http://www.english.hadhramaut.info Perpustakaan Manuskrip Al-Ahgaff [The Source: indo.hadhramaut.info - 15/02/2013] Sumber Rujukan Turots Islam

al-Ahgaff Manuscripts Library (Maktabah al-Ahgaff li al-Makhûât) adalah salah satu perpustakaan manuskrip terbesar di Yaman yang terletak di jantung Kota Tarim. Perpustakaan yang dirintis tahun 1930 M. ini merupakan salah satu di antara sekian banyak perpustakaan di Negeri Saba yang masih eksis menyimpan ribuan manuskrip autentik tulisan tangan Salaf al-âli. Hingga saat ini, perpustakaan yang disempurnakan pembangunannya tahun 1972 tersebut menyimpan kurang lebih 6200 judul manuskrip dari berbagai disiplin ilmu, seperti Tafsir, Hadits, Falak, Fikih, Tasawuf, Sejarah, Sastra, Ilmu Bahasa, Kedokteran, Geografi, Arsitektur, Matematika dan lain-lain.

Kepada Hadramaut Info, Raʼis ʻAm Maktabah, Husein Umar al-Hâdî menjelaskan hal-hal penting yang berkaitan dengan Maktabah. Husein Umar juga memberikan “kuliah manuskrip” selama kurang lebih setengah jam.

Secara garis besar, prosentase jumlah manuskrip yang masih utuh tersimpan didominasi oleh karya ulama abad kesepuluh hingga kesebelas Hijriah, baik yang berasal dari Negeri Yaman sendiri maupun dari negara tetangga seperti Maroko, Irak, Mesir, Suriah, dan sebagainya. Adapun manuskrip tertua adalah karya yang ditulis sekitar abad lima Hijriah, di antaranya: naskah kitab al-Bayân fî Tafsîr al-Qurʼân juz 5 karya Abî Jaʻfar Muhammad ibn Hasan al-ûsî yang disalin tahun 595 H., naskah juz ke-2 dari kitab al-Qânûn fî al-ibb karya Ibn Sina yang disalin tahun 633 H.,  5 jilid naskah tafsir monumental karya Jalâl al-Dîn al-Suyûtî berjudul al-Durr al-Mantsûr fî Tafsîr bi al-Maʼtsûr yang dihiasi dengan ukiran tinta emas serta dilengkapi ijazah autentik tulisan tangan sang pengarang, dan naskah al-Syifâʼ bi Taʻrîf Huqûq al-Muṣṯafâ karya al-Qâî ʻIya yang disalin sekitar tahun 723 H.

Di samping itu, beberapa manuskrip bercorak ilmu umum juga terlihat diabadikan dalam lemari kaca khusus, sebut saja  Jarîdah al-ʻAjâʼib fî Farâʼid al-Gharâʼib, buku geografi karya Umar al-Muaffar al-Wardî (w. 749 H.), dan Tajrîd Iqlîs karya Nahru al-Dîn al-ûsî (w. 672 H.) dalam bidang arsitektur. Yang paling unik dan langka adalah menuskrip berjudul ʻUnwân Syaraf al-Wâfî, karya ulama Yaman, Muhammad ibn Ismaʻil ibn al-Muqrî (w. 837 H.).

Kitab ini tergolong langka, karena di dalamnya berisi lima disiplin ilmu sekaligus, yaitu Fikih, ʻArû (ilmu irama syair), Sejarah, Nahwu, dan Qawâfî (ilmu sajak). Dalam menyajikan kitabnya itu, al-Muqrî menyusun Ilmu Fikih secara horisontal dan menyusun empat disiplin ilmu lainnya secara vertikal. Uniknya, masing-masing ilmu yang disusun vertikal itu bertemu pada titik kata yang ada dalam Ilmu Fikih. Kemudian untuk membedakan satu dengan lainnya, masing-masing diberi warna yang berbeda.

Selain melestarikan warisan intelektual para ulama dalam bentuk penjagaan dan perawatan, Maktabah al-Ahgaff juga berusaha mewujudkan karya-karya mereka dalam bentuk buku melalui proses percetakan dan sistem taqîq modern. Untuk mensukseskan proyek tersebut, Maktabah memiliki divisi khusus percetakan (qism al-maʻât) yang secara intens bertugas meneliti dan men-taqîq manuskrip-manuskrip yang belum diterbitkan. Bahkan tidak hanya itu, sejumlah kegiatan kerjasama juga dilakukan dengan beberapa universitas dan institut pendidikan di Yaman. Sebagaimana kerjasama yang telah dilakukan dengan Universitas al-Ahgaff, misalnya, dalam bentuk pemberian tugas taqîq kepada mahasiswa tingkat akhir sebagai salah satu persyaratan kelulusan.

”Selain bermanfaat bagi mahasiswa, kegiatan ini juga akan semakin memperkaya turats Islam”, ujar Husein Umar penuh optimis.

Selain divisi manuskrip dan percetakan, ada dua divisi lagi yang juga tidak kalah urgen dalam menjalankan tugas keperpustakaan, yaitu divisi digitalisasi (qism al-kumbûtr wa al-taswîr) yang fokus mendokumentasikan manuskrip dalam bentuk file data dan soft copy, serta yang terakhir yaitu divisi pelestarian (qism al-iyânah).

Dalam perkembangannya, al-Ahgaff Manuscripts Library bisa dikatakan oase ilmu bagi para pelajar di Yaman, khususnya di Kota Tarim, karena berhasil menjadi pusat rujukan serta penelitian ilmu pengetahuan. Apalagi, perpustakaan tersebut terletak di lantai dua dari Masjid Jâmiʻ Tarim, pusat ibadah dan kegiatan keagamaan masyarakat Kota Tarim  yang berdiri sejak tahun 375 H. Istilah Jâmi’ diperuntukkan bagi “masjid besar”, atau yang selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat berkumpulnya masyarakat—di samping ada istilah “masjid” (kecil) sebagai tempat ibadah saja. Dengan demikian, Masjid Jami’ Tarim tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan keagamaan masyarakat semata, melainkan juga mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam pembentukan keilmuan umat Islam.

Keberadaan perpustakaan yang berjarak sekitar 100 meter dari Ribâ Tarim asuhan Habib Salim al-Syairî ini semakin diperhitungkan oleh dunia ketika Kota Tarim dinobatkan sebagai ”Ibu Kota Peradaban Islam” (The Capital of Islamic Culture) pada tahun 2010. Dari data kunjungan resmi selama dekade sepuluh tahun terakhir, tercatat tak kurang dari lima Negara Eropa telah mengirimkan beberapa delegasinya untuk mengunjungi perpustakaan ini, diantaranya adalah  Rusia, Belanda, Amerika, Australia, dan delegasi UNESCO. Kedatangan mereka tentu saja dalam rangka penelitian serta studi filologis. [Dzul Fahmi]