Semakin hari umat islam semakin marak diadu oleh yahudi, memang tidak
ketara secara langsung namun dibelakang hal itu terjadi, terbukti dengan
digulingkanya presiden “Mubarok” yang akhirnya membuat pergolakan
politik timur tengah semakin tidak terkendali, yang akhirnya banyak
orang islam yang mati terbunuh oleh saudaranya sendiri dan yang paling
mengenaskan adalah pembunuhan masal dalam tubuh umat islam tersendiri
seperti yang terjadi di Libya.
Memang sudah jelas, arah untuk menuju peperangan dunia (baik perang globalisasi ekonomi ataupun perang nyata) sekarang ini mulai digalakkan oleh pihak-pihak barat, dimulai dari misi yahudi mendirikan negara yahudi seperti Dalam Kongres Zionis I di Basel, 1897, pendiri Zionisme modern, Theodore Herzl, sudah mencanangkan berdirinya negara Yahudi, 50 tahun kemudian. Rancangan itu terwujud dengan berdirinya negara Israel 14 Mei 1948. Dengan dalih adanya penyandraan oleh salah seorang tentara israel dijalur Gaza, Israel memukul habis penduduk Palestina. Kemudian misi negara Amerika Serikat untuk membentuk “Imperium Americanum” yang dimotori oleh George Walker Bush bersama kelompok “Neo-Konservativ” (neo-kon) yang sebenarnya sebagian besar dari mereka adalah dari bangsa yahudi, yang hal itu dimulai dengan penyerangan ke negara Islam seperti di Irak, Afganistan, Guantanamo dll, semua itu dilakukan dengan dalih negara tersebut merupakan sarang teroris Al-Qaida, dan sekutunya,. Belum selesai masalah itu, mereka mulai menggencarkan dalam pergolakan politik adu domba dalam intern umat islam , seperti di Yaman, Libya, Mesir, Tunisia, Syiria dll. Dan akibatnya sekarang negara-negara timur tengah menjadi kacau balau seperti negara tanpa hukum.
Di lain itu semua, sekarang kita coba menengok negara kita yang berjuluk sebagai negara berpenduduk islam terbanyak didunia, Yahudi memang sangat pintar dan licik, mereka mulai diam-diam merasuk dalam tubuh umat islam, tak segan-segan memberikan dana besar-besaran untuk intelektual muda indoneisa dengan dalih beasiswa, bahkan sekarang dengan berani dan terang-terangan membiayai peneliti muda islam Indonesia, JIL (jaringan islam Liberal) itu salah satu bentuk faktanya, setiap tahun mereka mendapatkan dana sekitar 1,5 Miliar dari Asean Fondation dan belum lagi yang lain.
Mereka mengetahui persis keadaan indonesia, mereka tidak mungkin mengotori perpolitikan secara langsung seperti yang terjadi di negara-negara arab, karena negara kita bukan berbentuk negara islam, namun mereka mulai dari kawula muda islam sendiri, yang nanti mungkin akan membuat revolusi baru untuk memecah belah umat. Hal ini mulai mereka gencarkan dengan Pluralisme , Gender dll yang semua itu diadopsi dari pemikiran orentalis barat, yang akhirnya sekarang tokoh beberapa golongan besar di Indonesia, seperti NU dan Muhamadiyah pecah terkikis oleh suntikan pemikiran mereka, dan sekarang mulailah perdebatan yang kurang bermanfaat mulai muncul dimana-mana baik di jalan akademis perkuliahan ataupun di Pesantren salaf.
Semua hal diatas sangat memprihatinkan sekali, kenapa kita harus menguras tenaga untuk menghadapi kawan sendiri? Kenapa kita harus saling mencemooh kawan sendiri?, kalau hal ini terus menerus terjadi takkan terelakkan lagi, kemungkinan 10 tahun terakhir agama islam akan semakin tertindas dengan sistem imperalis dan kapitalis barat.
Sekarang saatnya umat islam indonesia mencari solusi tantangan yang sudah ada didepan mata, bukan hanya resolusi fisik dengan hanya demonstrasi atau mengirim tentara jihad kenegara-negara islam, namun dengan bekerja keras membangun posisi kemandirian, terutama dari pemikiran (tanpa terkontaminasi dengan doktrin barat), ekonomi, dan budaya, karena sekarang kekuatan Yahudi sudah menggurita di berbagai sektor kehidupan: Informasi, studi dan pemikiran Islam, keuangan, sampai barang-barang konsumsi rumah tangga.
Dalam kutipan dari Ustad Suhada Bakhri (salah seorang tokoh Dewan Dakwah Islam Indonesia) “sangatlah sulit dibayangkan, bagaimana kaum muslimin melawan Yahudi dan Kroninya, sedangkan untuk air minum saja umat islam masih merasa nyaman meregukair kemasan Yahudi, dan sangatlah mustahil melawan yahudi dan kroninya, jika untuk pemikiran islam saja, kampus berlabel islam bangga menerapkan metode tafsir bibel Yahudi untuk menafsirkan AlQur’an” .
Untuk itu kita perlu sekali, selain memperkuat dalam kemandirian intern umat islam perlu juga mengetahui dan mewaspadai perusahaan mana yang dibiayai yahudi, siapa pendukungnya, dan bagaimana cara mereka menguasai umat islam.
Oleh : Noor Salikin Al-Faruq Mahasiswa tingkat pertama fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Al-Ahgaff, Mukalla.