2. Syekh Al-Faqih Abdul Malik bin Muhammad bin Ahmad bin Jadid
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat hidup Syekh Nuruddin Ali dalam bab sebelumnya, dalam perjalanannya ia selalu ditemani oleh adiknya, Syekh Abdul Malik. Begitu pula ketika Syekh Nuruddin pergi ke Aden dan belajar pada para ulama di sana. Dan kemudian Syekh Nuruddin Ali mempersunting putri gurunya, Syekh Mudafi’, dan selanjutnya menetap di Dzi Duhaim wilayah Taiz.
Kedudukan Syekh Abdul Malik di Mata Ahli Sejarah
Tentang Syekh Abdul Malik, penulis kitab Al-Ghurar mengatakan, “Syekh Abdul Malik seorang alim, faqih, wara’, zuhud, ahli ibadah, penyabar, mumpuni dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Adapun tentang waktu dan tempat wafat Syekh Abdul Malik, tidak ada ahli sejarah yang bisa memastikan. Namun mereka bersepakat, Syekh Abdul Malik meninggal dunia lebih dulu daripada saudaranya, Syekh Nuruddin Ali. Ba Makhramah dalam Qalaid An-Nahri mengatakan, “Saya tidak tahu sejarah wafatnya Syekh Abdul Malik.” Adapun penulis Al-Ghurar mengatakan, konon Syekh Abdul Malik meninggal dunia pada tahun 614 H dengan tanpa memastikan kebenaran pendapat tersebut.
3. Syekh Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin Jadid
Riwayat Hidup Syekh Abdullah bin Muhammad
Tentang riwayat hidup Syekh Abdullah bin Muhammad para ahli sejarah tidak ada yang mengatakan secara pasti. Berkenaan dengan hal tersebut, Ba Makhramah dalam kitab Qalaid An-Nari mengatakan, “Syekh Abdullah bin Muhammad adalah orang yang alim dan shalih. Ia wafat di Tarim, tetapi saya tidak mengetahui secara pasti tentang tanggal wafatnya. Yang saya tahu, Syekh Abdullah bin Muhammad meninggal lebih dulu dari kakaknya, Syekh Nuruddin Ali. Saya memperkirakan, ia meninggal dunia sekitar tahun 620 H atau sebelumnya.
Kedudukan Syekh Abdullah bin Muhammad di Mata Ulama dan Penduduk Hadhramaut
Kedudukan Syekh Abdullah bin Muhammad di mata Ulama Hadhramuat bisa disimak dari pujian yang dilontarkan para ulama atas Syekh Abdullah bin Muhammad, di antara pernyataan ulama Hadhramaut yang menunjukkan keutamaan Syekh Abdullah bin Muhammad di mata ulama dan masyarakat Hadhramaut adalah ungkapan Al-Imam Al-Allamah Syekh Muhammad bin Ahmad bin Abil Hub At-Tarimi, dalam surat yang dilayangkan kepada Syekh Nuruddin Ali sebagai tanda bela sungkawa atas wafatnya Syekh Abdullah bin Muhammad.
Aqidah Bani Jadid
Sengaja kami menyendirikan bab ini dalam akhir sejarah keturunan Bani Jadid, hal yang mendorong kami untuk melakukan hal ini adalah kebutuhan generasi masa kini dari keturunan Imam Muhajir pada zaman sekarang yang dilanda kebingungan dan keraguan dalam masalah aqidah, namun bukan maksud kami untuk merinci masalah akidah serta dalilnya, tapi yang kami maksud dalam bab ini adalah menjelaskan tentang hakikat akidah para ulama salaf (terdahulu), sekaligus menjawab atas tuduhan sebagian orang yang mengatakan bahwa para ulama Alulbait di Hahdramaut menganut aqidah Syiah atau lainnya.
Penulis Ghurarul Baha Adhawi dalam pada halaman 126 dalam kitab tersebut mengatakan, Syekh Al-Faqih Al-Wali As-Syarif Sujauddin Umar bin Abdurrahman yang dimakamkan di Taiz Yaman berkata, “Adapun Asyraf Bani Alawi dan Bani Jadid yang telah kami sebutkan sebelumnya, mereka adalah asyraf yang berhaluan Sunni dan bermadzhab Syafi’i dan pengikut Imam Asy’ari dalam aqidah. Tidak ada keraguan dan perbedaan pendapat dalam hal itu, hal tersebut adalah suatu yang maklum dan jelas tidak perlu diragukan.”
Punahnya Berita Bani Jadid
Salah satu sebab punahnya berita dan peninggalan dari keluarga yang penuh berkah ini adalah keadaan zaman yang penuh dengan peperangan dan pergolakan politik, hingga mengakibatkan raibnya manuskrip-manuskrip yang begitu berharga yang memuat sejarah mereka.
Dalam Kitab Al-Ghurar halaman 124, dikatakan, keluarga Bani Jadid mempunyai sejarah yang terpuji, namun sejarah yang berharga tersebut punah ditelan waktu. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan penduduk Hadhramaut pada waktu itu menulis sejarah dan berita dalam bentuk buku catatan harian dan bukan suatu buku yang disusun secara sistematis dan dalam bentuk buku penting.
Punahnya Silsilah Keturunan Bani Jadid
Kitab-kitab sejarah dan sisilah keturunan yang membahas tentang sejarah keturunan Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir mengisyaratkan bahwa Silsilah keturunan Bani Jadid punah pada pertengahan abad ketujuh Hijriah.
Mengenai hal tersebut, penulis Al-Ghurar dalam kitabnya hal 124 mengatakan, “Keturunan Bani Jadid juga sebagai halnya Bani Syekh Basri akhirnya punah. Keturunan Bani Jadid terakhir adalah seorang perempuan bernama Jadidah yang tinggal di kota Zabid, penulis Kitab Al-Yaqut Ats-Samiin menyebutkan 12 orang ulama dan ahli fiqih dari keturunan Bani Jadid yang sejarahnya memenuhi halaman kitab. Adapun peninggalan keluarga Bani Jadid banyak sekali, namun peninggalan sejarah bani Jadid yang begitu banyaka tersebut telah punah kecualli sebuah masjid di pinggiran kota Tarim yang dikenal dengan nama Masjib Brum. Masjid tersebut pertama kali direnovasi As-Syarif Abdullah bin Al-Faqih Ahmad, kemudian direnovasi lagi As-Syarif As-Shalih Syihabuddin bin Ahmad bin Hasan bin Muhammad bin Alawi bin Abdullah bin As-Syekh Abdullah Ba Alawi.