Memasuki hari ke-dua Ujian Akhir Semester (UAS), udara debu begitu
menyelimuti kota Tarim sebuah central pendidikan islam di bilangan
Provinsi Hadharamaut.
Perubahan cuaca ini sangat mempengaruhi para
mahasiswa di tempat saya menimba ilmu yakni Fakultas Syariah di
Universitas Al-Ahgaff.
Kita dihadapkan pada dua kondisi yang menuntut kebugaran jasmani dan otak sekaligus, karena saat ini disamping UAS ada juga perubahan cuaca yang sempat membuat beberapa rekan terkapar sakit, minimal terserang influenza. Cuaca ini diakui oleh penduduk setempat dapat berdampak besar pada kesehatan. Bagi mereka yang tidak dalam kondisi fit akan mudah sekali terserang penyakit. Cuaca ini juga menurut beberapa informasi yang saya dengar dapat membantu proses pematangan pada buah korma yang sedang ranum. Sungguh Allah tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
Ujian yang telah dimulai sejak hari Kamis (05/06) ibarat badai yang menerjang "karang" semangat kami dalam menuntut ilmu. Dalam ajang yang digelar setiap akhir semester di kampus kami, mahasiswa dituntut untuk dapat membuktian ketegarannya dalam melangkah meraih kesuksesan. Waktu yang hanya tiga jam dari jam 08.30-11.30 untuk mengerjakan soal-soal adalah pertaruhan penentuan, apakah seorang mahsiswa dapat layak melanjutkan studynya atau tidak. Meskipun panitia ujian masih memberikan kesempatan "her" untuk ujian perbaikan.
Sementara itu, cuaca yang tidak bersahabat terpaksa harus kami jalani dengan suka maupun duka. Tidak bisa dibayangkan betapa tersiksanya mereka yang terserang influenza atau meriang di sekujur tubuhnya seperti yang sedang saya rasakan pagi ini. Namun demikianlah logika perjuangan yang selalu terselip di setiap hati kami semoga dapat menerjang setiap badai ujian yang datang. Karena kami yakin, badai pasti berlalu. Dan sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti ada kemudahan.
(Sirrul-Maktum)