Rasulullah saw. merupakan rahmat bagi alam ini dan sekaligus menjadi
suri teladan bagi umatnya, dan hal ini telah ditegaskan oleh Allah Swt.
dalam Al-Qur'an yaitu:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al-Ahzab:21).
Habib Abdullah bin Husain bin Thohir ra. berkata:
من أراد كل خير في الدنيا والآخرة فليقتد برسول الله في كل أحواله.
"Siapa yang ingin (memperoleh) seluruh kebaikan di dunia dan akhirat, maka teladanilah Rasulullah pada setiap perilakunya."
Maka telah jelas bagi kita bahwa meneladani Rasulullah adalah sumber kebahagian dunia dan akhirat. Terutama saat sekarang ini, yaitu pada sepuluh hari terakhir Ramadan, perlu kiranya kita sebagai umatnya untuk meneladani Beliau dalam menjalani waktu tersebut.
Berikut keterangan dalam hadis tentang bagaimana Rasulullah menjalani sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, Sayyidatuna Aisyah ra. berkata:
"كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهَا"
"Rasulullah saw. sangat bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan lebih dari sungguh-sungguh Beliau pada hari-hari lainnya." (HR. Muslim).
Dalam hadis lain yang bersumber dari Sayyidatuna Aisyah ra.:
"كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ شَدَّ مِئْزَرَهُ، ثُمَّ لَمْ يَأْتِ فِرَاشَهُ حَتَّى يَنْسَلِخَ"
"Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, maka Rasulullah saw. mengikat sarungnya dengan kuat (sangat giat beribadah), dan tidak kembali ke tempat tidurnya sampai hari-hari itu berlalu." (HR. Al-Baihaqi).
Masih dalam hadis yang bersumber dari Sayyidatuna Aisyah ra. juga:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ»
"Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, maka Rasulullah saw. mengikat sarungnya dengan kuat (sangat giat beribadah), dan menghidupkan malamnya, serta membangunkan keluarganya (untuk beribadah)." (HR. Al-Bukhari).
Termasuk amalan Rasulullah pada sepuluh hari terakhir Ramadan adalah i'tikaf, sebagaimana yang dijelaskan oleh Habib Abdullah bin Mahfuzh Al-Haddaad ra.:
والاعتكاف في العشر الأواخر من رمضان أشد استحبابا، وذلك لطلب ليلة القدر.
"I'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sangat disunahkan, hal itu untuk mendapatkan Lailatulqadar."
Imam Ad-Dahlawi ra. dalam kitab "Hujjatullah Al-Baalighah" berkata:
"Sebab Nabi Muhammad saw. memilih sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dengan i'tikaf adalah untuk menenangkan jiwa, membersihkan hati, konsentrasi dalam ketaatan, menyerupai amalan para malaikat, dan untuk mengharap Lailatulqadar."
Mudah-mudahan dengan tulisan ini kita lebih bersemangat lagi meneladani Nabi Muhammad saw., utamanya dalam menghidupkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadan ini dengan amal-amal saleh seperti i'tikaf, salat malam, mengaji di masjid, dll. Aamiiin.
Penulis: Ali Mustafa Siregar (Mahasiswa tingkat 4 Univ. Al-Ahgaff)