Tarim – Hadramaut Info, Diskursus seputar Sunnah dan Bid’ah agaknya
tak pernah basi untuk diperbicangkan. Meskipun faktanya masalah ini
merupakan serpihan fosil pemikiran masa lampau yang sudah selesai
dibahas. Namun seiring dengan hadirnya segilintir golongan yang masih
sering menyematkan status “sesat” kepada setiap perkara yang baru, yang
tak pernah ada di zaman Rasulullah saw., wacana ini menjadi semakin
relevan dibahas untuk memperkaya wacana ilmiah.
Berbasis spirit ilmiah dan intelektual tersebut, Forum Pelajar & Mahasiswa Madura di Yaman (FOSMAYA), menggelar acara bedah kitab “as-Sunnah wal Bid’ah” karya Sayyid Abdullah bin Mahfudz bin Muhammad al-Haddad (w. 1417H/1996M). Bertempat di gedung Audiorium Fakultas Syariah Universitas Al-Ahgaff, Tarim, Sabtu (29/12), hadir selaku narasumber Ahmad Bakir, mahasiswa tingkat empat asal Sampang dan Achmad Farouq selaku moderator.
Di hadapan sekitar 35 diskusan yang hadir, Bakir mencoba memotret pemikiran Sayyid Abdullah bin Mahfudz bin Muhammad al-Haddad, salah satu perintis berdirinya Universitas Al-Ahgaff, Yaman, dalam karyanya yang cukup monumental ; as-Sunnah wal Bid’ah.
Bakir menjelaskan, bahwa kitab tersebut ditulis sebagai respon dari kehadiran kitab as-Sunan wa al-Mubtada’at karya Syekh Muhammad bin Abdul Khadir al-Syaqairi. Bagi Bakir, as-Sunan wa al-Mubtada’at sangat jauh dari metodologi penulisan yang valid. Di dalamnya terlalu banyak statemen yang harus dielaborasi ulang, mengingat hal itu bisa melahirkan stigma negatif untuk mayoritas umat Islam, sebagai pelaku bid’ah dan sesat.
Narasumber lantas memaparkan secara beruntun bagaimana al-Haddad menampilkan argumen seputar sunnah dan bid’ah. Baik secara semantik maupun terminologi, kemudian merumuskannya menjadi sebuah kerangka pemikiran ideal dalam mempresentasikan defenisi sunnah dan bid’ah. Acara bedah kitab dan diskusi berlangsung hingga pukul 23.30 KSA.
Ketua Umum Fosmaya, M. Mahrus Ali, menyatakan bahwa ke depan organisasi yang ia bawahi akan terus berupaya menggalakkan kajian akidah. Selain dalam rangka memperteguh akidah Ahlusunnah wal Jama’ah di kalangan pelajar di Yaman, juga untuk melengkapi tema – tema diskusi yang sudah berkembang selama ini. Baik yang diselenggarakan oleh AMI melalui Fordis, PPI Yaman melalui Fikroh, maupun PCINU Yaman melalui Lakpesdam. Dengan demikian, Mahrus berharap, iklim intelektual yang tumbuh berkembang di kalangan pelajar di Yaman semakin sempurna, karena ranah kajiannya semakin melebar, menyeluruh, serta beragam. Ke depan, Fosmaya berencana membedah kitab Mafahim Yajibu an Tushohhah karya Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliky, pakar hadis kontemporer yang namanya sudah populer di jagad intektual Islam. (dzul/fah)