Makam ‘Abad bin Bisyir Al-Anshari berada di Desa Lisiek, 30 menit
perjalanan darat dari Tarim. Beliau adalah sahabat Nabi Muhammad saw
yang sangat masyhur di kalangan para penghuni langit, bahkan melebihi
kemasyhurannya di kalangan penghuni bumi. Kemasyhurannya di langit dan
di bumi tidak terlepas karena semangat ibadahnya yang begitu besar.
Sejarah mencatat bahwa ‘Abad bin Bisyir meninggal saat dalam perjalanan berdakwah di daerah Hadhramaut, Yaman. Keturunan aulia ini masih bersambung sampai sekarang. Saat ini, keturunannya dikenal dengan nama julukan Al-Khatib (juru dakwah) yang dipakai di akhir nama mereka masing-masing
Bagi masyarakat Hadhramaut --khususnya warga di kota Tarim, ada waktu khusus untuk menziarahi makam Sahabat ini, yaitu pada hari Senin di minggu terakhir bulan Muharram.
Ada tantangan tersendiri saat menziarahi makam ‘Abad bin Bisyir. Butuh perjuangan kuat untuk mencapai makam beliau. Makamnya terletak tepat di Ghurab, salah satu gunung di Desa Lisik yang menjulang tinggi. Untuk mencapai makam, para peziarah harus berjalan menanjak mengikuti jalan setapak yang masih berbatu.
Salain karena memang ingin menziarahi makam, tantangan inilah yang menarik perhatian saya hingga berziarah tiga kali ke makam ‘Abad bin Bisyir. Apa pun itu, para peziarah tetap harus menjaga niatnya.
Butuh waktu sekitar 30-40 menit untuk tiba di makam ‘Abad bin Bisyir. Selain menguras tenaga, cuaca panas juga menjadi tantangan tersendiri untuk mencapai makam ‘Abad bin Bisyir. Karena itu, tidak semua orang bisa sampai di makam beliau, karena tidak sanggup mendaki gunung berbatu itu.
Ketika pertama kali saya berziarah ke makam ‘Abad bin Bisyir, ada satu hal yang membuat saya heran, yaitu lokasi makam beliau yang sulit untuk dijangkau. Timbul pertanyaan, siapa yang memakamkan beliau di atas gunung ini? Ternyata oh ternyata, yang memakamkan beliau di atas gunung itu bukanlah orang biasa, melainkan para malaikat. Keheranan saya terjawab sudah oleh Habib Umar bin Hafidz dalam ceramahnya ketika ziarah ke makam ‘Abad bin Bisyir.
Ketika sampai di area makam, mau tidak mau kami harus beristirahat sekitar 10 menit untuk mengatur napas dan menghilangkan keringat. Setelah suasana sudah mulai santai, barulah kami melanjutkan ziarah dengan tertib bacaan yang sudah tertera di kitab kecil yang kami bawa.
Acara ziarah tahunan ini juga dihadiri Al Habib Umar bin Hafidh, Al Habib Kadhim, Syeikh Umar Husein Al Khatib, puluhan habaib, tokoh masyarakat serta warga yang berbondong-bondong menghadirinya. Acara selesai menjelang dhuhur. (EAA)