Awalnya aku hanya memandang sebelah mata kepada jama’ah berjenggot itu,
ketika mereka datang dari masjid ke mesjid, rumah ke rumah. Apa sih
maunya mereka ini bisikku dalam hati. Bahkan ketika kami berada di
Dauroh tahfizd alqur’an yang diadakan di Masjid Hamzah mereka juga ada
disana setelah Dauroh berjalan selama empat atau lima hari, mereka
berada dimasjid tersebut selama tiga hari. Kami bertanya Tanya, ngapain
mereka sibukn berdakwah dikampung orang lain sedangkan kampung mereka
sendiri masih banyak pemabok atau preman preman yang belum disentuh oleh
dakwah, ngapain mereka sibuk ngurusin orang lain kalau keluarga mereka
sendiri masih belum benar? Berbagai dugaan kami lontarkan kepada mereka,
bahkan ada salah satu teman kami yang berdebat dengan mereka ketika
jama’ah tersebut berusaha mengajak kami untuk berdakwah dijalan Allah,
aku hanya mendengar perdebatan mereka dan tidak berani ikut ikutan dalam
masalah mereka.
Aku juga bingung kenapa aku kurang suka dengan mereka padahal kakekku sendiri adalah seorang jama’ah tabligh di Medan sana. Yang lebih mengherankan lagi adalah teman sekampungku sekaligus juga sekamarku juga seorang muballigh, bahkan dia sudah beberapa kali keluar berdakwah bersama ashabuddakwah ketika ada liburan, dia juga yang mengajak aku untuk ikut keluar bersama mereka, hanya sekedar coba coba katanya, tapi aku bilang insya Allah kalau ada waktu, karena ketika itu aku benar benar belum bisa menerima tawarannya untuk ikut berdakwa dijalan Allah, itu dikarenakan aku belum lulus ujian Fashal awal (tengah semester), jadi aku hanya fokus belajar saja.
Empat bulan kemudian kami menghadapi fashal tsani (akhir semester) dan liburan pun telah dimulai, tiba tiba dia bilang kepadaku “ oh ya za, sekarang kan ente dalam keadaan santai gak ada kegiatan, kalau dulu kan ente punya alasan ujian ulangan, sekarang apa lagi alasannya untuk tidak keluar berdakwah, sekedar coba coba aja” kata hanafiah temanku sekampung dan sekamar itu, aku hanya diam saja menanggapi tawaran itu, aku bilang insya Allah.
Tepatnya tanggal 15 bulan 09 tahun 2011 mereka mau berangkat khuruj, tiba tiba kali aku yang merasa ingin ikut sebelum mereka mengajak, awalnya sih aku merasa iri dengan mereka yang mau menjalankan tugas Nabi ini, aku kini yakin bahwa mereka benar benar menempati maqomnya Rasulullah didalam berdakwah, mereka adalah naib Rasulullah SAW. Aku ikut khuruj ya, aku bilang kepada mereka secara mendadak, si hanafi terkejut dengan apa yang kubilang seolah olah aku salah minum obat barusan disangkanya (kale), tapi aku pinjam sarung dan bajumu ya hanafi soalnya pakaianku kebetulan kotor semua! Okelah kata hanafi…
Akhirnya aku pun bersama mereka berangkat dengan sebuah taksi, kami menuju ke arah Seiyun tepatnya disebuah Masjid, masjid tersebut berada di daerah yang tidak ada orang sama sekali, karena masjid itu hanya sebagai tempat persinggahan antara supir taksi sangkaku dalam hati, tapi yang herannya lagi nama masjid itu adalah Masjid dakwah, seolah olah yang shalat disitu hanya dibolehkan untuk para Ashabuddakwah saja, aku masih bertanya tanya tentang masjid itu, masjid itu lumayan besar tapi ketika kami memasuki halaman masjid tersebut tiba tiba ada orang yang datang naik motor menyalami kami, kedua duanya berjenggot, dari wajahnya sih kelihatannya bukan orang yaman melainkan orang pendatang juga, mungkin mereka dari india atau pakistan kali yang menetap di yaman. Ternyata betul sangkaanku tak ada seorang pun yang tak berjenggot, mereka juga datang dari berbagai daerah, kota bahkan Negara yang berbeda.
Aku melihat mereka saling bersalaman, cium ciuman pipi, aku jadi takut dicium oleh mereka walau pun itu adalah tanda persaudaraan yang sangat erat antara seorang muslim dengan saudaranya sesama muslim, tapi tetap saja aku merasa risih dengan yang githu ghituan, eh tiba tiba “ kef halak ya akhi? Tamam, mabsuth, murtah, kheir?”andunusi wala malizi? ia langsung mendekatkan jenggotnya kearah wajahku dan kami pun berpelukan bagaikan seorang kakak yang bertemu adiknya ketika ditinggalkan bertahun tahun, aku hanya pasrah seraya menerima keadaan ini dan menjawabnya ” Alhamdulillah tamam, ana andunusi” agar ia melepaskan eratan pelukan persaudaraan tersebut dan ia pun melepaskanya.
Aku mulai mencari cari dimana tempat air wudhuk karena wudhukku sudah batal ketika ditaksi tadi dan adzan maghrib pun sudah mau dikumandangkan karena kami sampai dimasjid tersebut di waktu senja, aku mengambil wudhuk bukannya aku sok alim atau ahli ibadah melainkan aku minder dan gengsi saja plus malu dengan mereka yang selalu menjaga wudhunya biasanya juga aku jarang ngambil wudhu kalau abis buang angin, apalagi memperbaharui wudhuk, tapi tak apalah hanya sekedar ngikut ngikut orang berbuat baik dengan harapan suatu saat aku juga bisa seperti mereka yang selalu menjaga diri mereka dalam kesucian,.
Setelah shalat maghrib ada sedikit pencerahan dari salah seorang jama’ah tabhligh diantara mereka, aku terheran heran dengan isi ceramahnya yang hanya dipenuhi al qur’an, hadits, dan kehidupan para sahabat dulu, hatiku terbuka selebar lebarnya dalam menerima hidayah itu, aku kini tak melihat siapa yang berceramah dihadapanku yang kelihatanya sangat sederhana dan tak berwibawa tetapi isi dan penyampaiannyalah yang membuat ia sangat berkesan dihatiku dan yang membuat aku benar benar harus menghormati para da’i dimana pun dan siapa pun da’I tersebut. Ceramah tersebut diakhiri dengan penulisan nama nama yang akan berangkat besok pagi sesuai dengan hari yang kita kehendaki, ada yang ingin khuruj selama empat puluh hari, ada juga 10 hari, seminggu dan tiga hari. Aku, Hanafi dan Erwin memilih seminggu meskipun si-hanafi sebelumnya memilih sepuluh hari, tapi mengingat liburan kami hanya tersisa delapan hari, akhirnya dia mau juga memilih keluar bersama kami selama seminggu, sedangkan bang Mukhlishin memilih tiga hari saja karena dia masih punya banyak kesibukan di kuliah katanya.
Besok paginya kami langsung berangkat ke masjid yang berada di Taribah tentunya setelah sarapan pagi yang telah disiapkan oleh mereka khusus buat orang Indonesia, sungguh enak masakan mereka padahal jarang jarang masakan di yaman enak, tapi memang begitulah kehidupan selama keluar di jalan Allah ini, mungkin kalau kita keluar selama empat bulan yang kurus pun tak kelihatan kurus lagi, tapi itu bukanlah sebuah tujuan didalam berdakwah ini, karena tujuan awal dalam berdakwah ini adalah ishlahunnafsi yaitu memperbaiki diri kita sendiri, tidak ada sama sekali niat untuk mengajari orang karena kalau diri kita sudah diperbaiki dengan baik maka dakwah ini pun akan berjalan dengan sendirinya untuk mengajak orang dekat kepada Allah S.W.T dan menghidupkan sunnah sunnah Nabi Muhammad SAW khususnya di masjid-masjid, karena masjid adalah asas dan pondasi yang sangat penting dalam islam, di mana masjid dijadikan sarana belajar dan mengajar, tempat saling menasehati disamping masjid itu tempat ibadah.
Selama satu minggu kami sudah melewati empat kampung dan empat masjid, ada pun kegiatan yang kami lakukan dari masjid ke masjid adalah bermusyawarah setelah sarapan pagi , ziarah kerumah rumah sebelum maghrib dan setelah maghrib dan keliling kampung, membaca Hadits Riyadussholihin setelah shalat Ashar, menghidupkan adab adab dalam kehidupan seperti adab sebelum tidur, sebelum makan, ketika Ziarah dan keliling, masuk masjid, keluar masjid, adab sebelum musyawarah dan bermacam macam adab dalam pergaulan kita sehari hari, dan diantara kegiatan lain adalah menjelaskan pentingnya dakwah ini dan pentingnya menghidupkan masjid dengan shalat berjama’ah pada awal waktu dan pesan atau nasehat-nasehat lainnya yang berhubungan dengan agama dan akhirat yang disampaikan setelah shalat maghrib dan subuh.
Perjalanan ini sungguh berkesan bagiku karena disuatu kesempatan aku ditugaskan oleh ketua rombongan untuk berpidato dihadapan para jama’ah, awalnya aku menolak karena aku masih anak baru, aku belum tahu gimana dan apa yang harus aku sampaikan dihadapan mereka, tapi karena mematuhi perintah ketua adalah wajib maka aku pun menyampaikan apa yang harus kusampaikan, itu adalah awal mulanya aku berbicara dihadapan para jama’ah shalat subuh, adapun yang harus kami sampaikan adalah salah satu dari enam sifat yang dimiliki oleh para sahabat yaitu: 1. meyakini kalimat lailaha illah wa anna muhammadan rosulullah, 2. Melaksanakan shalat dengan khusuk, 3. Merilmu dan berzikir, 4. Memuliakan sesama muslim, 5. Memperbaiki niat, dan yang ke-6 adalah berdakwah dan keluar dijalan Allah S.W.T, Sedangkan yang kusampaikan agak keluar dari yang enam itu karena aku benar benar kurang bisa dalam mengolah kosa kata bahasa arab, berpidato bahasa Indonesia saja aku masih gemetaran dan salah salah bagimana bahasa arab, tapi Alhamdulillah semua itu telah aku jalani dengan baik.
Ternyata berdakwah dijalan Allah itu indah sekali, selain mengubah diri kita ingin selalu dekat Allah dan menjalankan Sunnah Nabi selama 24 jam penuh kita juga bisa berbahasa arab dengan baik, mendengar arahan arahan agama yang semua itu jarang dan bahkan tidak pernah kita dapati ketika sekolah atau kuliyah.
Di perjalanan ini juga aku telah mengetahui pentingnya mengajak orang kejalan Allah walaupun diri kita sendiri belum beres atau keluarga bahkan kampung kita sendiri belum tentu benar, tidakkah kita mengetahui kehidupan Rasulullah dahulu ketika beliau berdakwah dari kampung ke kampung, rumah ke rumah, beliau tidak pernah memikirkan susahnya berdakwah ini meskipun paman beliau sendiri Abu lahab benum benar, belum masuk islam dan bahkan mati dalam keadaan kafir yang semasa hidupnya membuntuti Nabi dengan tujuan agar tidak ada yang mendengarkan nabi ketika nabi menyampaikan risalah kenabiannya dihadapan masyarakat. Tapi Nabi kita Muhammad SAW selalu menjalankan dakwah ini dan memang harus dijalankan hingga akhir zaman nanti. Tugas kita hanya menyampaiakn apa yang kita ketahui dan saling menasehati antara sesama muslim, saking berkesannya berdakwah ini sampai sampai aku mengatakan kepada temanku kenapa tidak dari dulu kau ajak aku? Aku merasa rugi mengenal ashsabuddakwahbaru sekarang, karena aku sadar ibadah tanpa dakwah itu sia sia karena ibadah kita tidak akan naik bahkan turun kecuali ketika kita mengajak atau diajak oleh teman untuk lebih dekat kepada Allah S.W.T.
Oleh : Muhammad zain alhudawie Mahasiswa al-Ahgaff Hadhramaut yaman, tingkat tiga.