Tarim adalah salah satu kota terpenting, saat ini masuk dalam bagian
distrik Seiyun. Terletak di timur laut kota Seiyun, setelah Wadi Masilah. Kota Tarim mulai masuk dalam penulisan sejarah pada abad ke-4 M ketika
terjadi pengepungan terhadap kota Seiyun. Hal ini terukir dalam Batu Tulis
(Ir.31). Tarim mulai tampak keberadaanya sebagai Ibukota Hadhramaut pada saat
datangnya Lubaid Bin Ziyad al-Ibadhi sebagai utusan Khalifah Abu Bakar
Assiddiq. Dahulu sering terjadi perpindahan dan pergantian penguasaan antara
Tarim dan Syibam hingga tahun 203 H, ketika orang-orang Zaidiyah datang ke
Yaman dan menguasai seluruh kawasan Hadhramaut. Al-Husain bin Salamah
membangunan Masjid Jami' di Tarim dan Syibam.
Kota Tarim terkenal dengan banyaknya bangunan masjid yang jumlahnya
mencapai 360 masjid. Jumlah ini sangat banyak jika dilihat dari luas kota dan
jumlah penduduknya. Sebagian masjid mulai runtuh dan sebagian lagi diperluas.
Kebanyakan masjid di Tarim pada mulanya terdiri dari masjid kecil atau
mushalla, lalu diperluas dan diperbesar. Seperti Masjid Jami' Tarim yang
dibangun pada tahun 375 H dan telah mengalami beberapa renovasi antara lain
tahun 581 H, tahun 585 H, tahun 960 H, dan tahun 1392 H. Sekarang luasnya
mencapai 191.110 kaki. Atapnya disangga 60 tiang. Masjid ini mempunyai 8 pintu
utama, satu menara setinggi 115 kaki, dan dua lantai.
Pada awalnya, lantai kedua digunakan untuk shalat, sedangkan lantai dasar
baru diresmikan pada Desember 1972. Lantai dua saat ini berfungsi menjadi
perpustakaan makhthuthat (manuskrip) yang diberi nama al-Ahgaff.
Dari sekian banyak masjid di Tarim, yang terkenal diantaranya adalah masjid
Ba-Alawy yang sangat popular. Pengunjung dan jamaahnya banyak. Masjid ini
termasuk masjid kuno, dibangun pada tahun 530 H dari tanah liat dan kapur
dengan menara di sampingnya. Luas masjid ini dari arah timur ke barat mencapai
32,575 hasta. Luas pengimaman 14,5 hasta. Luas sudutnya 18 hasta dan lebar arah
utara sampai selatan 17,25 dzira’.
Termasuk masjid terkenal juga adalah Masjid al-Muhdhar yang dibangun oleh
Sayyid Umar al-Muhdhar bin Abdurrahman As-Segaf. Masjid ini menjadi tujuan
favorit para peziarah yang datang ke Tarim. Arsitekturnya indah, dipadu dengan
menara yang tingginya mencapai 175 kaki. Menara al-Muhdlar (Minaret el-Muhdhar)
merupakan menara tertinggi di dunia yang terbuat dari tanah liat dan pelapah
kurma. Menara ini berbentuk segi empat dan di dalamnya terdapat tangga menuju
ke atas .
Tarim juga disebut sebagai pusat pendidikan Islam. Di kota ini banyak
terdapat ma'had (institusi semacam pesantren) dan zawiyah
(berarti pojok dan digunakan sebagai tempat ibadah dan belajar). Tarim
menyimpan sejarah peradaban Islam sejak abad ke-4 H.
Banyaknya perpustakaan menjadikan Tarim sebagai kota idola para penuntut
ilmu. Banyaknya perpustakaan membuktikan bahwa kota ini sangat diperhitungkan
kala itu.
Di antara perpustakaan yang terkenal adalah perpustakaan manuscrip
al-Ahgaff yang berada di Masjid Jami'. Di dalamnya tersimpan kitab-kitab klasik
yang masih berbentuk tulisan tangan. Sebagiannya berumur ratusan tahun. Perpustakaan ini mendokumentasikan tulisan
tangan dan kumpulan fatwa ulama dahulu yang disimpan oleh keluarga mereka.
Perpustakaan ini menyimpan 5.300 kitab kuno tulisan tangan dalam berbagai
disiplin ilmu seperti Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul Tauhid, Akhlaq, Adab,
Bahasa, Sharaf, Kedokteran, Sejarah , Matematika , Falak, dll.
Perpustakaan ini merupakan kumpulan dari perpustakaan-perpustakaan yang
pernah ada sebelumnya. Dalam susunan ruangnya tersusun sesuai dengan nama
perpustakaan sebelumnya, seperti Perpustakaan al-Kaf, Perpustakaan bin Yahya,
Perpustakaan Ribath, perpustakaan Bin Sahal, Perpustakaan al-Husaini, dan
Perpustakaan al-Junaid. Setiap perpustakaan mempunyai katalog sendiri yang
mempermudah orang untuk mencari kitab tertentu. Perpustakaan ini sekarang
ditata secara rapi dan modern.
4. Benteng al-Ar
Benteng al-Ar adalah benteng yang terletak di kota Tarim, 71 km sebelah
timur kota Seiyun. Benteng ini berupa bangunan tinggi yang terletak di
perbukitan padang pasir yang mencapai ketinggian 50 kaki .
Benteng ini merupakan peninggalan sejarah pra-Islam dan masih berfungsi
hingga pasca Islam. Pada masa pra-Islam, benteng ini berisi peninggalan sejarah
dalam bentuk batu pualam kuno yang dihias, dan bongkahan batu yang berukiran,
tumbuh-tumbuhan dan pohon anggur. Ada juga batu yang berukiran gambar tentang
kemuliaan dan pemandangan yang diilustrasikan dalam bentuk gambar seorang
laki-laki. Juga ada gambaran seorang nelayan, seorang yang melapangkan dadanya
sebagai sifat kedemawanan dan di tangan kanannya memegang tombak panjang di
arahkan pada seekor singa yang berada di kakinya. Di samping itu juga terdapat
beberapa tiang dari batu yang berukiran.
Sebagaian besar peninggalan sejarah ini merupakan lambang salah satu
sesembahan zaman dahulu yang diyakini sebagai salah satu sesembahan (patung)
bernama Sein yang tersebar di distrik bagian timur Hadhramaut.
Untuk dapat menaiki benteng itu dari arah tenggara, harus melewati
padang pasir yang berbukit. Di sana terdapat bekas-bekas tembok pagar. Sebagian
yang masih tampak di dalam benteng ini adalah tempat penampungan air dan sumur.
Hanya saja kapan didirikan benteng ini masih belum diketahui secara pasti.