http://www.english.hadhramaut.info Manhaj Dakwah Islam (bag kedua) [The Source: hadhramaut.info/indo - 13/7/2008] abstraksi seminar dakwah Habib Ali Al-Jufri Diadaptasikan kembali oleh : A M Lazuardi

Urgensi Klarifikasi Dalam Hidup

Setidaknya ada tiga konsep fundamental dalam hidup seorang da'i :

1.    Klarifikasi
2.    Pemahaman Yang Benar
3.    Pengetahuan Yang Konfrehensif

Klarifikasi dalam merespon segala fenomena adalah asas dari berdirinya suatu paradigma hidup yang selamat dari gonjang-ganjing.

قال الله تعالى : ( يا أيها الذين أمنوا إن جاءكم فاسق بنبأ فتبينوا )

Artinya :" Wahai orang-orang yang beriman, bila seorang fasik datang kepadamu dengan sebuah informasi maka klarifikasilah terlebih dahulu"

 Sebab dalam koridor agama Islam sendiri semua elemen-elemen didalamnya terbangun atas dasar yakin tanpa ada peran "meraba-raba" di dalamnya, meski dalam teoritis-empiris sebagian sisi yuridis hukum-untuk tidak mengatakan mayoritasnya- dibangun atas dasar sangkaan kuat (dzon).Implikasi negatif dari terbuangnya klarifikasi dalam berprinsip dan bersikap adalah munculnya rangsangan tidak sehat dari endapan pikir yang hanya bersandar atas sangkaan
lemah(wahm).

Seringkali terbukti dalam sejarah bagaimana imbas dari ketidakpastian dan kesalahpahaman (misunderstanding) dalam menyikapi realita atau desas desus yang sedang senter,apakah itu berupa fatwa yang bersumber dari seorang ulama atau mufti yang cukup kontrversial dan sedang bergulir di khalayak atau fenomena sosial lain yang  menjadi ruang perdebatan tiada henti masyarakat.

Sample historis dalam koridor eksternal yang mungkin masih belum dimengerti oleh banyak orang tentang cikal bakal dari realita tragis ini adalah tragedi Bosnia Herzigovina yang terjadi di beberapa tahun silam. Ketika dua tetangga lain agama yang telah lama meniti hidup saling toleransi dan menghormati antara mereka, ternyata menjadi musuh besar sehingga menjadikan tetangga yang kebetulan beragama kristen tega membantai tetangga lain yang beragama Islam dan begitu seterusnya hingga terjadi pembantaian besar-besaran yang tidak mungkin terlupa
dalam sejarah kemanusiaan. Studi kasus ternyata membuktikan ada andil besar dari pemuka-pemuka gereja untuk sengaja "mengkompori" dan memprovokasi komunitas Serbia dengan mengingatkan kembali perang sengit buyut-buyut mereka saat dinasti Ottoman masih jaya. Perlu dimengerti, bahwa realita pahit ini factor utamanya bukanlah isu agama, seperti sering disalah interpretasikan,namun semua bermuara dari hilangnya prinsip klarifikasi dalam komunitas tersebut,hanya saja agama selalu dijadikan argumentasi oleh sebagian karena kesalahpahaman
atau bertujuan simplifikasi kasus,sebagaimana problematika Irak yang sampai dini ini belum reda.

Sample kedua adalah bias historis dari peristiwa  hijrah beberapa gelintir sahabat yang dipimpin oleh Ja'far Bin Abu Thalib ra  menuju Habasyah (Ethiopia) yang saat itu dibawah kuasa raja Najasyi. Saat mereka berupaya meminta suaka politik dari raja tersebut,dibelakang layar terjadi semacam provokasi terorganisir yang digiatkan oleh Amr bin Ash (ketika belum memeluk Islam).

Obyeknya adalah para pendeta yang sekaligus berprofesi sebagai barisan penasehat raja,isu yang ingin agar diamini oleh para pendeta adalah informasi miring menyoal tentang akidah Islam yang menghujat agama Kristen atau eksistensi Nabi Isa as. Tapi, untung saja sang raja cukup bijak dalam merspon fenomena yang terjadi,tanpa gegabah ia –yang kemudian memeluk Islam-
klarifikasi terlebih dahulu dengan para imigran dengan cara berdialog.

Dua sample ini cukup menjelaskan urgensi klarifikasi dalam menanenggapi apa yang sedang terjadi,yang pertama mengilustrasikan ironi tertinggal dan tertanggalnya prinsip tersebut,sedangkan yang kedua adalah imbas positif dari penyematan prinsip itu dalam bersikap. Sebagai ending dari jalsah ini apik kiranya bila kita mengingat kembali peristiwa kepalsuan informasi (Haditsat al-ifki) yang menimpa Rasulullah SAW sendiri dan Ummul mukminin Aisyah ra.

Isu-isu tak berdasar (baca: gosip) yang beredar cukup menggegerkan beberapa sahabat yang saat itu sedang lalai dan dengan mudahnya melahap gossip tanpa klarifikasi terlebih dahulu. Sehingga Alquran sendiri yang dating dengan ayat-ayat suci dalam rangka menjelaskan kesucian Sayyidah Aisyah ra dan menepis semua kebohongan-kebohongan yang nota bene adalah ulah segelintir komunitas munafiqin.