Secara mendadak dan tiba-tiba, bahkan tanpa pemberitahuan sebelumnya,
Tuhan telah menaikkan harga masuk surga. Tiket yang dahulu bisa
didapatkan dengan dua kalimat sakti, sekarang tidak cukup lagi. Harus
ada lisensi dari ulama tauhid bahwa orang itu sudah paham maksud, arti,
filosofi dan rad syubhat agar kalimat itu diakui.
Salat yang dahulu cukup lima kali sehari, sekarang ditambah dengan dluha, rawatib dan witir. Semuanya wajib. Tidak lagi sunah. Jumlah rakaat salat juga mengalami kenaikan. Yang aslinya dua menjadi empat, yang aslinya tiga menjadi lima, dan yang aslinya empat menjadi delapan. Juga ada satu lagi kenaikan signifikan dalam salat, yaitu wajib dilakukan dengan jemaah. Peraturan ini adalah amandemen baru. Barang siapa tidak memenuhinya, tidak sah salatnya.
Atribut yang dahulu sebatas sunah dipakai, sekarang menjadi fardlu. “Jadi sudah paham ya, Bapak Ibu semua. Ini putusan baru. Kami sudah konfirmasi,” terang Majlis Ulama di konferensi.
Di komoditas lain, prosentase zakat yang normalnya cuma 2,5% dinaikkan menjadi 5%. Ini sungguh kenaikan yang signifikan. Sedekah yang sehari-hari boleh dilakukan dengan berbagai cara, sekarang dipersyaratkan menggunakan harta yang tidak kurang dari nilai 2% harga 1 gram emas. Dengan peraturan baru ini, senyum kepada sesama muslim, menyingkirkan duri dari tengah jalan, berbaik hati dan segala bentuk sedekah kecil yang pernah ada, sudah tidak lagi berlaku.
Sebelumnya, pahala diobral murah-murahan. Siapa yang berjabat tangan kepada saudara muslim maka baginya digugurkan segala dosanya. Barang siapa bersedekah kepada yatim di sepuluh Muharam maka baginya sekian bangunan surga. Sekarang, hal-hal ini sudah diamandemen. Pahala sekarang tambah susah dicari.
Panitia Kerja telah menerima masukan dari Kementrian Dalam Negeri yang mengusulkan untuk menaikkan tarif dasar surga. Pertimbangannya adalah bahwa urbanisasi dan hijrah besar-besaran tengah menjadi tren di kalangan masyarakat.
Karena kebutuhan masyarakat untuk masuk surga sangat tinggi, sedangkan harganya naik pesat, maka berimbas pada penuh sesaknya masjid. Hal ini persis seperti midnigth sale tahun baru. Orang-orang bahkan rela mengantre untuk bisa masuk masjid, barang salat dua rakaat pun mereka mau. Praktek amal saleh menjadi trending topic di negeri ini. Kalangan artis dan pemerintah tidak kalah untuk saling unggul dalam ajang ini. Berbagai foto dan video menjadi viral di medsos. Foto meme juga silih berganti masuk ke grup-grup whatsapp.
Keputusan ini akhirnya disahkan Tuhan. Tentu saja keputusan mendadak ini mengubah segala bentuk transaksi masyarakat. Sekarang surga adalah barang elit bergengsi. Bukan lagi pajangan yang bisa dibeli dengan bersiwak sebelum salat. Apalagi yang baru bisa salat jemaah sekali tiap Jumat.
***
“Salat! Salat! Salat!” seru Ammu Umar membangunkan mahasiswa keliling asrama untuk jemaah subuh.
Huh! Untung hanya mimpi. Aku tersadar, yang naik cuma harga dolar, seratus dolar menjadi tujuh puluh ribu riyal. Ya sudahlah. Tidak usah ribut. Yang penting harga surga masih murah. Mencari ilmu juga tidak dinaikkan persyaratannya. Masih ajeg.
Jemaah subuh sudah hendak didirikan. Imam salat bertakbir. Aku bertanya dulu pada orang di sebelahku, “Kang, rakaat subuh sekarang berapa jumlahnya?”
Oleh : Mohamad Abdurro’uf (Mahasiswa Magister Universitas Al-Ahgaff Yaman)