Pembagian Kewajiban Bagi Para Murid Dalam Menempuh Suluk
Dalam kitab “Mawahib al Rabb al Rauff” Hal. 115-116, disebutkan : Di antara perintah Syekh Ma’ruf – semoga Allah meridloinya – apa yang saya lihat pada tulisan Sayyid al Faqih Muhammad bin Umar Jammal –semoga Allah merahmatinya- dan gambarannya sebagai berikut : ini yang dapat aku ingat dari beberapa perintah Syekh Ma’ruf bin Abdullah Jammal terhadap para fakir dan muridnya:
1. Perintah untuk senantiasa melaksanakan segala perintah (agama) dan meninggalkan segala larangan, baik berada di daerahnya atau berpergian, berkhalwat (menyendiri) ataupun saat bersama manusia.
2. Bertaubat di setiap waktu, dan hendaknya setiap orang meluangkan waktunya di malam hari atau siangnya mengintrospeksi (muhasabah) dirinya pada hari itu, menghitung-menghitung tindakan, diam, perkataan, perbuatan, niat, dan obsesinya. Jika melihat sebuah kekeliruan atau niat yang tidak benar maka ia bersegera dengan merubahnya dengan niat baik dan meninggalkan kekeliruan itu.
3. Jika bertemu dengan lainnya maka bersalaman dan bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
4. Menjawab salam muslim yang ditemuinya, menshalati jenazahnya dan mengikutinya hingga dipendam. Kemudian membacakan untuknya al fatihah, ayat kursi, surat Yasin 41 kali, surat al Insyirah 4 kali, surat al Qadar 7 kali, al Nashr 4 kali, al Takastur 1 kali, al Kafirun 4 kali, al Zalzalah 2 kali, al Ikhlas, al Falaq, al Nass, masing-masing 3 kali, awal dan akhir surat al Baqarah, dan menghadiahkan pahalanya kepada mayyit, dan setiap mayyit orang muslim. Jika mayyit tersebut salah seorang dari para fakir (penempuh suluk) maka bergegas untuk mempersiapkan (pengkafanannya), menghadiri pemandiannya pada waktunya, menambahkan dalam bacaan surat al Baqarah dan Al Imran, demikian juga pada hari kedua dan ketiga. Kemudian membacakan surat al Ikhlas sebanyak 11 kali untuk seluruh penghuni kubur.
5. Terus-menerus dalam keadaan suci (taharah), dan tidak bercampur dengan orang selain para fakir (penempuh jalan akhirat).
6. Tidak memberatkan diri dengan pakaian, hendaknya memakai kopiyah dan sorban (di kepala), salah satu ujungnya di ulurkan ke arah pundak kiri searah dengan hati, dan memanjangkan sorban dikepala dengan tiga lipatan.
7. Shalat tasbeh dengan tata cara yang sudah diketahui.
8. Bangun malam seukuran bacaan 6 juz, shalat witr sebanyak 11 rakaat, jika terbit fajar hendaknya shalat dua rakaat, dan berdoa dengan doa yang sudah masyhur, kemudian shalat subuh dan berdzikir yang dianjurkan setelah itu, lalu membaca bacaan (hizb) mingguan, shalat 2 rakaat isyraq, berdoa pagi hari sesuai dengan apa yang sudah dibagikan kepada masing-masing yang terdiri dari doa-doa yang ma’surah. Kemudian membaca akidah, kebanyakan yang dibaca akidah Syekh Syarif Ali bin Abu Bakar Alawi, lantas madras (pelajaran) dalam bidang Fiqih, setelah itu pergi ke kediaman tuanku Syekh Ma’ruf sambil membaca salawat kepada Nabi Muhammad Saw. Dan keluarganya sebanyak 200 kali, kemudian 30 kali membaca shalawat di bawah rumah Syekhnya Syekh Ibrahim, baru kemudian mereka kembali ke masjid untuk menunaikan shalat dluha, setelah itu mereka sibuk dengan kewajiban belajar, membaca pelajaran, menulis, atau membaca wirid yang diamalkannya, hingga menunaikan shalat dluhur berjemaah, setelah madras kitab “Ihya’” kemudian membaca “Hasbiyallahu lailahaillahuwa alaihi tawakkaltu wa huwa rabb al arsy al adzim” ( cukuplah bagiku Allah, tiada tuhan selain Dia, kepadaNya aku berserah diri, dan Dialah pemilik Arsy yang agung).
Setelah shalat Ashar pergi menuju rumah Syekh Ma’ruf sambil membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarganya di saat menunggu kedatangannya. Ketika bersama, beliau bertanya keadaan masing-masing dan memberinya wejangan hingga matahari tenggelam, setelah itu bergegas ke masjid untuk shalat maghrib dan shalat sunnahnya. Menunaikan shalat Awwabin kemudian shalat Isya’, baru setelah itu melaksanakan kewajibannya masing-masing.
Pada hari senin dan kamis ditambahkan beberapa dzikir, anasyid, dan menyimak wejangan para Syekh - semoga dengannya Allah memberikan manfaat-.
Salah Satu Contoh Dari Wasiatnya
Ketahuilah – semoga Allah memberimu taufik – bahwa berbaik sangka dan bersama dengan para arifin (ahli makrifat) serta mencintainya adalah maqam (derajat) yang tidak dapat diraih kecuali oleh orang-orang khusus. Tidak didapatkan dengan suluk, kecapekan dan beban berat dalam beribadah, yang demikian itu adalah maqam tersendiri, orang yang berada di maqam ini adalah mereka yang dadanya terbebas dari segala penyakit hati. Manfaat (tujuan) dari kebersamaan bersama dengan para Syekh adalah berakhlak (berperilaku) dengan akhlak mereka dan berpegang teguh dengan prinsip hidupnya serta tindak-tanduknya. Dengan syarat istar (mengedepannkannya), akhlak yang terpuji, sabar, tidak minta pamrih, meninggalkan kebisaan (jelek), melawan ajakan hawa nafsu tabiat, meninggalkan perdebatan dan memata-matai orang lain, senantiasa menjadikan hati bersama Allah dengan meninggalkan segala apa yang selain Allah, dengan senantiasa merendahkan diri, menghapus segala sifat yang tercela, dermawan, murah hati, menginfakkan hartanya, memaafkan, kembali kepada Allah SWT, ridlo, bersyukur, meninggalkan kecongkakan, dan prasangka dan hawa nafsu, mematikan nafsu, berpelilaku dengan akhlak Rasulullah Saw, menikmati apa yang ada dalam al Quran, tidak membedakan antara emas, perak dan batu, melihat derita yang datang dari musuh di mana para pecinta dunia terjatuh kedalamnya, mengembalikan segala daya dan upaya dalam setiap kebaikan dan kejahatan kepada ketentuan qada’ dan takdir.
Inilah yang kami minta dari para sahabat, siapa yang menemukan hal itu maka bumi (dirinya) subur dan berhak untuk menerima siraman air hujan dan dengannya memasuki pintu Yang Maha Kuasa, hal ini adalah sesuatu yang sangat besar nilainya, suhbah (kebersamaan) bukan dengan banyak berkunjung dan bersenda gurau yang menyebabkan kotornya diri dengan dosa. Jangan mengira bahwa dosa itu terbatas kepada yang tampak saja, seperti membunuh dan zina, akan tetapi termasuk juga kesombongan, hasud, ujub, mengikuti hawa nafsu, sering bersama orang yang tidak sejalan dengan kita, barang siapa yang memiliki salah satu dari sifat-sifat di atas maka Allah akan mengadzabnya, barang siapa yang menceburkan dirinya pada hal itu maka kewajiban kita (untuk mengangkisnya) barang siapa yang menghindarinya maka kita bersama mereka, kerjakanlah perintah Allah dan jauhi larangannya, teruslah bertakwa, mintalah kepada kami atas apa yang telah Rasulullah jelaskan dan siapa ingin sesuatu dari kami maka kami akan memberinya, Syekh (pembimbing) yang bermanfaat adalah yang menunjukimu tentang celamu, dan bermanfaat bagimu di akhirat, bersahabat dengan orang yang sering memuji adalah pengkhianatan dalam agama, kami telah meluaskan jaringan untuk mereka yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Barang siapa yang termasuk di dalamnya maka kami membentangkannya dan tidak menyelidiki (kebenarannya), hanya Allah yang akan mengurusnya.
Apa yang diisyaratkan oleh para ahli makrifat tiada lain kecuali hanya agar senantiasa bersama mereka, manfaat persahabatan tidak terasa kecuali di akhirat hingga salah seorang dari mereka merasakan nikmat yang sangat besar, dan berkata “Apa yang kami peroleh tidak sepadan dengan apa yang kami perbuat”. Maka Allah SWT berfirman : “Apa yang kalian peroleh disebabkan oleh keberadaanmu bersama orang (para Arifin) di zamanmu, maka mereka memuji dan bersyukur. Dalam Hadis Rasulullah Saw. Disebutkan : “Orang yang saling mencintai berada di atas mimbar dari cahaya, hingga para Nabi dan orang syahid menginginkan sepertinya. Barang siapa yang hatinya diterangi oleh Allah dan memberinya taufik, menghadapNya dengan kerendahan diri (menganggap dirinya tidak berharga), dan ketundukan, maka ia beruntung bersama kami dan kami beruntung dengannya, pandangan (Allah) menyampaikannya kepada derajat yang sangat tinggi, pangkat dan maqom yang sangat agung, dan sebaik orang yang memberi syafaat adalah kami jika umat manusia menuju kepada kami .
Sanad Khirqoh Yang Dimiliki Syekh Ma'ruf Bajamal
Sayyid al Faqih al Tilmidz al Akbar Muhammad bin Umar Jammal – semoga Allah merahmatinya dan dengannya memberi manfaat – berkata : “Ketahuilah bahwa para Syekh yang mana Allah menghidupkan agama dengan keberadaannya di daerah Hadramaut ada empat, kita akan sebutkan sanad khirqahnya (sebuah pakaian yang meresmikan seorang untuk menyandang pangkat Syekh), yaitu :
1. Sanad khirqah Sayyiduna dan Syekh kami, Syekh dari para Arifin, Syekh al Murabbi, al Qutb Abu Muhammad Ma’ruf bin Abdillah Jammal Muadzin Syibam. Aku sebutkan di bagian pertama karena beliau adalah Syekh dan tuanku, seorang hamba mesti menurut kepada tuannya. Kami telah dipakaikan khirqahnya – Alhamdulillah – melalui tangannya yang mulya dan limpahan barakahnya kami rasakan. Syekh kami terdidik, mengambil ilmu tasawuf dari gurunya Syekh Ibrahim bin Abdullah Harmaz, dari pamannya Abdurrahman, dari Abu al fath Muhammad bin Abu Bakar bin al Husain al Ustmani, dari Ismail bin Ibrahim bin Abdussamad al Hasyimy al Jibraty, dari Syekh Abu Bakar bin Muhammad al Sufi, dari Syekh Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Yusuf al Asdy, dari Syekh Abu Bakar bin Muhammad bin Ali bin Naim, dari Abu Ahmad Muhammad bin Ahmad bin Abdullah al Asdy, dari Syekh al Shamit Abdullah bin Yusuf bin zurbah, dari Syekh Abu Muhammad Abdullah bin Ali bin Husain al Asdy, dari Syekh al Qutb Muhyiddin Abdulkadir al Jailani al Husaini, dari Syekh Abu Said al Mubarak bin Ali al Makhzumi, dari Syekh Abu al Hasan Ali bin Ahmad al Hakary, dari Syekh Abu al Farj Muhammad bin Abdullah al Thurtusy, dari Abu al Fadl Abdulwahid bin Abdulaziz al Tamimi, dari Ustadz Abu Bakar al Syibly, dari Sayyid al Atthaifah al Junaid al Baghdadi, dari al Sari al Saqaty, dari Ma’ruf al kurkhi, beliau mengambil dari dua jalan : pertama dari Sulaiman al Thaai, dari Abu Muhammad Habib al Ajami, dari al Hasan bin al Hasan al Bashri, dari Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib. Yang kedua dari Ali bin Musa dan Daud al Thaai. Ali bin Musa berasal dari Ayahnya Musa al Kadzim, dari Ja’far al Shadiq, dari Ali Zainalabidin, dari al Husain bin Ali, dari ayahnya Ali bin Abu Talib….
2. Sanad khirqah al Syekh al Kabir Muhammad bin Ali Alawi, “al Faqih al Muqaddam” semoga dengannya Allah memberikan manfaat. Keluarga Ba Alawi menisbatkan khirqah kepadanya.
3. Sanad khirqah Syekh Said bin Isa al Amudy, dari Syekh Abdullah bin Ali al Maghriby, dari Syekh Abdurrahman al Maq’ad, dari Syekh Abu Madyan, dari Syekh Abdulkadir al Jailani. Semoga dengannya Allah memberikan manfaat.
4. Sanad khirqah Syekh Abdullah Abbad semoga dengannya Allah memberikan manfaat, ia mendapat talbis (sanad khirqah) dari Syekh Ahmad bin Abu al ju’d, dari al Faqih Salim, dari Syekh Ali al Ahdal, dari al Haddad, dari Syekh Abdulkadir al Jailani. Sekian. Di Hadramaut tidak dikenal selain khirqah yang empat tersebut .
Derita Yang Menimpa Syekh Ma'ruf Bajamal dan Kesabarannya
Syekh Ma’ruf bertempat tinggal di Syibam, di daerah itu beliau menyebarkan tarekat dan mengajak kepada Allah dengan meniggalkan selainNya, tidak meminta imbalan dan pamrih, akan tetapi tetap menerima celaan dari masyarakat, beliau keluar dari daerah Syibam 3 kali.
Pengarang kitab “al Mawahib” Hal. 155 menyebutkan : “Beliau –semoga Allah meridloinya – keluar dari Syibam sebanyak 3 kali, ia mendapatkan derita sebagaimana Rasulullah alami.
Pertama kali beliau keluar ke “Sul” yakni sebuah tempat jaraknya sekitar marhalah dari Syibam, pada tahun 945.
Kemudian keluar ke daerah “Indal” pada tahun yang sama, setelah setahun ia kembali ke Syibam.
Pada ketiga kalinya beliau keluar ke sebuah tempat yang bernama “Bighlah” tempat itu adah tempat pengasingannya dikali ketiga, “Bighlah” sebuah Qaryah di Dauan berjarak sekitar 3 marhalah dari Syibam, peristiwa itu terjadi pada akhir Sya’ban tahun 959.
Sebelum keluar beliau berkata : “Allah telah menjadikanku agar menerima apapun dari manusia untuk keselamatan di akhirat, dan pertama yang akan mendapat balas dendam adalah dari kepalaku ini, aku telah diberikan pangkat dengan keseluruhan dan aku melipatnya laksana lipatan tikar tidak menyisakannya kecuali sedikit (semua pangkat telah aku sandang) kemudian ada yang memanggilku : “Tinggalkanlah semua ini, maka aku tinggalkan, dan manusia harus diajak untuk sampai kepada Allah, di antara mereka ada yang sampai dengan jalan kebaikan sebagian yang lain dengan mengalami berbagai macam ujian.
Pengarang kitab “Mawahib al Rabb al Rauuf” Hal. 157 menyebutkan : “Tuanku Syekh – semoga Allah menyucikan arwahnya – sering menyebut tentang keluarnya yang terakhir sebelum terjadi dalam waktu yang lama, hal itu setelah mendapat kabar dari gurunya Syekh Abdurrahman Ba Harmaz –semoga Allah merahmatinya – sebagaimana diriwayatkan juga oleh banyak orang dari al Faqih al Arif Billah Umar bin Abdullah bin Ahmad Makhramah – semoga Allah merahmatinya – beliau berkata : “Di saat menjelang wafatnya tuanku Syekh Abdurrahman bin Umar Ba Harmaz – semoga dengannya Allah memberikan manfaat – beliau mengutus kepada Syekh Ma’ruf bin Abdullah Muadzin Jammal di waktu masa suluknya untuk menemui Syekh Ibrahim bin Abdullah Harmaz di Syibam sebelum tampil kepermukaan sebagai seorang Syekh. Tatkala berada bersamanya, Syekh Abdurrahman berkata : “Kami akan mengatakan sesuatu kepadamu, apakah kamu menerimanya? Syekh Ma’ruf berkata :”Katakan apa yang engkau ingin katakan”, Syekh Abdurrahman menimpali : “Kami ingin membebanimu, bahwa Sultan Badr adalah kewajiban dan amanahmu, ia akan bermualah denganmu”, Syekh Ma’ruf berkata : “Saya terima..” kemudian Syekh Abdurrahman berkata lagi :”Walaupun ia akan mengeluarkanmu dari daerahmu? Syekh Ma’ruf berkata : “Iya”.
Ketika Syekh Ma’ruf dikeluarkan untuk ketiga kalinya sebagian para fakir (pecinta akhirat, yakni muridnya) ada yang merasa risau, lantas beliau berkata kepada mereka :”Ketahuilah bahwa dunia ini tempat lara dan nestapa, tidak terpengaruh dengannya kecuali mereka yang lemah akal dan lemah keyakinan, tidak menginkarinya kecuali mereka yang tidak memiliki ilmu, dan mengadu kepada ahli dunia merupakan pengaduan dari Allah, Barang siapa yang melihat bahwa yang melakukannya adalah Allah SWT, bahwa semua derita akan menyampaikan kepada hal yang paling utama di sisi Allah, maka ia akan rela dengan apa yang ia alami. Barang siapa yang berbuat tidak baik dengan orang-orang utama maka ia tidak akan memiliki apa yang ada padanya.
Suatu hari aku duduk dengan sebagian Arifin, kemudian datanglah anaknya dengan kepala berlepotan darah, ia berkata : “Saya menginkari perbuatan keji (Fahisyah) maka aku mendapatkan hal ini”, kemudiah sang ayah berkata : “Kami rela terhadap apa yang kamu timpa”, kemudian ia menoleh kepadaku dan berkata : “Apa yang berhak ia dapatkan sebagai balasan? Aku jawab “Engkau lebih tahu dengn maqom dan dirimu dalam hal ini”. Maka ia berkata :”Demi dzat yang tidak ada tuhan selain Dia, aku tidak menolak taubat dan ampunannya kecuali dengan apa yang dilakukan terhadap anakku ini, dan sesungguhnya apa yang aku ketahui antara aku dengan Allah, dan ini adalah pilihanku .
Seseorang datang kepada guruku Syekh Ibrahim dan berkata: “Wahai tuanku sesungguhnya fulan dan fulan memotong pohon kurmamu dan memukul putramu”. Tuanku berkata: “Mereka adalah kaum yang menjauh dari Allah SWT, dan perbuatannya itu merupakan sebab dari taubatnya, dan pelakunya adalah Allah. Pemilik maqom ini adalah pemilik keselamatan dan padanya tidak ada pamrih di dunia ini maupun di akhirat, jika Allah menentukan kepadanya musibah di dunia ia rela dengan penciptanya dan memaafkan pelakunya, sebagaimana Allah telah mengingikannya dan ia menikmati musibah itu karena Allah telah memilih untuknya. Mereka tidak menyaksikan bahwa penggerak dan yang mendiamkan tidak lain atas ketentuan Allah SWT, sehingga ia akan terbebas dari segala perbuatan makhluk dan sifat-sifatnya, seorang tidak pernah terusik jika berpandangan seperti ini, apakah alam semesta ini bersaksi kecuali persaksian sang pencipta alam.
Orang-orang pilihan tidak seperti orang awam (kebanyakan manusia), jika di hati seorang murid terdapat perasaan untuk membalas perbuatan jahat dengan kejahatan semisalnya maka terlepaslah kepalanya, bahkan jika ia menyebut perbuatan jeleknya maka imannya telah tercabut, di antara mereka yang menyampaikan amar makruf dan nahi munkar akan mendapatkan anugerah dari Allah SWT, adapun saya maka kelapanganku untuk al qabd (bertahan) lebih banyak dari pada bast (menyampaikan segalanya), pemilik maqom ini senantiasa tenang bersama Allah, pada jiwanya tidak terdapat perasaan, ilmu, atau amal perbuatan. Ia tidak melihat kehidupan dan apa yang ada di dalamnya, juga akhirat dan segala kenikmatannya, akan tetapai tuntutan dan keinginannya adalah tuhannya, disaat mereka mendapatkan apa yang diinginkannya maka ia lupa selainnya,…alam semesta beserta isinya .
Syekh Ma'ruf di Daerah Budhah
Pada Halaman 163 pengarang kitab berkata : “Kemudian tuanku – semoga Allah meridloinya – berjalan bersama pengikutnya ke daerah Budhah, di situ beliau di terima oleh Syekh al Jalil Ustman bin Ahmad al Amudy, ia menyambut kedatangannya dengan sambutan hangat dengan segala kemurahan hati, ia mempersilahkannya dengan penghormatan yang tinggi, beliau gembira dengan kedatangannya dan menempatkannya beserta para fakir (pengikutnya) di sebuah rumah demikian pula rombongan perempuan di tempatkan di rumah yang lain. Memperlakukannya seakan-akan mereka berada di daerah sendiri, dan menyampaikan pengetahuan kepada mereka secukupnya.
Pada saat itu Syekh Ustman tidak banyak memiliki sesuatu (keduniaan) hatinya sibuk dengan Sultan Badr, maka dari itu ia banyak mendapatkan kebaikan, barakah, kekuasaannya meluas, mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, ia diberikan anugerah yang luas, banyak dari para wali dari jauh yang mendekat kepadanya dan dengan barakahnya Sultan Badr memberikannya kekuasaan. –semoga Allah memberikan manfaat dari apa yang bersumber dari dirinya -.
Pengarang kitab “Mawahib al Rabb al Rauff” Hal. 169 : “Menurut apa yang aku dengar dari kata-katanya di saat pertama kali berkunjung ke daerah Dauan pada tahun 967 dan majlisnya yang diselenggarakan untuk umum setelah menerangkan tentang anjurannya agar seyogyanya seorang hamba dapat memikul derita dari orang lain, berdoa kebaikan bagi siapa yang mendzaliminya serta memberinya syafaah, beliau berkata : “Sesungguhnya setiap malam aku mengunjungi semua orang yang mati, aku membaca tahlil, membaca al Quran dan menghadiahkan pahalanya kepada mereka, aku mulai dari para penentang dan yang menyakitiku sebelum kerabat dan orang-orang yang mencintaiku.
Contoh Surat Syekh Ma'ruf Bajamal
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah pemilik semesta alam dan isinya. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad utusan dan hambaNya, keluarga dan sahabatnya.
Selanjutnya,berkata hamba yang fakir kepada anugerah Allah SWT, pelayan kecil umat Islam Ma’ruf bin Abdullah Jammal Muadzin semoga Allah menjaganya sebagaimana Dia menjaga hamba-hambanya yang shaleh mengajarkannya sebagaimana hambanya yang bertakwa diajari dan menolongnya sebagaimana hamba pilihannya yang dekat dengan tuhannya. Tuanku yang aku cintai karena Allah al Faqih Ali bin Ali Ba Yazid semoga Allah menambahkan ilmu, hilm (tidak tergesa-gesa dalam segala hal) dzauq, dan pemahaman : Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Telah sampai tulisan dan apa yang engkau sampaikan dari kebaikan yang berlimpah, anugerah yang tinggi dan luar biasa, cukuplah engkau bagi kami. Adapun aku wahai tuanku sesungguhnya diriku bergantung kepadamu khususnya , begitupula sejumlah saudaramu dari umat Islam secara umum, berada dalam cinta yang mendalam dan murni, kedekatan dan kebenaran cinta dan rindu sekian lama mengusik, hatiku bersaksi kepadamu dengan apa yang berada padamu, sebagaimana yang dituturkan oleh tuanku al Imam Ali bin Abi Thalib – semoga Allah memulyakan wajahnya - :
Sebenarnya hati menagih (meminta) terhadap kecintaannya, Maka jernihkanlah perasaanmu tentang diriku hal itu sudah cukup bagiku. Janganlah bertanya kepada manusia tentang apa yang ada di hati mereka, apa yang ada di hatiku tentang mereka cukuplah bagiku.
Ketahuilah bahwasanya arwah itu adalah kelompok yang terdiri dari satu sama lain, telah saling mengenal di Azal, dan di duniapun mereka akan merasakan kecocokan. Demi Allah kami mencintaimu melebihi cinta kami kepada diri kami, sebab engkau adalah ahli agama dan pimpinan umat Islam, hati kami senantiasa mendoakanmu, akal pikiran terus mengingatmu.
Seingatku engkau menghadiahkan kepadaku sesuatu yang berharga dan persembahan yang mulya, demi Allah sesungguhnya hatiku sangat gembira dan demi Allah hadiah tersebut sangat aku sukai dan rela mengorbankan jiwa dan raga, harta dan segala kemampuanku, jika Allah menunjuki seseorang kepada Islam. bagaimana kalau lebih dari itu, untuk para putra Saadah ada kebersamaan khusus, Allah menganugerahkan kepadaku agar menjadi seorang pelayan, Allah mewahyukan kepada Nabi Daud As. “Wahai Daud…Barang siapa yang menginginkanKu maka jadilah engkau pelayannya, maka Aku akan menuliskan untukmu sebagai orang yang tahu baik dan jeleknya sesuatu dan orang yang syahid.
Wahai tuanku jadilah engkau seperti ini bagi kami, maka beruntunglah siapa yang engkau tunjuki , semoga engkau mendapatkan balasan yang lebih baik, engkau adalah bagian dari siapa yang engkau tunjuki, janganlah engkau melupakan kami dalam doamu yang mustajabah, Aku mengadu kepada Allah yang mengetahui, kemudian kepada engkau mengenai terbaliknya zaman dan pergantian agama, gelapnya tempat dari tuntunan agama dan apa yang telah ditentukan oleh bukti kebenaran (al Quran dan Sunnah). Allah SWT telah berfirman :
áÞÏ ßÇä áßã Ýí ÑÓæá Çááå ÃÓæÉ ÍÓäÉ
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik”. (23:21)
Rasulullah Saw. Bersabda : “Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin sepeninggalku, gigitlah dengan gigi taringmu. (maksudnya berpeganglah kepada mereka jangan sampai terlepas)
Dan kita telah tahu tentang apa yang datang dari Rasulullah Saw. Bahwasanya beliau adalah seorang yang fakir (tidak memiliki apa-apa) dari dunia, sosok yang miskin dan menyukai orang-orang yang miskin, beliau tidak bermalam dengan dirham atau dua dirham di rumahnya, mencampakkan tali sandalnya yang bagus dan menggantinya dengan yang lapuk, seraya berkata :”agar tidak menyibukkanku” mengedepankan kepentingan manusia. Meninggalkan keinginan hawa nafsunya yang suci, sebagai tauladan pembawa syariat kepada umatnya tidak terpengaruh oleh caci maki ketika berada di jalan Allah, tidak marah dan menuntut untuk dirinya, akan tetapi marahnya ketika hak-hak Allah dilanggar, pakaiannya adalah adab “Allah membimbingku maka baiklah adabku” dasar perilakkunya adalah akhlak “Bahwa aku tiada lain kecuali diutus untuk menyempurnakan akhlak” Allah SWT berfirman :
æÅäß áÚáì ÎáÞ ÚÙíã
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (68 : 4)
Rasulullah Saw. Berkata : “Akhlak yang terpuji melampaui kebaikan dunia dan akhirat”.
Beliau tidak bangga kecuali dengan kefakiran, dan Abu Bakar al Shiddiq Ra tidak menyisakan dunia sedikitpun untuk dirinya. Seluruh ahli suffah adalah orang-orang fakir, juga yang lainnya. Beliau memaafkan siapa yang mendzaliminya dan menyambung tali persaudaraan siapa yang memutuskannya, berbuat baik kepada siapa yang berbuat jelek kepadanya, beliau adalah bapak dari umat Islam dan rahmat (kedamaian) terhadap seluruh sekalian alam. Sikapnya adalah sabar, pemaaf, lemah lembut, zuhud, dermawan, murah hati , wara’, berpegang kepada kebenaran, amanah, berkharisma, menjaga diri dari hal yang tidak patut, halus pekertinya, pengasih dan penyayang, menasehati, mengeluarkan kemampuannya (untuk kepentingan umat), mementingkan orang lain, menyadari akan kebenaran (tidak fanatik), menolong sesama, tenang, beribadah, bersungguh-sungguh dan bersyukur.
Beliau Saw. Berkata : “Kesenanganku adalah Shalat” beliau beribadah hingga kedua kakinya membengkak, dikatakakan kepada beliau : “Mengapa engkau lakukan itu, padahal Allah telah mengampuni apa yang telah engkau perbuat dan yang akan engkau perbuat”? beliau menjawab : “Apakah aku tidak menginginkan menjadi hamba yang bersyukur?”. Beliau memilih akhirat yang akan datang daripada dunia yang ada.
Beliau melilitkan batu di perutnya untuk menahan rasa lapar, cukup dengan segenggam kurma jelek. Putrinya Fatimah Ra. Memiliki pakaian jika ia menutupi bagian atasnya maka bagian bawahnya tersingkap, jika ia menutupi bagian bawahnya maka bagian atasnya terbuka, melakukan sendiri dalam mengaduk makanan hingga tangannya membengkak – semoga Allah meridloinya -. Sedangkan Ali Ra. Mengambil air minum hingga kedua pundaknya membengkak, semua itu ia lakukan karena tidak ada orang lain, maka kemudian mereka berdua meminta kepada Raslulullah Saw. Seorang pelayan untuk membantu keduanya, Rasulullah Saw. bersabda : “Aku tidak akan mempercepat pahala (balasan) kepada kalian berdua”. Dan bersabda : “Rumah kita adalah syurga” kemudian beliau mengerjakan keduanya tasbih, padahal Rasulullah Saw. Memiliki ghanimah (harta rampasan) dari orang kafir, beliau memberikannnya kepada orang-orang yang baru memeluk Islam dan membiarkan dirinya, istri dan kerabat karena mementingkan akhirat daripada dunia. Padahal –sebagaimana dikatakannya- jikalau beliau mau gunung hijaz menjadi emas maka Allah akan mengabulkan hal itu.
Kemudian para khulafa al Rasyidin dan generasi setelahnya seperti al Imam al Haq Umar bin Abdul Aziz. Ketika menjadi seorang khalifah bajunya hanya berharga lima dirham. Kemudian mensuri tauladani para pengikut yang sejalan dengan mereka . Hingga sampai kepada kita zaman yang terbalik. Manusia berbondong-bondong mencari dunia, meninggalkan Allah dan akhirat karena sibuk dengan keduniaan, meninggalkan ahklak yang terpuji, tidak mau beramal, di antara mereka terjadi permusuhan dan perselisihan, Allah mencukupkan mereka dengan rizki, dan menjaminnya, mereka tidak merasa cukup dengan apa yang telah terjamin. Allah memerintahkan mereka untuk beribadah dan kembali kepada Allah akan tetapi mereka menentang, dimanakah berada orang-orang yang berakal dan beragama, Allah berfirman :
æãÇ ÎáÞÊ ÇáÌä æÇáÅäÓ ÅáÇ áíÚÈÏæä
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (al Ahzab :56)
Allah membanyakkan pahala dalam agamanya, dalam mengikutinya serta dalam mensuritauladani perilaku terpuji. Walaupun demikian mereka memasukkan dirinya kepada hal yang tidak berguna dan hal-hal yang rendah. Bahkan mereka tidak cukup hanya dengan kemaksiatannya, hingga memberanikan diri untuk berdalih dengan para ulama yang terdahulu, seraya berkata : “Bahwa fulan dari salah seorang sahabat dan si fulan dari tabiin dan si fulan dari para ahli agama mengumpulkan harta”.
Mereka menjadikan dirinya yang hina dan hatinya yang busuk disamakan dengan jiwa dan hati mereka (para salaf) yang suci. Apakah mereka mengumpulkan harta sama dengan mereka mengumpulkan harta, apakah kesibukannya sama dengan kesibukan mereka? Rasulullah Saw. Bersabda : “Orang mukmin laksana bangunan satu sama lain saling mengisi”
Sungguh yang kami minta dari kalian wahai anak-anak, pergunakanlah kesempatan yang ada, obsesi dan semangat. Marilah kita tujukan untuk Allah. Tidak ada yang lain bagi kalian kecuali bermuwajahah, dan kami cukupkan bagi kalian waktu di akhir malam, jangan takut dengan apa yang kami minta dari kalian, kami akan memperhatikan dan menjaga kalian di tempat kalian. Bergegaslah kepada Allah dan biasalah bersama Allah sebisa mungkin , karena sesungguhnya urusannya sangatlah besar dan masalahnya genting, janganlah merasa sulit, karena demi Allah sesungguhnya tidak ada tabir, majulah demi Allah tidak akan ada rintangan, berserah dirilah, demi Allah engkau tidak akan menemukan sekutu, berbuatlah kebaikan di zaman ini, dan beritahulah sahabatmu akan hal itu, Allah akan menambahkan anugerahNya yang banyak, di antara kita tidak ada pembeda maupun tabir, tidak mungkin hal (keadaan yang sesungguhnya) akan tersingkap. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh .
Bersambung...