Beberapa waktu lalu Hadramaut Info beserta rombongan pengurus PPI Yaman
berkesempatan mengunjungi Istana al-Katirî, Istana Kerajaan Seiyun.
Perjalanan menuju Kota Seiyun membutuhkan waktu kurang lebih satu jam.
Kepadatan lalu lintas jalan raya Kota Seiyun di siang hari mengakibatkan
jalanan macet, sehingga dengan sangat ”terpaksa”, para rombongan harus
menyisir jalan menuju lokasi dengan berjalan kaki. Kendati demikian,
besarnya antusias untuk menggali permata demi permata peradaban Islam
membuat mereka tetap bersemangat dan pantang mundur.
Kota Seiyun merupakan salah satu kota bersejarah di Negeri Yaman. Ia merupakan daerah lembah terbesar di Hadhramaut, terletak di sebelah barat, kira-kira 12 mil dari Kota Shibam, dan 22 mil sebelah timur dari Kota Tarim. Sebuah informasi tertulis dari batu prasasti menyebutkan, bahwa kota tempat kelahiran Habib Ali Muhammad bin Husein al-Habsyî –Pengarang Mawlîd Sim?u al-Durar– ini telah ada sejak abad ke-4 M. dan merupakan kota yang memiliki perekonomian kuat dengan kebun anggur yang luas. Meskipun kenyataannya, Kota Seiyun sekarang tampak gersang. Keberadaan Istana ( Qa?r / Castle) Kerajaan di pusat Kota Seiyun, merupakan bukti tak terbantahkan bahwa kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan di zaman dahulu. Bahkan, jika berbincang Seiyun sebagai pusat pemerintahan, sejarah Qa?r tentunya tak boleh untuk terlewat.
Istana tanah setinggi 34 meter dan seluas 5460 meter persegi tersebut, selain dikenal dengan sebutan Istana al-Katirî –nama dinasti yang berkuasa paling lama–, ia juga dikenal dengan nama Qa?r al-Dawil yang berarti istana kuno; Qa?r al-Tsawrah yang berarti istana revolusi. Bersamaan dengan runtuhnya kolonialisme Inggris sekitar akhir era 60-an, berakhir pula kekuasaan Dinasti al-Katirî. Seiyun lantas berubah status menjadi kota madya di Propinsi Hadhramaut. Dan pada tahun 1984, Istana ini dialihfungsikan menjadi museum penyimpanan benda-benda purbakala, serta pusat kebudayaan masyarakat Seiyun. Babakan sejarah panjang Dinasti al-Katirî terekam dalam buku Târîkh al-Dawlah al-Katiriyyah, karya Muhammad ibn Hisyam.
Memasuki ruangan demi ruangan Istana setinggi tujuh lantai ini, para rombongan serasa memasuki ”dunia lain”. Di lantai dua misalnya, para pengunjung dapat menikmati berbagai macam peninggalan antik dari peradaban Seiyun sebelum Masehi, seperti mata uang kuno, alat pencaharian, serta batu-batu ukiran antik berusia ribuan tahun yang konon memiliki fungsi istimewa dalam dinamika keseharian masyakarakat kala itu. Di lantai tiga, dipajang alat-alat pertanian, bercocok tanam serta peralatan perang, dan lantai empat dijadikan museum foto yang merekam dokumentasi masyarakat Seiyun selama puluhan tahun. Begitu pula lantai-lantai lainnya yang memiliki kekhususan tersendiri. Bagi pengunjung yang terburu-buru dan tidak memiliki waktu banyak, tidak perlu khawatir, karena kini telah disediakan “bioskop mini” di dalam Istana yang memutar film singkat peradaban Negeri Yaman secara umum dan Seiyun secara khusus. [Dzul Fahmi]