http://www.english.hadhramaut.info Muslim Menggugat Islam [The Source: indo.hadhramaut.info - 28/02/2013]
Ini adalah sedikit daripada ‘ide-ide’ yang membahana, dan dua insan mencoba mencari ‘nur’ itu. Mereka adalah: Abdullah ( orang tulen yang berpendapat bahwa hidup harus dengan qur’an dan assunnah), disingkat dengan A. Muhammad ( kang santri atau pelajar pesantren yang berdebat dengannya) disingkat dengan M.

M:  “ Apakah anda muslim? Apa pegangan hidup anda?”
A: “ Ya, saya muslim, pegangan hidupku adalah quran dan assunnah”
M : “ Apa cuma dua saja pegangan hidup anda sebagai orang muslim?”
A : “Ya, cuma quran dan assunnah”
M : Apakah anda tahu, kalau qur’an pun menyindir untuk tidak berpegang pada qur’an, tapi ada hal lain yang layak dipertimbangkan. FirmanNya  :
íÇ ÃíåÇ ÇáÐíä ÁÇãäæÇ ÃØíÚæÇ Çááå æÃØíÚæÇ ÇáÑÓæá æÃæáí ÇáÃãÑ ãäßã [ÓæÑÉ ÇáäÓÇÁ : 59 ]
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman taatlah kalian pada ALLAH, RosulNya, dan ulil amr”. Ayat ini pun menjelaskan tidak hanya alquran dan atau pun rosulNya saja, tapi kita harus taat pada ulil amr.
Dan Rosulullah pun bersabda, “ ( alaikum bisunnatiy wa sunnati khulafa’urrosyidin) artinya: “Berpeganglah pada sunnah-sunnahku, dan sunnah khulafa’urrosyidin”. Rosulullah pun menjelaskan untuk mengikuti sohabatnya, yaitu kholifaturrosyidin. Yaitu Abu Bakar Asshidiq, Umar Bin Khottob, Utsman bin Affan, Ali bin abi tholib. 
M : “ Kalau memang anda hanya berpegang teguh qur’an dan assunnah, coba sebutkan ayat atau hadits tentang syarat rukun sholat di alqur’an atau assunnah?!”
Wahai saudaraku seislam, ketahuilah, bahwa di dalam alQur’an tercantum tentang kewajiban sholat sebagaimana ayatNya, “ Wa aqimussholah” artinya dan dirikanlah sholat. Dan di hadits menyebutkan, “shollu kama roaitumuniy usholliy” artinya Sholatlah sebagaimana kalian melihatku sholat. Adapun rukun dan syarat serta hal-hal yang membatalkan sholat tidak tercantum tapi hanya implisit, oleh karena itulah fungsi tafsir, fiqh, usul fiqh dan seterusnya. Dan ini pun tidak bisa kita lakukan sendiri, karena kredibilitas dan kualitas kita belum sampai pada tahap seperti itu.
M : “Dan jika di zaman sekarang ini banyak problem yang ‘baru’ dan tidak disindir dari alquran dan alhadits, apa yang akan anda lakukan? Dan apa hukum dari problem baru tadi?. Contoh, Apakah Alquran pernah menyindir tentang hukumnya memesan barang via internet?. Kalau anda berani menyikapi problem yang baru tadi dengan berfikir dan berijtihad sendiri, berarti anda telah ‘mengingkari’ keyakinan anda yang mengatakan bahwa pegangan hidup anda hanya alquran dan assunnah????”
Ketahuilah wahai saudaraku, ALLAH befirman : “ wamaa atakumurrosulu fakhudzuhu wamaa nahakum anhu fantahu!” (QS. Alhasyr :7).  Tidak sekali-kali langsung menvonis hukumnya haram atau bid’ah apalagi kafir.
M : Apakah anda menolak bid’ah ?
A : “ Pasti, saya akan menolak bid’ah, karena bid’ah itu dlolalah atau sesat, dan sesat itu akan mengantar kita ke neraka”
M : “ Apa itu bid’ah?”
A : “ Bid’ah adalah hal baru yang tidak dikerjakan oleh Rosulullah”
M : “Berarti kita semua adalah orang yang paling suka dengan bid’ah, mengapa anda menuduh orang suka bid’ah padahal anda juga suka bid’ah”
A : “Maksudnya?” (Tanya dengan keheranan)
M : “ apakah anda suka membaca alqur’an?”
A : “ Tentu, sebagai muslim, aku sangat suka membaca alquran”
M : “Apakah anda tahu, siapakah yang memberi harokat atau tanda baca di dalam alquran? siapakah yang membukukan alquran?”, bukan kah tanda baca dan pembukuan alquran tidak ada di jaman nabi, melainkan di jaman setelah nabi. Yaitu oleh Imam Kholil, dan pembukuan qur’an oleh sahabat abu bakar yang di’estafet’ oleh Umar dan lalu Utsman. Berarti anda adalah penikmat bid’ah yang tiap hari dan tiap waktu anda menikmatinya, dan mengapa lantas gembar-gembor menvonis orang lain ahli bid’ah?????”
M : “Akhi, apa hukumnya silaturahmi?” ( lanjutnya)
A : “ hukumnya sunnah, nabi bersabda, “ Dan sambunglah silaturahmi!”
M : “Kalau ziarah kubur ke orang mati?” (lanjutnya)
A : “ Itu kufur, dan sesat”
M : “Tahukah anda, bahwa alqur’an pun menyebutkan bahwa orang-orang syahid yang mati itu hukumnya masih hidup (wala taqulu liman yuqtalu fi sabilillahi amwatan bal ahya’un wa lakin la tasy’urun) (albaqoroh: 154), dan lantas ketika kami bersilaturahmi pada orang-orang syahid (yang notebene masih hidup, sebagaimana yang tercantum di ayat tadi) kenapa anda mengatakan sesat? Bukankah di awal tadi anda mengatakan silaturahmi sunnah? “
A : Lho, ziarah kubur itu lain dengan silaturahmi, Ziarah kubur itu haram, Nabi bersabda, “la’anallah zuwaraotil qubur” artinya : (Allah melaknat para peziarah kubur).” ((Sebagaimana riwayat imam turmudzi, dan ini termasuk hadits hasan, lihat Irsyadul fuhul, hal. 279))
M : Nabi pun bersabda, “Nahaitukum an ziaratil qubur fazuuruha “ , artinya : Aku (Rosulullah) telah melarang kalian untuk ziarah kubur, dan lantas sekarang berziarahlah”. Karena ziarah kubur adalah bisa mengantarkan kalian ingat akan kematian. Dan lantas, jika ada dua hadits seperti ini apa langkah kita?
Ya Akhiy fillah, di hadits yang pertama, nabi menekankan dan menjelaskan tentang status peziarah kubur, dan di hadits kedua pun nabi memerintahkannya. Seakan dua hadits ini kontradiksi, tapi sebenarnya tidak kontradiksi, karena kita hendaknya melakukan dan patuh pada hadits yang kedua, karena yang kedua adalah ‘edisi revisi’, dan lebih jelas lagi (tafshiliy). Sebagaimana yang kita tahu, edisi revisi itu lha yang ada ralat dan sebagainya. ( Lihat : Dr. Hamdiy Shubhiy Thoha, Ta’arudl adillatittasyri’ wa thuruquttakhallush minh, hal125).
A : “ TIdak! Ziarah kubur itu kafir?”
M: “ Mengapa?”
A: “ Karena menyekutukan Allah, dengan meminta pada orang-orang mati. Seperti atheisme atau yang meminta pada batu-batu. Bukankah menyukutukan Allah itu syirik?”
M: “ Ya benar, Menyekutukan ALLAH adalah syirik, tapi apakah ziarah kubur itu minta-minta pada batu nisan? Bukankah itu tindakan bodoh? Karena mengapa harus minta-minta pada batu, mending minta-minta di ‘pintu-pintu’ sebagaimana pengemis-pengemis?” ketahuilah saudaraku, para peziarah kubur itu cuma membaca qur’an, membaca doa. Lantas, apa salahnya membaca qur’an dan atau berdoa pada ALLAH?”
A : “ Terus lebih bagus mana membaca alqur’an di kuburan atau di masjid?”
M: “Yang lebih bagus itu saling mensupport ke arah kebajikan dan kebaikan daripada cuma mengkafirkan atau mengutuk sesama muslim, ya bukan?. Akhi, hadits tentang perpecahan umat islam menjadi berbagai macam golongan itu, hendaknya diartikan dengan kita terus berusaha menjadi yang terbaik. Sehingga kita dapat masuk surga bersama Nabi. Bukan diartikan dengan merasa paling benar dan mengkafirkan dan atau mengklaim lainnya dengan klaim-klaim yang tanpa dasar”.
A : (Tersenyum) “ Syukron ya Akhi, jazakumullah khoiron. Aku butuh belajar lagi”
M : (tersenyum sambil berjabat tangan) “ Ya sama-sama, aku juga lebih butuh belajar lagi”.
 
 
NB.
- Nama di tulisan ini hanyalah fiksi.
- Di akhir tulisan ini pun, saya pribadi masih harus banyak belajar dan mendapatkan kritikan. Dan jika ada kesalahan dari tulisan kecil ini, maka itu murni karena kebodohanku, dan jika anda menemukan sebuah kebenaran, maka itu lha hakikat hidayahNya, dan mari kita semua intropeksi diri dan berbaris dalam jalurNya.
- Tulisan kecil ini saya tulis murni lillahi ta’ala, dan tidak ada maksud untuk saling menyudutkan atau saling menghina, karena saya pun muslim. sebagaimana dalam hadits, muslim satu dengan muslim lain ibarat bangunan. Dari hadits ini pun, maka sebenarnya mestinya seorang muslim tidak bisa menghina orang muslim lainnya, karena hakikatnya dia menghina diri sendiri. Dan sebenarnya, perdebatan ideology, persengketaan pendapat adalah hal wajar. Dan itu semua menjadi tidak wajar jika perdebatan, pergolakan dijadikan standard dan landasan bersikap anarkis, arogansi atau mencari ketenaran. Ketahuilah, Bahwa sebenarnya ada yang lebih penting daripada perdebatan itu, yaitu mencerdaskan umat islam untuk membawa islam menjadi jaya, dan tidak hanya berkhayal akan khilafah atau berdongeng akan keemasan islam. Masa keemasan islam dihiasi dengan para pewaris nabi dengan begitu tinggi ilmunya yang disertai akhlak dan etika yang tinggi. Kalau tidak percaya, mari kita ruju’ kembali masa-masa kejayaan islam!!!. wallahu a’lam bisshowab.
 
Putra Dresmo,
Muh. Ufi Ishbar Bin Nova