menebus dosanya dengan membayar sejumlah uang untuk membeli surat penebusan dosa. karena hal ini terjadilah revolusi di tubuh kristen esndiri yang dipimpin oleh martin luther yang dikemudian hari dikenal dengan kristen protestan karena mereka memprotes kebijakan dan doktrin-doktrin gereja.
paham kebebasan dari agama inilah yang kemudian berkembang sampai sekarang di eropa maka kita mengenal istilah pemisahan agama dan negara. paham ini berasal dari sejarah trauma tersebut. hal ini pul yang menjadikan mengapa orang-orang barat begitu mengagung-agungkan kebebasan sehingga kebebasan sendiri dijadikan sebagai suatu yang harus dan wajib ada dalam setiap aspek serta kehidupan termasuk dalam agama. dari sinilah oarang-orang agama kemudian meriberalkan agamanya. paham liberal pertama kali dibawa oleh orang-orang barat khususnya oleh orang-orang indonesia yang belajar di barat, maka tak heran jika orang-orang indonesia yang pulang dari barat pasti begitu mengagungkan kebebasan. mereka berpendapat bahwa kita mempunyai kebebasan untuk berpikir dan menafsirkan sesuatu menurut mereka termasuk menterjemahkan agama versi mereka dan mentafsirkan agama sesuai yang mereka inginkan.
Di Amerika sendiri dibangun sebuah patung yang bernama patung liberty yang merupakan simbol kebebasan. tapi yang harus kita garis bawahi bahwa setiap kebebasan tidaklah mutlak, pasti terbatas oleh kebebasan orang lain maupun sosial budaya serta adat dan nilai yang berlaku di masyarakat. oleh karena itu, kebebasan hendaklah kita maknai dengan penuh kearifan.
Oleh bagas el syauqi (abdul basith), Mahasiswa tingkat pertama program syariah dan hukum universitas al ahgaff, son of tangerang