Jika banyak negara atau kota berlomba-lomba menngadopsi gaya hidup yang
terdapat di negara-negara barat dalam setiap sendi kehidupannya, mulai
dari fashion, food, sampai pada infra strukturnya, maka adalah Tareem,
sebuah kota kecil dalam propinsi Hadlramaut, Republik Yaman adalah
sebuah kota yang layak kita sebut sebagai salah satu kota Islam
percontohan yang masih mampu bertahan dari arus westernisasi tersebut
dengan keragaman budaya yang unik yang hampir kesemuanya merupakan
bentuk derivasi dari prinsip-prinsip Syari’ah, yaitu Al-Quran dan
Assunnah.
Kota yang jumlah Masjidnya menyamai hitungan hari dalam setahun ini merupakan kota kecil yang masih tetap bertahan dengan tradisi dan budaya yang diwariskan turun temurun oleh para ulama’nya terdahulu, sehingga apabila berkunjung di kota ini, maka serta merta para pengunjung akan disapa oleh nuansa yang agamis, sederhana, dan jujur yang merupakan ciri kota kecil ini. Beberapa kesan yang barangkali jarang ditemukan di beberapa kota lain, kalau kita tidak menyebutnya mustahil.
Agamis, jujur, realistis, dan kepolosan yang sudah mengintegrasi dengan kota Tareem itu misalnya dapat kita lihat dari cara warganya dalam melestarikan tradisi dan budaya yang mereka warisi dari ulama’ pendahulu yang merupakan hasil akulturasi dari prinsip Syari’ah Islamiyyah. Pada tanggal 1 Muharrom kemarin contohnya, banyak warga muslim di berbagai belahan dunia merayakan pergantian tahun Hijriyyah dengan menggelar acara pengajian akbar untuk menyambut datangnya tahun baru Islam itu. Acara seperti itu paling tidak membutuhkan anggaran biaya yang lumayan besar sehingga konsekuensinya melibatkan masyarakat sebagai penyokong pasti. Hal ini secara tidak langsung menjadikan moment tahun baru Hijriyyah yang merupakan tahun resmi agama Islam itu sebagai beban tersendiri bagi masyarakatnya.
Sesuatu yang diwacanakan ini boleh jadi dinilai oleh sementara komunitas sebagai sebuah pembacaan yang berlebihan, terlebih hal tersebut merupakan tradisi yang dianut oleh mayoritas masyarakat Muslim Indonesia. Namun, tidak mungkinkah Muslimin mengganti budaya yang lebih menunjukkan image Isrof tersebut dengan tradisi yang lebih sederhana, apa adanya sehingga tidak menambah beban tersendiri bagi Masyarakat, dan yang pasti tetap bernuansa Islami ?
Warga Tareem misalnya, dalam hal menyambut pergantian tahun baru Hijriyyah kemarin memiliki tradisi yang sangat efisien dan relatif meminimalisasi pengeluaran anggaran yang mungkin bisa dijadikan percontohan yaitu dengan hanya berkumpul di Masjid Jami’ dan melakukan do’a bersama dan membaca dzikir dan sholat tertentu yang dipimpin oleh pemuka ulama’ setempat. Bahkan yang unik adalah pengakuan salah seorang pemuka ulama’ yang menuturkan bahwa mayoritas warga Tareem masih menjalankan ritus penulisan Basmallah sebanyak 130 kali dalam menyambut datanngnya tahun baru Hijriyyah tersebut. Kebiasaan ini, merupakan anjuran dari Rasulullah SAW.
Selanjutnya, mulai tanggal 1 Muharram para warga membaca do’a yang dianjurkan untuk dibaca sampai tanggal 10 Muharram. Hal itu kemudian disempurnakan dengan puasa pada tanggal sembilan dan sepuluh. Dan yang unik dari kota kuno ini, bahwa pada tanggal 9 dan 10 Muharram tersebut semua kegiatan ekonomi di kota tareem hampir bisa dikatakan berhenti total. Hal tersebut karena hampir semua warga setempat melakukan puasa sunnah.
Pada sore tanggal 9 Muharrom para warga berkumpul di masjid Syaikh Husain bin Abdillah Balhaj Bafadlal atau lebih dikenal dengan Masjid Syakroh untuk mendengarkan beberapa mauidloh dan hadist-hadist yang meneranngkan keutamaan bulan Muharrom. Selanjutnya pada malam harinya, acara serupa diadakan di Masjid Ba’Alawi atau Masjid Ali Bani Ahmad, sebuah masjid tua di kota Tareem. Pada acara tersebut hampir semua elemen masyarakat tareem ikut hadir tanpa terkecuali para ulama’nya.
Beberapa budaya yang telah mengintegrasi dengan kota Tareem dan merupakan derivasi dari prinsip-prinsip Syari’ah tersebut, selain merupakan sebuah budaya kota Islam percontohan juga merupakan bukti yang menegaskan kepada kita betapa pentingnya merevitalisasi cara pandang atau Worldview Islam yang dihaharapkan dengan itu Muslimin kembali pada agamanya dalam setiap sendi kehidupannya termasuk dalam berbudaya. ( Nawahgaff )