Seiyun
adalah daerah lembah terbesar di Hadhramaut, terletak di sebelah barat,
kira-kira 12 mil dari Kota Syibam, dan 22 mil sebelah timur dari Kota Tarim.
Kota Seiyun
pertama kali disebut dalam sejarah pada abad ke-4 M. Seperti tertulis dalam batu
tulis (Ir.37) yang kembali pada masa Raja Dhammar Ali Yahbar (abad ke-4 M),
salah satu raja Saba yang kekuasaannya meliputi Saba, Dzi-Raidhan, Hadhramaut,
dan Yamanat.
Disebutkan
dalam batu tulis itu, pasukan kerajaan telah sampai ke lembah Hadhramaut dan
mengurung Syibam, Rathaghtam, Seiyun, Muraimah, Arahil, dan Tarim. Pasukan ini
telah menghancurkan 60.000 penyangga pohon anggur. Batu tulis ini memberi
informasi, Seiyun telah ada sejak abad ke-4 M. Di kota ini, dahulu ada benteng
pertahanan yang mengindikasikan Kota Seiyun sebenarnya sudah ada sejak beberapa
kurun sebelum peristiwa tersebut. Sedangkan penghancuran ribuan penyangga pohon
anggur oleh pasukan Saba menyimpulkan, Kota Seiyun dahulu mempunyai
perekonomian kuat dengan kebun anggur yang luas. Meskipun kenyataannya, Kota
Seiyun sekarang gersang.
Kota Seiyun
di masa Sahabat Nabi, hanya dikenal sebagai desa yang terpencil, cabang dari
Kota Tarim. Sampai datangnya zaman pemerintahan Umawiyah. Pada tahun 129 H,
administrasi kota Seiyun berganti sebagai cabang Kota Syibam yang pada saat itu
menjadi Ibu kota Abakhiyyin.
Di kota ini
terjadi beberapa pergantian pemerintahan. Pada tahun 593, Seiyun menjadi pusat
pemerintahan Banu Haritsah. Pada tahun 922 H menjadi Ibukota pemerintahan Badr
Abu Thuwairiq (922 H - 977 H). Pada saat itu, penyatuan kota atau perkotaan
diperluas hingga kota Ain Ba Ma'bad barat dan Kota Dhafar Timur dalam kawasan
Seiyun.
Pada abad
ke-12 H, Dinasti Yafi' dapat menguasai sejumlah kota di Hadhramaut. Dan dinasti
al-Katsiri menguasai kota Seiyun sekaligus menjadikan Seiyun sebagai Ibukota
kerajaannya di tahun 1273 H. Lalu mereka membangun benteng yang terkenal dengan
nama al-Weil. Di dalamnya terdapat istana (Qashr) Sulthan dan Istana
ats-Tsaurah sebagai tempat kediaman Sultan al-Katsiri, Ghalib bin Mukhsin
al-Katsiri.
Setelah
kolonialisme Inggris runtuh, berakhir pula kekuasaan Dinasti al-Katsiri. Seiyun
menjadi kota madya kelima bagian utara, propinsi Hadharamaut
Dilihat
dari segi pembangunannya, Seiyun mengalami perkembangan pesat. Pada abad ke-7,
dari sebuah desa kecil terpencil tidak dikenal, kemudian bangunan-bangunan
berubah menjulang tinggi dan benteng perbatasan mulai dibangun di sekitarnya
pada masa pemerintahan Badr Abu Thuwairiq di tahun 922 H. Benteng perbatasan
ini memanjang dari Suhail sampai benteng Duweil dan membelok di depan pemakaman
(sekarang) mengarah ke barat hingga gunung al-Qibali. Adapun pintu kota yang
disebut ‘as-Siddah’ terletak di seberang rumah sakit pemerintah (sekarang).
Benteng ini bertahan hingga tahun 1347 H.
Keistemewaan
kota Seiyun dari kota-kota lainya di Hadhramaut antara lain; terletak di
tengah-tengah lembah Hadhramaut, antara kota Syibam, dan kota Tarim. Kota ini
beriklim sedang. Di musim kemarau, udara pada malam hari juga sedang. Kotanya
luas dan masih bisa diperluas lagi, sehingga Seiyun juga dikenal dengan nama
at-Tawilah (panjang, red).