Media Agustus cuaca Tarim berselimut kabut, udara panas bersemburat
melapis sunyinya malam. Saat itu ada kunjungan dari seorang tokoh FPI
Tegal. FPI adalah kepanjangan dari Fron Pembela Islam yang kini
dikomandani oleh Habib Riziq. Hadir pula Habib Shaleh al-Jufri seorang
tokoh alumni Darul Mustafa- Tarim yang banyak memberikan andil dalam
menyebar luaskan manhaj Tarim di tanah air.
Setelah panjang lebar beliau berceramah di hapan 50 pelajar di Tarim yang mayoritas adalah mahasiswa Al-Ahgaff karena kebetulan juga acara berlangsung khidmat di aula auditorium Fakultas Syariah-Universitas Al-Ahgaf, dibukalah forum Tanya jawab. Seorang mahasiswa maju dan mengungkapkan keprihatinan atas minusnya aktifitas tulis menelis di kalangan rekan-rekannya, dia pun menanyakan adalah penerbit atau media masa yang berkenan untuk mengorbitkan karya-karyanya.
Menulis, sebuah aktifitas yang membosankan mungkin bagi sebagian kalangan. Namun tahukah kita, betapa ulama salaf yang sentiasa berusaha mengamalkan dan menyebarkan ilmunya merupakan penulis-penulis handal lagi amanah. Imam Nawawi misalnya, dalam masa hidupnya yang relative singkat, berbagai judul buku beliau susunan, berjilid-jilid pengetahuan beliau bukukan dan tidak sampai disitu, hampir semua karya beliau memiliki kualifikasi keilmuan yang mumpuni dibidangnya sehingga tidak heran jika biasa digunakan rujukan bagi ulama-ulama yang lainnya hingga kini.
Menulis itu gampang-gampang susah, gampang karena setiap mahasiswa pastinya sudah pandai menulis, susah karena aktifitas menulis butuh pembiasaan yang terus menerus dan latihan tiada henti, sulit karena keterampilan ini menuntut seseorang untuk terus berfikir dan belajar, bagaimana mungkin tulisan kita akan berbobot jika otak kita kosong isinya. Ingatlah kata bijak; faqidusy-syai la yu'ti, ketidak punyaan tidak dapat menyumbangkan apa-apa.
Menulis perlu motivasi, tanpa adanya dorongan yang kuat pekerjaan menulis akan segera kandas ditelan waktu. Pupus dilibas aktitifitas, padahal kita sebagai para penuntut ilmu masih punya kewajiban untuk menjawab tantangan di era-globalisasi yang mana kebatilan dan kebenaran terus menerus berbenturan. "Wahai mahasiswa Al-Ahgaff, menulislah selagi engkau punya kesempatan menulis, sebarkan angin keilmuan kalian hingga tanah air yang sedang gersang akan pemahaman agama yang benar," demikian kira-kira yang kami tangkap dari orasi beliau yang menggebu-gebu ketika menjawab pertanyaan rekan yang tadi bertanya.