Para pakar bahasa sepakat bahwasanya Hadramaut tersusun dari dua kata
yaitu: "Hadra" berarti hadir dan "Maut" berarti kematian. Asal mula
penamaannya masih menjadi perdebatan karena banyak riwayat cerita.
Salah satunya adalah, pada waktu itu di bagian selatan lembah Arab (Hadramaut) tinggal seseorang yang paling ditakuti oleh semua keluarga, bani, suku dan kabilah di seluruh Arab. Orang tersebut bernama Amir bin Qahtan, dia ditakuti karena keberaniannya, kejeliannya dan keperkasaannya. Setiap kali Amir bin Qahtan berpartisipasi dalam sebuah perang maka tempat tersebut akan berubah menjadi lembah kematian. Karena itulah suku-suku Arab pada waktu itu menamai tempat Amir Bin Qahtan tinggal sebagai Hadramaut".
Hadramaut sendiri adalah salah satu provinsi yang terletak di negara Yaman. Dan, Yaman adalah suatu negara di kawasan timur tengah di benua Asia.
Mulanya, wilayah Hadramaut tidaklah seluas seperti yang sekarang ini, seperti yang disebutkan di kitab "Bughyatul Mustarsyidin". Kemudian mengalami perluasan dan pelebaran hingga akhirnya seluas yang kita ketahui saat ini.
Yang membuat kagum kawasan ini adalah karena terpilih sebagai ruh tempat hijrah kedua Nabi Muhammad SAW. Bagaimana bisa? Peristiwa dahsyat yang mengguncang negeri Baghdad waktu itu, kurang lebih sekitar tahun 319 H (898 M), memaksa salah satu keturunannya yang mulia yaitu al-Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa untuk berhijrah ke Negeri Hadramaut, demi menyelamatkan akidah dan faham keislaman yang dia anut, dan terhindar dari fitnah Syiah, yang memakai 'topeng' madzhab Ahlul Bait.
Kemudian Allah menyambut niat mulia cucu baginda Nabi itu dengan tersebarnya ribuan dzuriat (keturunan) Nabi Muhammad Saw di tempat ini, dengan akidah dan faham islam yang benar yang bersambung padanya.
Lebih dari itu, para keturunan Nabi itupun menyebar ke seantero dunia, termasuk Indonesia. Berdakwah menyebarkan islam dengan cara perdagangan, pernikahan, kesultanan hingga membaur ke dalam budaya masyarakat setempat pada waktu. Dan, dengan izin Allah, akhirnya islam tersebar di kawasan nusantara. Merekalah, para pendakwah itu, yang di kemudian hari kita kenal dengan sebutan "Wali Songo".
Refrensi: As-syamil fi Tarikh Hadramaut
Oleh : M. Iqbal Abdurrohman (Mahasiswa Tingkat Tiga, Fakultas Syariah wal Qanun, Universitas Al-Ahgaff)