Tarim - Jumat (23/2). Ada gula ada semut. Kiranya seminar yang dihelat
semalam di Auditorium Utama Universitas al-Ahgaff, dengan tepat
menggambarkan peribahasa di atas. Acara yang bertemakan “Eksistensi
Santri Dalam Kejayaan NKRI” ini menghadirkan al-Habib Dr. Muhammad Segaf
bin Hasan Baharun, Pimpinan Pondok Putri Ma’had Darul Lughah wa
ad-Dakwah (DALWA) sekaligus Rektor Institut Agama Islam DALWA, sebagai
pembicara.
Sebagai gula, tentu kehadiran Habib Segaf mengundang kehadiran “semut-semut”. Benar saja, auditorium al-Ahgaff yang luas tidak mampu menampung antusias para penuntut ilmu yang datang dari berbagai instansi untuk ikut mengambil manfaat dari “manis”nya ilmu beliau.
Massa membludak sampai keluar ruangan. Habib yang terkenal dengan kerendahan hatinya ini membawa seminar berjalan dengan santai dan kekeluargaan. Waktu yang bergulir semakin malam pun tidak mampu menyurutkan semangat mereka yang hadir. Nasihat demi nasihat beliau sampaikan dengan sesekali diselingi canda-canda ringan untuk menghangatkan suasana.
Adapun beberapa poin yang beliau sampaikan dalam seminarnya antara lain:
. Santri memiliki peran penting dan sumbangan yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam mengantarkan Indonesia mencapai kemerdekaan. Namun perjuangan santri untuk membangun NKRI masih belum selesai, dan salah satu senjata penting yang harus dimiliki santri saat ini adalah pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi adalah salah satu cara dakwah Islam. Jadilah doktor, profesor namun dengan tetap mengedepankan pribadi santri dan menggunakan itu semua untuk membangun negeri.
. Santri adalah kunci perubahan dunia. Hal itu disebabkan karena sistem pendidikan di pesantrenlah yang berjalan bersesuaian dengan zaman. Sistem pendidikan di luar pesantren semakin tinggi tingkatnya justru semakin bobrok, berbeda dengan pesantren.
. Jika ingin Indonesia maju dan berkembang, maka terlebih dahulu perlu adanya perubahan mental bangsa Indonesia. Perubahan mental ini hanya bisa terwujud dengan mengubah sistem pendidikannya dimulai dari penanaman iman dan takwa sejak dini.
. Santri kelak akan menjadi ulama. Maka penting untuk diresapi bahwa ilmu dan ulama adalah milik umat. Karenanya, tugas santri dan ulama adalah mengabdi untuk umat dengan penuh totalitas dan tanpa pamrih.
. Untuk mengembangkan dakwah dan pendidikan dibutuhkan dua hal yang sangat mendasar, yaitu niat dan kemauan. Dua hal ini yang menjadi bekal seorang pendakwah dan pendidik, sedangkan hasilnya hanya Allah SWT yang menentukan. Tugas kita hanya berusaha semaksimal mungkin.
. Barangsiapa yang memuliakan ilmu, ia akan dimuliakan Allah SWT. Dan mereka yang menghinakan ilmu maka akan dihinakan oleh Allah SWT.
. Ulama harus berperan dalam politik meskipun secara tidak langsung. Hal itu karena politik juga merupakan bagian dari Islam. Dan alangkah baiknya jika mereka yang berpolitik juga berjiwa santri agar tercipta politik yang bersih.
. Keintelektualan seseorang berkembang dari apa yang ia baca, yang ia dengar, dan yang ia pelajari.
. Hidup adalah kesempatan, dan kesempatan harus diperjuangkan, dan perjuangan membutuhkan pengorbanan.
. Pentingnya bersikap rendah hati. Ayah beliau dulu pernah berkata bahwa mereka yang biasa memandang dirinya tidak lebih baik dari orang lain hidupnya akan tenang, karena tidak akan dihantui perasaan ingin dihormati dan lain sebagainya.
Demikian poin-poin yang beliau sampaikan. Kemudian acara yang diprakarsai PPI Yaman, PPI Hadramaut, al-Qurba, AMI al-Ahgaff, PCI NU Yaman, dan FMI Yaman ini ditutup dengan doa dan pemberian ijazah selawat langsung dari Habib Segaf bin Hasan Baharun. (Haidar as-Segaf)