Sekelumit tentang Hadhrah Asseqqaf
Syekh Abdurrahman Assegaf membangun banyak masjid di Tarim dan sekitarnya, diantara masjid yang selalu dibina secara dzahir dan bathin oleh beliau selama hidup, dan masjid itu termasuk masjid pertama yang dibangun pada 768, beliau mengatakan pembinaan masjid ini diawali oleh empat orang imam mujtahid (imam empat madzhab) tiap-tiap mereka berdiri dipilar-pilarnya dan Nabi SAW berdiri di kiblatnya.
Syekh Abdurrahman beri'tikaf di masjid itu setelah isya' tiap malam kamis dan senin untuk melaksanakan hadhrah tersebut, dan malam itu dinamakan lailatu alratib (baca : malam rutin), jika salah satu keluarga Abi Alawi meninggal pernah beliau meninggalkan dua atau tiga kali, lalu beliau diisyarati agar tidak perenah meninggalkan lailatu Al Ratib tersebut.
Syekh Said bin Salim Al Syawwaf, menyitir dalam bait syairnya,
و النور ذي فيها كان في مسجد الراتب و املا منار الأكوان
أنوار جلاها الله
من نور ذيك الخصره يخصر بها اهل الشهرة فيها من الله نظرة
للأوليا شي لله
يا من حضر فيها شاف نور المشايخ الأشراف و الشيخ ذاك السقاف
يحضر مع أهل الله
حضرة تقع ما أكبرها يا ليت من يحضرها أو ليت من ينظرها
فيها جلالات لله
دائم و هم في الحضرة عند العشي و البكرة عسى تقع لي نظرة
منهم و من جود الله
Hadhrah ini dibuka dengan fatihah, kemudian dengan tahlil lalu tasbih dengan membaca Subhana Rabika Rabbi Al 'Izzati 'amma yasifuun…lalu Inna Allaha wa malaikatahu …kemudia fatihah lagi.
Lalu dibuka dengan qasidah para salafu salih menurut susunan qasidah yang biasa dibacakan, dan disebutkan didalamnya kisa-salafu salih, tarim dengan pesantern-pesantren dan asas-asas ruhiahnya, sepeninggal Syekh Abdurrahman Assegaf ditambahkan qasidah-qasidah lain karangan putra-putra beliau dan beberapa pujangga dari salafu salih, Al Allamah Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al Masyhur mengumpulkan susunan qasidah-qasidah ini dalam satu buku dan dinamakan, Al Manhal Al 'Ajib Al Shaf Fi Fadl Wa Kaifiyat Hadhrah Syekh Abdurrahman Assegaf (Sumber yang jernih tentang keutamaan dan tata cara Hadhrah Syekh Abdurrahman Assegaf).
Hadhrah dalam istilah Tasawwuf adalah ungkapan untuk suatu even dimana para murid dibawa untuk tenggelam dalam dzikir dan ingat kepada Allah SWT sebagai cara untuk merilekskan jiwa. Diantara syarat yang paling penting:
1. Husnu dzan kepada Allah SWT dan wali-wali Allah.
2. Menepis segala keraguan dalam jiwa.
3. Husnu dzan diantara para murid.
4. Cinta mereka kepada Dzat Allah.
5. Memenuhi diri dengan zikir dan syair-syair
6. Menata niat bahwa Hadhrah ini demi bisa merasa dekat kepada Allah dengan jalan mengingat dan menyebut nama-Nya dan rasul-Nya serta mndengar kisah para solihin untuk bisa mengikut dan memperoleh barakah mereka.
Jika salah satu syarat ini tak terpenuhi maka murid tersebut tidak akan mengambil manfaat dari Hadhrah ini, dalam hadhrah ini pembawaan orang berbeda-beda menurut ahli tasawwuf, diantara mereka ada yang sampai teriak dan pingsan, pada sebagian tharikat pembawaan ini kadang sampai bisa menjadikan murid makan kaca, membakar diri, dan menusuk-nusuk badannya, hal-hal yang berlebihan ini semua muncul sebab keyakinan yang kuat terhadap karamah wali tertentu dan ketulusan mereka kepada Allah juga sebab langkah bungkam telinga mereka dari orang yang mnolak mereka.
Adapun di hadhrah saqqaf hal-hal ini tidak terjadi, mungkin beberapa orang yang tulus terlihat menangis, yang diingkari sbagian orang sekarang dari Hadhrah ini penggunaan sebagian alat musik seperti seruling rebana dan semisalnya juga beberapa ungkapan yang berbau istighathah, tawassul dan meminta Syafaat.
Pengingkaran ini merupakan salah satu gaya pandang kelompok yang kontra dengan kegiatan ini, adapun ulama tasawwuf mereka memiliki dasar mengapa mereka ambil cara ini. Sebab para ulama terdahulu tidak pernah memungkiri hal tawassul dan semisalnya, pengingkaran dengan cara konfrotasi itu terjadi akhir-akhir ini berbarengan dengan terjadinya perubahan global pada umat islam bukan hanya mengenai tasawwuf saja namun lebih umum dari itu mencakup sendi kehidupan seorang muslim secara umum dan telah keluar dari jangkauan pola piker moderat menuju tikaman-tikaman dengan hokum-hukum bid'ah dqan pemutar balikan fakta agama.
Terjadinya perang dunia pertama dan kedua berpengaruh kepada hilangnya pemerintahan, budaya, peradaban, dan ekonomi islam dalam kancah perpolitikan, maka jika ada ungkapan "perangi tasawwuf yang berlebih-lebihan" atau "mari kita ikuti jalan salafi yang banyak mengurangi" keduanya sebenarnya telah kehilangan pedoman islam yang moderat dalam menghukumi ataupun konsekwen, perang dingin diantara mereka terus berlangsung sebab perkara yang sangat tidak prinsip bagi umat islam tapi hanya perbedaan media belaka.
Anak-anak dan Istri-istrinya
Syekh Abdurrahman Assegaf memiliki empat orang istri, motivasi beliau untuk banyak menikah karena hal itu menjadikan pikiran terbebas dari kebutuhan jasad, sehingga bisa total mencapai tujuan-tujuan rohaniah, istri-istri beliau sebagian dari dalam dan luar tarim. Beliau memiliki tiga belas putra dan tujuh orang putri sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab biografi.
Pendapat tentang kedudukan beliau
Dalam kitab Al Jauhar Al Syaffaf disebutkan,
أيا مسبلي أستار جهل و غفلة
على مقل عن رؤية الخير صدت
لزاما على الأبصار غضا لمنظر
لما في عروس الأوليا الكل ضمت
من الحسن و الفضل و البها
و من مكرمات فاخرات عزيزة
إمام العلى شمس الهدى معدن الندى
مفاتيحه تغني لكل لبوسة
و قطب جميع الأولياء تحت حكمه
و تحت يديه ما أنيلت و زيدت
فكم صادر منهم يعود برفده
و كم وارد يحظى بجرل العطية
و خوف القلا و العزل فالكل منهم
لسطوته هم خاضعون لهيبة
عنيت بذا شيخا شريفا مهذبا
مرادا سخيا وصف واحد أمة
له في المعالى و العوالى علائم
نواهي سناها في عوالي همة
كريم السجايا طيب الجأش فاضل
إلى رفده الركبان من كل بلدة
ألا يا مرحبا بالمقبلينا و بالشيخ الذي فيهم يضينا
Karamah dan mimpi-mimpi beliau
Segala usaha membuahkan hasil, hasil dari perjuangan melawan hawa nafsu adalah istiqamah (konsisten) dan karamah, sebagian salaf mengatakan istiqamah adalah karamah yang terbesar, para Syekh tersebut telah mencapai derajat cakap dalam pendidikan, adab, sopan santun, dan pergaulan dengan para solihin.
Karamah dan hal-hal yang luar biasa bukanlah target kewalian tapi dia adalah tanda kuatnya hubungan antara hamba dengan penciptanya, biarpun tidak tampak karamah pada seseorang bila dia mampu untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mereka sudah merupakan kemulyaan yang tiada banding.
Dalam tulisan ini kami tidak akan membeberkan karamah para wali sebab tujuan penulisan ini bukan untuk menyiarkan karamah para wali, tapi untuk mengenalkan kepada para generasi baru methode nenek moyang dalam memeluk syariat islam, dan mengnalkan bagaiamana mereka menjalani pendidikan dimasa mudanya, yang merupakan tujuan utama dari Syariat Nabi Muhammad SAW.
Usaha sebagian orang untuk membutakan generasi muda dari teladan para pendahulunya dengan pemvonisan bahwa keyakinan dan aqidah mereka itu rusak dan tidak benar, sedangkan jalan yang sekarang mereka diktekan kepada generasi baru itulah yang benar.
Sebagai contoh, Syekh Abdurrahman Assegaf memiliki lebih dari seratus karamah disebutkan dalam buku-buku biografi baik yang sudah dicetak maupun yang belum, semua cerita-cerita itu di kumpulkan dari orang-orang awam dan para pecinta Syekh, tidak satupun dari cerita karamah itu diriwayatkan atau didiktekan oleh syekh itu sendiri.
Anak cucu Syekh sekarang mencari kunci sukses yang menyebabkan beliau menjadi imam dalam suluk, ustadz dalam makrifah, dan seorang jago yang berjuluk Al Muqaddam kedua, dari sisi ilmu, amal dan sejarah usaha beliau kedalam dan keluar.
Tanggung jawab kita adalah mengetahui dan menunjukkan kepada semua pentingnya mempelajari sejarah ilmiyah waktu demi waktu serta perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya, dengan meletakkan semua aliran pada posisinya sesuai dengan Fiqh Tahawwulat (cara memahami perubahan-perubahan) yang digariskan oleh Nabi Muhammad SAW.
Karamah dan celaan-celaan merupakan materi yang mengundang pro kontra para ilmuan, masyarakat pun tidak membutuhkan vonis untuk sejarah ataupun untuk para wali tersebut, semuanya membutuhkan sikap tanggung jawab untuk membangun dan menciptakan komunitas islam yang modern, maka kami sampaikan bagi mereka yang sibuk untuk menjatuhkan para salaf dengan cara ibadah mereka, kita sekarang butuh untuk mengembalikan praktik syariat pada methode yang pas menurut semua golongan, sebenarnya didalam islam batasan-batasan itu sudah ada hanya kebenaran itu saja terbungkam, sekarang tinggal siapa yang mau berjuang untuk menyatukan umat dalam satu kalimat? Baik itu dalam hal cara pandang mereka pada peninggalan para salaf ataupun yang berhubungan dengan batasan peneladanan mereka.
Tutup usia sang tokoh
Syekh Abdurrahman Assegaf ketika semakin lanjut usia, usaha dan perjuangan beliau untuk semakin dekat dengan Allah tak kunjung surut, beliau memanggil seseorang untuk membacakan Al Quran dan beliau mendengarkan dan terkadang dengan system tadarus, beliau dalam kondisi ini tidak satu hari pun tertinggal dari shalat jamaah di masjid.
Beliau juga masih mengarahkan anak-anak dan murid-muruid beliau untuk menggantikan beliau diwaktu-waktu mengajar dan hadhrah beliau, tak lupa beliau tetap dengan gigih menggembleng mereka untuk mempunyai jiwa bertanggung jawab.
Diantara aktivitas beliau di penghujung usia adalam penguatan akar madrasah Hadhramaut, sampai terpupuk ilmu, amal, kebiasaan, dan ibadah dalam jiwa pengikut beliau, konon beliau ingin menampilkan madrasah Hadrmaut seperti cetakan yang disiapkan oleh Al Faqih Al MUqaddam dan Al Imam Al Muhajir.
Beliau meninggal pada tahun 819 hijriah, kabar kematian beliau mengguncangkan lembah Hadhramaut, jenazah beliau diantar kekubur diiringi dengan banjir air mata, dan suasana duka yang mendalam, sementara semua hanya tuduk pada firman Allah,
الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إن لله و إنا إليه راجعون ألئك عليهم صلوات من ربهم و رحمة و ألئك هم المهتدون
Orang-orang yang bila tertimpa musibah mereka mengatkan segalanya dari Allah dan kepada-Nya lah semua akan dikembalikan, mereka berhak mendapatkan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Beliau dimakamkan di Zanbal diringi dengan bacaan Al Quran, fatihah, dan tasbih.
Putra beliau Syekh Umar Al Muhdhar menyitir bait syair tentang beliau:
ألا يا عين و يحك لا تنامي و بثي الدمع و اسقي كل ضامي
على فرق الذي قد صار منه جميع الجسم باك و العظام
Wahai mata jangan tidur bulirkan air mata dan berilah minum orang-orang yang haus akibat ditinggal orang yang telah mendarah daging dengan nya
و حبه قد تمكن من فؤادي و مسكنه قليبي باكتتامي
Orang yang cintanya telah menancap dihati dan bersarang di sanubari
أنوح أنا على فرقاه نوحا يشابه نوحه نوح الحمام
Aku histeris ketika berpisah bak histeris merpati
فغاب النور منا و اعتلانا بفرقاه ظلام كالقتام
Cahaya telah sirna berganti gulita sebab perpisahan ini
و يبكيه التهجد في الليالي و تبكيه القراءة في القيام
Tahajjud malam, tilawah dan salat menangisi mendiang
و مسكنه من الجنات عدن من الرحمن تختم بالسلام
Maqam beliau disurga Aden dan selalu mendapatkan salam dari Penciptanya.