Tarim – Hadhramaut Info, Gemuruh riuh tepuk tangan membahana penuhi
ruangan Auditorium Fakultas Syariah Universitas Al-Ahgaff pada Kamis
malam Jumat(21/02). Dua organisasi mahasiswa, PPI Yaman bekerjasama
dengan AMI Al-Ahgaff, punya gawe besar dalam memperingati Maulid Nabi
Muhammad Saw.
Acara yang dihadiri para pelajar Indonesia di Hadhramaut itu diberi tajuk “Malam Kekraban Pelajar Indonesia di Yaman”. Selain diisi lomba baca puisi keagamaan dan kebangsaan, juga dimeriahkan oleh penampilan drama kolosal oleh kawan-kawan mahasiswa Al-Ahgaff. Sontak, para hadirin dibuat terpukau dengan aksi para aktor drama yang dipimpin oleh Risan Aimar, mahasiswa Al-Ahgaff asal Sumatera.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Sebuah ide cemerlang yang sangat positif dalam rangka merefleksikan nilai-nilai perjuangan Rasulullah,” ujar Zainul Huda selaku perwakilan KBRI Sana’a dalam sambutannya.
Sementara itu, drama kolosal yang berlangsung selama kurang lebih dua jam berhasil menyedot perhatian penonton. Drama berjudul “Perjuangan Sang Imam” itu menceritakan kisah seorang santri bernama Imam, yang bercita-cita mulia untuk menjadi seorang penyebar dakwah Islam. Untuk mencapai keinginannya tersebut, Imam bercita-cita untuk menuntut ilmu ke negeri Yaman yang ia anggap sebagai sumber ilmu dan ulama. Namun sayang, keluarga Imam tak merestui. Karena pengaruh media, mereka berpesepsi bahwa Yaman adalah sarang teroris yang sama sekali bukan tujuan tepat bagi penuntut ilmu. Disinilah, perjuangan Imam dimulai.
Imam berusaha sekuat tenaga meyakinkan keluarganya bahwa persepsi itu tidak benar. Namun ayah Imam tetap berpendirian keras.
“Kau boleh belajar ke Yaman. Tapi aku tak mau membiayai,” ujar ayah Imam yang diperankan Husein Habsyi, mahasiswa Al-Ahgaff tingkat tiga. Untung, kakek Imam yang merasa iba menyatakan kesediaannya untuk membiayai semua kebutuhan Imam selama belajar di Yaman. Dan Imam pun bisa berangkat ke Tarim, Hadhramaut, untuk menggali ilmu dari para Ulama dan Habaib sesuai dengan manhaj Rasul Muhammad Saw.
Suasana menjadi haru, ketika di akhir kisah, Imam mampu membuktikan kepada orangtuanya setelah pulang ke tanah air, bahwa ia berhasil menjadi dai sukses yang menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Bukan agama penebar terror sebagaimana yang dipropagandakan media.
Acara yang berakhir hingga pukul 00.30 KSA tersebut diakhiri dengan pembagian hadiah pemenang jura lomba baca puisi dan makan malam bersama. (DzuFa)