Madrasah Shufiyah di Hadhramaut dan Tolak Ukur Syariah.
Sudah
merupakan fenomena umum bahwa diantara fitnah akhir zaman yang terjadi
sekarang adalah munculnya terror terprogram yang sengaja dilancarkan
terhadap madrasah Shufiyah dan kemulyaan keluarga Nabi SAW,
hal ini telah meracuni pola piker generasi muda yang merupakan korban dari lembaga pendidikan modern dengan segala disiplin ilmu dan pendidikannya baik itu agama, globalisasi ataupun atheisme. Dan kita sudah tidak mampu lagi membela kebenaran dan menjelaskannya dengan damai setelah kebatilan membius pikiran maryoritas umat, disisi lain kita juga tidak bisa membendung terjadinya penyelewengan, penyalah artian, hiperbolisme dari tubuh madrasah Tasawwuf yang sudah di galang sejak lama, kita hanya bisa menyuarakan kebenaran dengan izin Allah dan mengelakan kebatilan dengan bantuan Allah.
Mari kita coba memahami bait-bait syair keluarga Bani Alawi yang tertulis di pintu madrasah mereka.
و إن الذي لا يتبع الشرع مطلقا على كل حال عبد نفس و شهوات
Orang yang tidak mengikuti syariat sama sekali adalah hamba nafsu syahwat
صريع هوى يبكى علي لأنه هو الميت ليس الميت ميت الطبيعة
Korban hawa nafsu perlu di tangisi, karena dialah sebenarnya yang disebut dengan orang mati, bukanlah kematian itu kematian jasad.
و ما في طريق القوم بدءا و لا انتها مخالفة للشرع فاسمع و انصت
Jalan yang dilalui oleh orang-orang tersebut dari ujung sampai ujung yang lain tidak ada yang menyalahi Syariat, dengarkan hal itu baik-baik.
و خل مقالات الذين تخبطوا و لا تك إلا كتاب و سنة
Biarkan ucapan orang-orang yang tidak terarah, tetap berpegangteguhlah (kembalilah) kepada Al Kitab dan Al Sunnah
فثم الهدى و النور و الأمن من ردى و من بدعة تخشى و زيغ و فتنة
Didalamnya (Al KItab dan Al Sunnah) terdapat cahaya, petunjuk, dan keamanan dari Bid'ah yang ditakutkan, juga dari kesesatan dan fitnah.
Penulis (Al Musyarri' Al Rawy :163) mengatakan, termasuk ilmu yang besar manfaatnya, yang paling banyak mengandung kebaikan dunia dan akhirat,dan yang paling berandil dalam menghidupkan hati, adalah mengetahui sejarah sejarah para wali Allah SWT, dengan meneldani ucapan dan perilaku mereka akan diperoleh husnudhan, dan cinta kepada mereka yang mana hal ini akan mengantarkan kita ke martabat yang tinggi disisi Allah, sesuai dengan sabda baginda Nabi SAW, seseoarang itu dikumpulkan bersama orang yang dicintainya, para salafu al salih mengatakan, disaat kita mengingat orang-orang saleh rahmat Allah turun, Allah SWT juga memerintah kan kepada hamba-hambanya untuk memohon disetiap sholat mereka agar diberi petunjuk ke jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah dari kalangan para nabi, orang-orang yang jujur, para syahid, dan orang-orang saleh, Allah SWT juga memerintah Nabi SAW dalam Al Quran untuk meneladani orang-orang yang beliau cintai, dan memberi tahu beliau faidah keamanahan rasul-rasul-Nya dan faidah mengetahui ihwal kaum terdahulu dalam firman-Nya,
و كلا نقص عليك من أنباء الرسل ما يثبت فيه فؤادك
kami ceritakan kepada kalian kabar para Nabi guna menguatkan hati mu.
Saiyyid Abu Al Qasim Al Junaid mengatakan : kisah-kisah adalah serdadu-serdadu Allah SWT yang akan memperkuat hati para murid, beliau brkata juga: membenarkan ilmu kami ini merupakan salah satu derajat kewalian, sebagain Al Arif Billah (suatu derajat diantara derajat-derajat dalam tasawwuf)mengatakan: seseorang tidak akan membenarkan suatu fath (baca : kemampuan memahami ilmu dan hikmah langsung dari Allah) tidak akan didapatkan kecuali bila dia mendapatkan fath, hal ini diambil dari firman Allah,
و من لم يجعل الله له نورا فما له من نور
Barangsiapa yang tidak diberi nur (cahaya) oleh Allah maka dia tidak akan memiliki cahaya
Perbedaan kemulayaan manusia antara satu dengan yang lainnya merupaka suatau fakta yang tidak membutuhkan dalil. Perbedaan itu bila dikatakan karena usaha mereka maka dia akan berbanding lurus dengan usaha mereka mendapatkan ilmu pengetahuan.
Karena umur tidak bisa diarungi kesemuanya, maka haruslah berkompetisi dalam menggunaka nafas untuk mencapai temapt yang kudus, dan bukan merupakan hal yang perlu diperdebatkan bagi orang-orang yang berlogika sehat, bahwa jalan yang paling selamat membimbing kepada Allah adalah dengan meneladani Al Sunnah, generasi pasca Rasulullah SAW terangkat derajat mereka sebab pergaulan dengan Nabi SAW, lalu generasi yang mendapati mereka dinamakan Tabi'in, setelah itu ketika zaman semakin jauh dari sentuhan efek hidup Nabi SAW, dan perbedaan pendapat semakin kental, generasi yang masih getol memegang sunnah dan mengamalkannya mengeksklusifkan diri, yang lantas terkenal dengan Shufiyah, lingkungan disekelilingnya berbeda pendapat tentang definisi shufiyah dan yang paling tepat adalah definisi yang diberikan oleh Al Imam Abu Hamid Al Ghazali, yaitu, pengosongan hati untuk Allah semata dan memandang selain-Nya tidak berarti, adapun secara disiplin ilmu definisinya adalah, Ilmu tentang asas tolak ukur kelurusan hati dan anggota tubuh, Al Hafidh Al Suyuthi mengatakan, banyak orang mengatakan bahwa orang yang banyak membaca kitab-kitab Tasawwuf bisa dikategorikan orang sufi padahal tidak seperti itu, karena Tasawwuf adalah ilmu practis bukan ilmu teory semata, practis berarti melaksanakan budipekerti dan sopan santun Nabi Muhammad SAW.
Sebagaian ulama Tasawwuf mengatakan: Taswwuf adalah ilmu complikasi anatara Hadist dan Usuludin, barang siapa mempelajari keduanya dan mempraktikkannya dengan diimbangi aqidah (keyakinan) yang benar maka dialah seorang sufi, keluarga dan keturunan Bani Alawi meneladani cara ini, mereka menghabiskan umur mereka untuk meniti jalan Nabi Muhammad SAW dan mempraktikkannya, dan setiap orang yang menjalankan sunnah Nabi Muhammad maka Allah akan menuntunnya untuk meneladani sunnah-sunnah yang lainnya, Al Junaid mengatakan: kebaikan yang dilakukan setelah kebaikan yang lain merupakan pahala kebaikan yang pertama, dan keburukan yang dilakukan setelah keburukan yang lain merupakan siksaan dari keburukan pertama. Mereka menghamba kepada Allah sebatas kemampuan manusia dan anugrah kekuatan yang diberikan Allah SWT, memperbanyak ibadah dan melepaskan total syahwat, jika malam datang mereka mengakkan kaki-kaki mereka, dan menjadikan wajah mereka alas, dan mengalir air mata mereka, ketika mereka dewasa yang mereka lakukan adalah melipat tikar tidur mereka, menghindari banyak bergaul dengan orang awam kecuali disaat butuh saja, jika harus berkumpul dengan mereka sebab kebutuhan tertentu mereka sangat waspada angan sampai melakukan pelanggaran garis-garis syariah Allah, jika mereka sakit lalu tidak ada yang menjenguk mereka, ini dianggap suatau keutamaan bagi mereka, bila tidak berkumpul dengan orang satu hari mereka anggap itu suatu hari yang istimewa , sebagian mereka keluar ke gunung-gunung lembah-lembah untuk beribadah kepada Allah disana, diantara mereka ada yang melakukan hal ini pada malam hari dan berpagihari di rumah mereka , meski begitu mereka tetap melaksanakan shalat jumat dan jamaah di awal waktu kecualai bila terdapat uzur syar'I, diantara mereka juga ada yang menghabiskan waktu untuk mengajar, berfatawa dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi manusia jika mendapati suatu permasalahan mereka meneliti pendapat para ulama tentang hal itu satu demi satu hingga samapai pada jawaban yang pas untuk masalah tersebut, jika ragu maka mereka akan berhenti berfatwa, dan jika mendapati bahwa jawaban yang benar adalah kebalikan dari apa yang telah ia ucapkan maka secepatnya mereka mencari penanya tadi dan menyampaikan jawaban yang semestinya. Mereka sangat perhatian terhadap kitab-kitab Al Imam Al Ghazali khususnya Ihya Ulumuddin, Al Basith, Al Waith, Al Wajiz, dan Al Khulasah, mereka juga sangat perhatian dengan hadist Nabi sampai banyak diantara mereka yang mencapai derajat Al Huffadh ,sampai ucapan penulis, keluarga Bani Alawi memperoleh keutamaan nasab dari tiga segi, Al Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa nasab dianggap mulya dari tiga sisi, pertama sambung kepada Nabi SAW dalam hal ini tidak ada penyaingnya, kedua sambung ke para ulama, karena mereka adalah pewaris para Nabi, ketiga sambung ke orang-orang yang saleh dan bertakwa.
Mereka merahasiakan ibadah mereka karena takut riya' (baca : berbuat sesuatu agar mendapat nilai plus dari orang lain) dan jika salah satu diantara mereka memberi nasihat kamudian terbersit pada dirinya rasa riya, langsung pembicaraan itu dialihkanke pembahasan lain yang menjauhkannya dari riya', jika ketika mebaca Al Qur'an atau hadist merasa ingin menangis langsung dialihkan ke senyum,. Tidak menjatuhkan diri mereka dihapan manusia, jika dikatakan bahwa seseorang dari para pemimpin ingin mendatanginya pada hari pelajarannya, maka pelajaran itu akan ditinggalkan sementara , tertanam dalam diri mereka rasa tidak butuh terhadap hal-hal duniawi dan kekuasaan disisi lain tumbuh subur rasa menerima dengan tanpa hal-hal tersebut, tidak merasa senang bila ada hal-hal duniawi samapai padanya jugatidak merasa sedih itu hilang atau lepas dari tangan nya, bahkan terkadang menjadikan mereka lega.
Mereka tida suka menyimpan makanan demi memenangkan kekosongan tangan mereka dari perkara duniawi dari pada menggenggamnya, sebagian mereka menyimpah bahan makanan atas nama keluarga mereka karena meneladani Rasulullah SAW, atau sebagai bekal bila terjadi kekacauan, mereka semua menempuh jalan yang halal di segala kepentingan mereka, membelanjakan harta demi untuk memeberi pakaian orang-orang yang tidak memilikinya, memberi makan orang yang kelaparan, dan memenuhi hutang.
Mereka melayani para tamu sendiri, makan bersama dengan pembantu dan hamba sahayanya, membawa sendiri barang dagangan mereka ke pasar, bersalaman dengan orang kaya dan miskin, anak-anak dan orang dewasa, berwibawa dan sangat rendah diri, selalu mengucap salam kepada siapa saja yang mereka temui, tidak pernah merasa mempunyai hubungan khusus dengan Allah SWT meskipun amalan mereka sudah susah untuk disaingi lagi, bahkan merasa berhak untuk di hokum oleh Allah SWT sebab merasa tidak beradab didepan-Nya SWT, setiapa kali derajat mereka naik maka mereka semakin merasa bagai orang yang paling hina. Batasan-batasan ini banyak diulas dan dibeberkan dalam tulisan-tulisan salafu saleh, ini pula lah yang menjadi pondasi madrasah sufiah yang dibangun oleh Al Faqih Al Muqaddam, yang dibentuk sedemikian rupa untuk menjadi madrasah yang lurus dan methode yang searah dengan makana yang tersirat dalam hadist Nabi SAW, yang artinya :
Aku meninggalkan bagi kalian dua hal penting, kitab Allah yang mana dia adalah tali yang memanjang dari langit ke bumi, dan keluargaku, dan Dzat Yang Maha Lembut dan Pemberi Khabar mengatakan kepada ku bahwa keduanya tidak akan berpisah sampai aku diberikan telagaku nanti dihari kiamat, maka perhatikan apa yang kalian perbuat bagi keduanya setelahku .
Jikalau Al Imam Al Muhajir, salah seorang Imam besar dikalangan keluarga Nabi SAW, memutuskan untuk eksodus ke Hadhramaut bersama keluarga dan para pengikutnya pada abad ke empat hijriyah untuk menghindari panasnya fitnah di Iraq, maka keputusan Al Faqih Al Muqaddam dalam memilih tasawwuf sebagai pedoman hidup adalah keputusan yang sesuai dengan kondisi zaman serta tempat pada waktu itu, efek keputusan ini akan tetap berreaksi selama dalam kenyataan hidup ini masih ada orang-orang yang bisa memahami makna-maknanya, mengerti tendensinya dan tumbuh dan terdidik dalam suasana budipekrti yang mulia.
Suatu keputusan yang muncul dari satu orang sedang kan dia hidup didalam komunitas yang sarat dengan Ulama, Ahli Hadist, dan ahli Fiqih, kemudian keputusan ini bisa berimbas pada perubahan semua komunitas pada saat itu dari satu pola pemikiran ke pola yang lainnya, ini menandakan bahwa perubahan itu tepat sekali disisi lain keputusan tersebut sangat sesuai dengan kondisi yang ada. Kemudian keputusan ini merupakan keputusan tepat, sebab Al Syekh Ba Marwan, beliau adalah satu-satunya orang yang menentang ide perubahan ini, karena target belaiau saat itru adalah kepribadian Al Faqih Al Muqaddam yang unik, karena itu beliau mengatakan "Aku ingin kamu (Al Faqih) menjadi seperti Ibnu Faurak" sedangkan Al Faqih saat itu tidak terpikir dalam benaknya derajat, posisi, dan masa depannya, seandainya tahu maka bukan hal yang susah bagi Al Faqih untuk merealisasikan impian gurunya sekaligus meridhakannya, namun dibenak Al Faqih saat itu sasaran kakeknya Al Imam Muhajir ketika jauh meningglakan kampung halaman demi mempertahankan keturunan Nabi SAW yang mulia ini.
Fakta mengatakan kondisi pada saat itu, segala pilihan dan perubahan yang dilakukan oleh Ahlu Bait Nabi SAW, berdampak pada perubahan social, hal ini sebab para Ahlu bait merupakan bahtera penyelamat dari segala fitnah, bala' dan ujian, maka manusia selalu mengikuti mereka.
Madrasah Al Faqih Al Muqaddam membuktikan bahwa dia adalah madrasah yang paling istimewa diantara madrasah-madrasah islamiyah lainnya, hal ini madrasah ini dipimpin oleh Imam yang paling utama dari kalangan keluarga keturunan Nabi SAW di zamannya, Allah menganugrahkan kepada nya keluasan Ilmu hingga mencapai derajat ijtihad, keluasan kasih sehingga menarik semua penentang dan pendukungnya ke jalan ibadah dan zuhud, Al Imam Al Haddad mensifati jawara-jawara madrasah ini dengan:
و أصولنا و شيوخنا من سادة علوية نبوية فاسمع و عي
Mereka adalah moyang dan guru-guru kami yang termasuk keturunan Sayyidian Al dan Nabi SAW.
الشيخ نور الدين ثم محمد و يليه عيسى ذو المحل الأرفع
Syekh Nur Al Din, kemudian Muhammad, kamudian Isa yang memiliki derajat tinggi
و أحمد و عبد الله مع علويتهم بصريهم و جديدهم مهما دعي
Ahmad dan Abdullah, dari keluarga bani Alawi, Basri dan Jadid apapun julukannya
و سليل علوي على منهاجه و سليله فمسلم في المركع
Putra Alawi, dan cucu Alawi yang mengikuti jalan ayahnya serta imam yang dijawab salam dalam shalatnya oleh Rasulullah SAW
رد الرسول عليه مثل سلامه ((يا شيخ)) فاعجب للفخار الأجمع
Rasulullah SAW menjawab salam beliau dengan kalimat (Wahai Syekh) yang menyebabkan orang sekelilingnya takjub
و نزيل مرباط إمام جامع أصل لأشياخ الطريق مفرع
Yang berhijrah ke Mirbath yang juga seorang imam kakek dari Syekh-syekh Thariqah yang tersebar kemana-mana
و بنيه خص إمامهم أستاذهم شيخ الشيوخ العارف المتوسع
Putra-putranya kemudian panutan mereka, maha guru yang serba tahu dan berilmu luas
و تلاه علوي أتى بعليهم و عفيفهم و محمد المستودع
Kemudian Alawi lalu putranya Ali lalu Afif dan Muhammad AL Mustauda'
و وجيه دين الله سقاف العلا و الفخر و المحضار يسرع إن دعي
Segaf yang mulia yang dikenal sebagai Wajihuddin, Fakhar dan Muhdhar yang bila dipanggil segera datang
و العيدروس القطب سلطان الملا و أخيه نور الدين شيخ المهيع
Al Idrus yang merupaka Wali Kutub dan penguasa massa dan saudaranya Nur Al Din Syekh Al Mahya'
و محمد القوم صاحب الروغة و نزيل عديد الفقيه الأورع
Muhammad Al Qaum penduduk desa Raughah, dan putra-putra Al Faqih yang wara' (hati-hati dalam masalah keduniaan)
و محمد ذاك الفقيه و صنوه الشيخ نور الدين أنس المربع
Dan Muhammad putera Al faqih juga saudaranya Syekh Nur Al Din pemeriah balai
و محمد ذاك المعلم زاهد و مجاهد فيهم عظيم الموقع
Muhammad Al Muallim, yang ahli zuhud dan melawan hawa nafsu, yang memiliki derajat tinggi dikalangan mereka
و العدني البحر الخضم أخي لندى و كذا الوجيه المتقي الأخشع
Dan Al Adeni si samudera lautan, wahai saudaraku yang dermawan, juga Al Wajih yang sangat khusyu' dan bertakwa
و سليل علوي بأحمد جحدب و الشيخ شيخ ذي المحل الأرفع
Keturunan Alawi yang bernama Ahmad Jahdab, dan Syekh Syekh yang berkedudukan tinggi
و سليله ذاك العفيف و صنوه الحبر عبد القادر المتضلع
Dan keurunannya yang terkenal dengan nama Afif juga saudaranya yang alim Abdul Qadir yang sangat kuat keilmuannya
و الشيخ أبي بكر سلالة سالم ذي الفخر و الجاه الفسيح الأوسع
Dan Syekh Abu Bakar keturunan Salim yang memiliki kebanggaan dan kedudukan yang tinggi.
Contoh-contoh yang disebutkan dalam bait-bait syair diatas dan bait-bait yang lain karangan Al Imam Al Haddad menyatakan tentang ketinggian kedudukan suatu Madrasah.